Return To Shiganshina Arc

19 3 1
                                    

Alis Garou berkedut, ia merasa menyesal tidak tidur tadi pagi. "Kenapa kalian tidak bilang kalau jalannya malam, sialan?!" Eren menepuk pundak Garou, ia merasa kasihan kepada temannya.

"Sudahlah, yang penting tadi siang kau sudah tidur." Saat Garou sudah memejamkan matanya, ia merasa ingin buang air, setelah buang air, ia merasa sudah segar bugar. "Hahhhhhh, gara gara aku minum banyak teh, jadinya aku harus ke kamar mandi."

"Maka dari itu, aku cukup kebingungan, saat kami bangun, kami tak melihat kamu." Ucap Armin. Garou menggaruk kepalanya, ia ingin sekali tidur. "Yahhh aku juga salah si, harusnya saat aku terjaga, aku lanjutkan tidur."

"Itu karena kau kebanyakan begadang, salahmu sendiri." Garou melirik Mikasa, kali ini ia tak bisa membantahnya.

Setelah sampai di atas dinding, mau tak mau Eren dan Armin memegangi Garou, takut ketiduran. "Kau terlihat bersemangat sekali Garou." Erwin sedikit meledek Garou, ia tahu kalau Garou pasti lagi marah marah karena tidak di beritahu.

"Cih, semangat apaan."

"Hei!" Sontak mereka menatap ke arah bawah. "Tolong rebut kembali dinding Maria! Masa depan umat manusia kami serahkan kepada kalian! Terima kasih karena sudah menyelamatkan kota ini! Semuanya kembali dengan selamat! Tolong rebut kembali tanah kita!"

Teriakan dukungan dari para warga, membuat pasukan Pengintai cukup keheranan. Mereka tidak menduga, kalau mereka sangat di dukung dalam misi kali ini. "Bicara seenaknya saja."

"Om Garou!" Seorang melambaikan tangan, Mikasa dan Garou mengenali anak itu. "Bukankah dia?" Garou hanya mengangguk, sedangkan Eren tak tahu siapa anak itu. "Dia siapa?"

"Seperti nya anak kecil yang Garou pernah selamatkan." Ucap Armin, mendengar hal itu Eren hanya mengangguk. "Om Garou, kembali dengan selamat ya."

Garou merasa geli ada embel embel om di depannya. "Memang wajar Garou di panggil om, karena wajahnya mirip sekali dengan om om." Eren dan Armin tertawa kecil, becandaan Mikasa memang terlalu lucu.

Garou memiringkan kepalanya dan memberikan senyum manis kepada Mikasa. "Aku berjanji akan menjadikanmu makanan Titan."

"Tapi ngomong ngomong, itu siapa?" Mereka bertiga menatap perempuan yang sudah terbilang cukup dewasa, bersama anak itu. "Mungkin ibunya." Ucap Eren.

Erwin berteriak sangat keras, membuat mereka semua menatap ke arah Erwin. "Operasi terakhir perebutan Wall Maria, dimulai!"

Garou menyungging senyum, ia menatap gadis kecil itu. "Ya, aku pasti kembali dengan selamat."

Mereka semua turun, lalu menaiki kudanya masing masing. "Maju!"

Matahari mulai terbenam, Garou melihat matahari tersebut. "Psykos, aku tahu jangkauan telepati mu sudah mencakup seluruh wilayah ini, siapkan pemakamanmu."

Mendengar hal itu Psykos tersenyum, ia mendongakkan kepalanya. "Bukankah harusnya kalian yang menyiapkan pemakaman kalian?"

Mendengar ocehan Psykos, Zeke menoleh ke arah Psykos. "Mereka sudah berangkat?" Psykos mengangguk, Zeke berdiri menatap kearah pasukan Pengintai yang akan datang. "Baiklah, waktunya sudah di mulai."

***

Matahari sudah terbenam, Erwin memberikan komando untuk turun dari kuda dan berjalan. Mereka menyalahkan lampu, yang bahan dasarnya minyak.

Mereka berjalan menyelusuri tanah yang luas, karena keadaan sudah gelap, mereka seperti menyelusuri jalan setapak.

Hawa semakin dingin dan mencekam, mereka seperti sedang di perhatikan. "Huuuu, kenapa semakin dingin ya?" Ucap Jean yang sedikit bergetar.

 OMINOUS THE FUTUREWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu