Chapter 69: Two Years Passed

3.2K 344 428
                                    

!!! Young Adult Story!!!

Warning 19+ (Yang belum cukup umur mundur woi. Adult bukan melulu karena ada adegan skidipapap-nya. Di dalam cerita ini banyak sekali orang bertengkar, marah-marah, kata-kata kasar. Jadi untuk yang emosinya kurang stabil menjauh.)

Gais, terima kasih sudah hadir. Dan maaf untuk segala hal yang jahatin kamu hari ini

🤪🤪🤪

***

"Meskipun jadi paling beruntung, aku tidak tetap bisa merasakan sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Meskipun jadi paling beruntung, aku tidak tetap bisa merasakan sakit."

__ My Favorite Gama__

***

Jalesveva Alfa, yang meski dianggap sial tidak pernah menyerah pada hidupnya. Jalesveva Alfa, gadis cantik kesayangan Gama, yang teranyata betah menutup mata. Jalesveva Alfa, begitulah yang tertulis rapi di sana.

Gama Bhayangkara, tidak sungkan dia tersenyum menatap nama gadis favoritnya tertera terang di depan matanya.

Makasih, udah bikin aku bertahan sejauh ini, Jales, ucap Gama dalam hati sembari menarik napas panjang, seolah melakukannya dapat membantu mengangkat beban pikiran.

Tidak banyak yang berubah sejak dua tahun lalu. Selain air mata cowok itu yang berhenti mengalir setiap mengingat Jales sejak satu tahun lalu, tidak banyak metamorfosis yang terlihat jelas.

Anehnya, Gama tidak kebosanan, meski hidupnya berjalan terlalu monoton, tidak ada keinginan untuk menjalani setiap waktunya dengan sia-sia. Walaupun Gama Bhayangkara kehilangan setiap warna cerah dalam hidupnya, Gama tidak keberatan sama sekali.

Semua ini tentang dua tahun lalu, waktu yang tak terasa sudah bergulir selama itu, yang entah menjadi awal atau akhir dari cerita Gama Bhayangkara. Pastinya, jika diingat dua tahun lalu adalah masa paling sulit yang dihadapi banyak pihak.

Di mana dua tahun lalu, waktu terseret-seret hingga terlalu lambat dan berat untuk dilewati. Napas yang ditarik ulur suka rela dengan pesakitan, nyatanya mereka tetap terpaksa hidup.

Dua tahun lalu, saat dokter menyatakan dua pasien gawat darurat dengan luka berat gugur di meja operasi.

"Bos, lo ada janji ketemu sama komisaris, satu jam lagi kita berangkat, ya." Abdi yang mulanya menatap Gama dari jarak beberapa meter akhirnya mendekat sebab alarm di ponsel mahalnya berdering tenang.

My Favorite Gama (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang