Chapter 71: A Liberation Story

1K 133 315
                                    

!!! Young Adult Story!!!

Warning 19+ (Yang belum cukup umur mundur woi. Adult bukan melulu karena ada adegan skidipapap-nya. Di dalam cerita ini banyak sekali orang bertengkar, marah-marah, kata-kata kasar. Jadi untuk yang emosinya kurang stabil menjauh.)

Halo Gais, semoga segala hal terbaik di hidup kalian bertambah, dan segala yang buruk berkurang ya.

***

" Kita menemukan esensi kehidupan yang mengalir dalam kehampaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Kita menemukan esensi kehidupan yang mengalir dalam kehampaan."

__ My Favorite Gama__

***

Gama ingat betul, saat itu sudah akan meloncat dari jendela kamar inap Jales, dia bersungguh-sungguh untuk menyerahkan diri kepada Jales.

Namun, saat itu juga Jales seakan menolak, jantungnya tiba-tiba berhenti dan hanya garis lurus yang terlihat di monitor.

Gama jelas menghambur dari jendela untuk mendekati Jales bersamaan dengan para medis yang datang termasuk Kristan. Gama berlutut di balik para medis yang menangani Jales, seakan karma datang melanda Gama menggosok-gosokkan telapak tangan meminta ampun karena kesakitan yang menderanya.

"Aku lebih sakit kalo ngga ada kamu, aku harus gimana?" Gama di posisi yang sama ketika Jales kritis saat itu. Bedanya saat ini Gama berlutut di hadapan Jales.

Jales kehilangan kata-kata. Jujur, Jales merindukan Gama, tetapi ketika membuka mata hanya kesakitan dari rasa bersalah yang menghantamnya.

"Jales, Ayah kasih Jantung dan Intan kasih korneanya ke kamu supaya mereka ikut bahagia sama kamu."

Sebelum Fajar masuk ke ruang operasi setelah ditabrak mobi tepat di depan rumah sakit dia berkata, "Kayaknya Tuhan ngga kasih kesempatan itu buat Ayah, Gama." Yang dimaksudnya adalah membahagiakan Jales. Gama memberikannya kesempatan itu, tetapi takdir tidak.

Sementara Gama tidak pernah tahu bahwa mantan istrinya sudah mengalami kesulitan selama kehamilan. Akibat dari satu ginjalnya yang pernah didonorkan untuk Gama perempuan itu mengalami preeklamsia dan kerusakan parah pada organ hati.

Intan kesakitan setiap harinya penghadapi itu semua, dia bertahan tanpa sandaran, menyimpannya sendirian, dan itu membuat rasa bersalah Gama kian pol-polan.

"Tapi, Jales ngga pantes bahagia, Gama." Jales merintih, dia kesakitan di sekujur tubuhnya.

"Kamu pantes bahagia Jales, setelah semua sakit yang kamu terima, kamu masih bisa bilang kamu ngga pates bahagia?" Gama masih berlutut, seakan meminta ampun Gama sama sekali tidak berani menatap Jales yang sunguh-sungguh dengan permintaannya itu. "Kamu orang yang paling pantas untuk bahagia, Jales."

My Favorite Gama (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang