Shiganshina Arc III

12 3 0
                                    

Armin berusaha positif thinking, walaupun pikirannya akan dibunuh sebentar lagi. Pyskos masih terus mengelus kepala Armin seperti anak kecil.

Armin merasa posisinya tidak sopan, karena ia merasa ada 2 bantalan di punggung nya. "Kami-sama tolong."

Pyskos masih menikmati pertarungan yang sebenarnya agak membosankan, ia ingin melihat 1 makhluk yang akan mencapai level tertinggi dari evolusi. "Armin, kau tahu, aku sebenarnya bosan menunggu seperti ini, aku ingin melihat sesuatu yang besar, aku mengagumi kekuatannya, dalam waktu singkat ia bisa bertarung di luar atmosfer bumi, bukankah itu sesuatu yang hebat?" Armin melirik ke arah langit, ia belum bisa membayangkan bertarung di luar bumi.

"Maksudnya di luar atmosfer bumi?" Armin memberanikan diri untuk bertanya, yang ia inginkan sebenarnya adalah lepas dari Pyskos, ia menyesal menunggu yang lainnya di atas dinding.

"Mereka bertarung di luar lingkup udara bumi, yang dimana tidak ada udara dan gravitasi, tapi mereka bisa bertarung seimbang menggunakan berat badan mereka. Pijakan mereka adalah udara yang di padatkan, saat mereka menyentuh batas atmosfer, berat tubuhnya menekan udara sehingga udara yang berada di bawah kakinya, akan terkumpul di satu ruang. Karena tidak ada gravitasi, mereka bisa melayang di ruang hampa udara." Armin hanya mengangguk mendengar penjelasan Pyskos, ia berharap Garou bisa menyelesaikan pertarungan nya tanpa melukai Mikasa.

"Aku berharap, Mikasa dapat menyelesaikan proses ekstraksi nya, karena masih 95% lagi, dengan begitu, Mikasa akan menjadi makhluk yang akan setara dengan dewa." Armin terkejut, ia tidak membayangkan makhluk seperti apa yang akan muncul setelah ini.

Armin tidak mau membayangkan rencana apapun, ia mendengar dari Garou kalau pengguna telekinesis bisa membaca pikiran, ia hanya perlu mengosongkan pikiran dan menunggu kesempatan.

"Datang!" Armin segera melihat ke arah yang Pyskos maksud, sebuah meteor jatuh dari atas langit, tampak seperti bola api kecil, tapi semakin jatuh semakin besar. "Tapi kenapa berbentuk seperti bola api?"

"Itu karena ada gaya gesek antara benda dan udara. Ketika sebuah batu meteor yang jatuh ke bumi, batu meteor yang masuk akan dibakar dalam lapisan mesofer atmosfer."

Semua mata yang berada di Shiganshina, menatap ke arah langit. Sebuah meteor yang siap menghantam bumi dengan kecepatan super tinggi, menuju ke arah bumi. "Komandan, itu mereka." Mata Erwin tidak bisa melihat di balik gumpalan api tersebut, tapi ia tahu kalau itu Garou dan Mikasa.

"Aneh......." Armin sedikit melirik Pyskos, ia melihat sedikit wajah keheranan dari Pyskos. "Garou tidak balik melawan Mikasa." Armin terkejut, tapi ia senang, Garou tidak melukai Mikasa sedikit pun. "Syukurlah."

Di balik gumpalan api itu, Mikasa masih terus menyerang Garou tanpa henti, Garou hanya bisa menerima setiap serangan dari Mikasa. "Sial, gadis ini memang menyebalkan. Maaf deh." Garou menangkap kedua tangan Mikasa, kemudian mematahkan kedua tangan Mikasa.

Dengan cepat, Mikasa memulihkan kedua tangannya. Dengan satu pukulan keras, menghantam ke arah wajah Mikasa. Sehingga kecepatan mereka mungkin bisa saja membuat setengah bumi bergetar.

50 meter sebelum mencapai daratan Mikasa menjauhkan diri dari Garou, mereka berdua membuat jarak antara diri mereka. Garou yang sudah mendapat petunjuk, memfokuskan tujuannya ke arah jantung Mikasa.

Lubang kecil terbuka di hadapan Garou, dan terlihat sebuah benda yang terus berdetak, Garou dengan cepat mengambil gumpalan darah yang sebesar ibu jari.

Setelah mencabut, tubuh Mikasa bergetar, ia jatuh pingsan. Mereka yang berada di atas dinding dan di bawah dinding melihat kejadian tersebut nampak tidak percaya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

 OMINOUS THE FUTUREWhere stories live. Discover now