Chapter 67: Letter

2.6K 368 340
                                    

!!! Young Adult Story!!!

Warning 19+ (Yang belum cukup umur mundur woi. Adult bukan melulu karena ada adegan skidipapap-nya. Di dalam cerita ini banyak sekali orang bertengkar, marah-marah, kata-kata kasar. Jadi untuk yang emosinya kurang stabil menjauh.)

Sengaja ih, biar kemaleman bacanya jadi bangun tidur, jangan sebelum tidur. Entar pagi-pagi mata sembab yang dimarahin aku lagi.

🤪🤪🤪

***

"Kamu bohong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu bohong ... Jales"

__ My Favorite Gama__

***

Perawat terus berlalu lalang dari pintu ruang operasi yang lampu hijaunya menyala selama enam jam. Keluar kemudian masuk lagi, begitu seterusnya. Perawat yang diganti, atau keluar untuk mengambil tambahan alat operasi, kantung darah, masker, pakaian steril, dan masih banyak lagi yang Gama tidak tahu namanya. Ada juga dokter tambahan yang diminta datang.

Gama terpenjerat dari tidur lelapnya. Mimpi buruk tentang kejadian dua hari lalu saat Gama dengan resah menunggu di luar ruang operasi terus terngiang di ingatannya.

Cowok itu baru saja bisa beristirahat, itu pun karena disuntik paksa dengan obat tidur oleh Kristan, juga dibawa paksa untuk pulang ke kediamannya, sebab Gama layaknya mayat hidup, pucat dan menyedihkan.

Pewaris takhta Bhayangkara itu lalu menoleh ke ponsel di nakas. Melihat nomor Kristan yang tertera, dia segera mengangkatnya.

"Gama, segera ke sini, Jales tiba-tiba serangan jantung!"

Tidak perlu berpikir dua kali, Gama meloncat dari ranjangnya, dengan keadaan seadanya dia langsung berlari melewati anak tangga rumah utama Bhayangkara.

Kaus oblong dan celana jeans senada hitam yang berantakan. Gama bahkan kehilangan wajah lelahnya, yang ada hanya panik.

Melihat ketua baru mereka tergesa-gesa, anak buah Bhayangkara langsung membukakan gerbang, menyiapkan kendaraan, juga menghubungi beberapa orang untuk mengosongkan jalan menuju rumah sakit.

Ya, seberkuasa itu Bhayangkara.

Tanpa helm, tak menggunakan alas kaki, Gama yang kalang kabut mengendarai motornya terlalu ngebut.

My Favorite Gama (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang