Awal

200 15 6
                                    

"Huff....... Huff......" Seorang pria berjalan tertatih karena sangat kelelahan akibat pengulangan waktu yang ia lakukan, ia tidak ingat apa yang terjadi.

Ingatannya terputus saat dia mengatakan kalahkan masa depan yang buruk itu. Ia pun beristirahat sejenak, tubuhnya sudah tidak sanggup berjalan lagi.

Ia menjadikan pohon besar sebagai sandarannya, ia melirik ke kanan ke kiri, sebuah tempat yang entah berantah dimana sekarang.

Tangannya gemetar, kulit monster nya masih menempel di tubuhnya. Ia memperhatikan tangannya, seketika ia mengingat sesuatu. "Bocah itu..... Tareo, gimana keadaan bocah itu?"

Sesaat ia memikirkan bocah itu, tubuhnya kembali melemah karena rasa lapar yang membuat tenaga nya habis. Untung saja kesadaran nya masih ada.

Ia bangkit dari duduknya, untuk mencari sekedar air untuk diminum walaupun cuma beberapa tetes. Ia berjalan tertatih. Matanya melirik ke sana kemarih berharap ada air yang bisa di minum.

Dari kejauhan terlihat pantulan sinar matahari, yang membuat pandangannya tertuju pada satu pusat. Tanpa basa basi, ia segera berlari walaupun tenaga nya sudah mencapai batas.

Terlihat cerukkan yang cukup besar, sehingga bisa menampung air hujan. Tanpa basa basi, ia pun meminum air itu, sekaligus mencuci muka dan tangannya.

Setelah tenggorokan nya yang kering kembali basah, ia melihat pantulan dirinya. Sungguh mengenaskan, wajahnya babak belur, bekas darah yang mengering membuatnya sangat buruk untuk di pandang.

Ia pun melihat sekitaran kubangan itu, tapi seketika ia merasa aneh, kenapa kubangan nya lebih mirip telapak kaki.

"Apa apaan ini, aku minum bekas telapak kaki. Lalu dimana ini? Sebuah hutan yang belum pernah aku lihat sebelumnya." Ia melihat ke arah kanan, mencari sesuatu yang mencurigakan.

Lalu saat memandang ke kiri, ia tersentak kaget. Wajah yang aneh dengan tubuh yang sangat besar, menatap dirinya seperti menatap makanan yang lezat.

Ia diam sejenak, memperhatikan makhluk yang menurutnya sungguh tidak masuk akal. Lalu sebuah tangan mencoba menangkap nya.

Tanpa pikir panjang, ia pun melompat ke sebrang kubangan itu, untuk memperhatikan apa yang selanjutnya di lakukan.

Tanpa ia sadari, sebuah tangan besar dari arah belakang, memegang nya kuat sekali. "Sial, ternyata mereka bergerombol." Ia melotot kaget, saat makhluk itu membuka mulutnya lebar-lebar seperti ingin melahap nya.

"Wah sial.... Seperti benar aku ingin di makan." Saat sudah mencapai mulutnya, Garou menahan mulut raksasa itu, sehingga mendapatkan tekanan yang membuat nya semakin kesakitan

"Makhluk ini ternyata kuat ya, kalau saja aku tidak terluka seperti ini, pasti aku sudah menghajarnya." Tanpa pikir panjang, Garou merobek mulut monster itu, dan melepaskan genggaman makhluk tersebut.

Ia pun melompat ke atas pohon, memperhatikan tingkah laku makhluk yang ada di hadapannya. "1... 2.... 3,4,5, kurang lebih mungkin ada sekitaran 10. Tapi entah lah, kurasa sebaiknya aku har...."

Ucapannya terhenti karena ia tersentak kaget, melihat makhluk yang baru saja ia robek mulutnya, kembali berdiri tanpa luka sedikitpun. "Tidak mungkin! Aku rasa aku sudah menghancurkan mulutnya!"

Garou mengambil kesimpulan, bahwa makhluk ini memiliki regenerasi yang sangat cepat. "Ohh begitu, mungkin dia memiliki titik kelemahan di salah satu tubuhnya."

Garou berpikir sejenak, jika ia mencoba melukai tubuhnya yang lain, itu percuma saja, kekuatan nya masih dalam tahap pemulihan. Ia memegang perut bagian kirinya yang terasa sakit.

 OMINOUS THE FUTUREWhere stories live. Discover now