Half Monsters

26 7 0
                                    

"Mikasa, hei Mikasa!" Teriak Hannes, Mikasa berkuda sedikit lebih cepat. Ia berfokus untuk sampai ke dalam hutan sebelum matahari terbenam, tapi ia tidak sadar melaju kudanya begitu cepat sehingga Hannes memanggil nya.

"Simpan sedikit tenagamu." Mikasa memelankan kudanya, sehingga Hannes bisa menghampiri nya. "Kau berada di dekat barisan depan. Kau bisa merusak formasi. Aku mengerti perasaan mu .... Tapi bukankah sudah kubilang. Eren tak akan mau di bawa begitu saja tanpa memberikan perlawanan. Benar kan?" Mikasa menganggukkan kecil, ia mengerti perkataan Hannes.

"Kau tahu dia tidak akan menyerah, jadi kita harus tetap tenang dan berada di sana saat dia membutuhkan." Sekilas ingatan, bagaimana keseruan mereka sebelum tembok di jebol.

Mikasa selalu menolong Eren ketika dia menghajar para pengganggu itu. "Persis seperti waktu itu." Mikasa tersenyum, ia mengingat momen itu. Ia memegang syalnya, merasakan kehangatan yang selalu menyelimuti nya. "Merasa Dejavu." Armin melirik Garou, ia mendengar ucapan Garou. "Dejavu apa?"

"Aku pernah menolong bocah sialan yang tengah di culik, mirip seperti sekarang ini. Tapi untungnya dia cuma di culik sama dua orang doang, jadi tidak perlu ada pertarungan besar." Armin menunduk sendu, iya benar memang seharusnya tidak akan ada pertarungan besar.

"Tapi, pergerakan kita mungkin akan di hambat oleh beberapa Titan. Kita tidak tahu, sebanyak apa Titan di daerah sini. Kemungkinan ada sedikit pertarungan karena operasi kita tidak akan berjalan mulus." Imbuh Armin, Garou memperhatikan sekelilingnya, ia mendengar suara langkah kaki yang cukup jauh.

"Iya benar, aku mendengar nya." Armin hanya tersenyum kecil, ia menatap ke arah depan, berharap matahari belum terbenam sebelum mereka sampai ke tempat Eren.

"Kuda hanya dapat berlari sampai 88KM/jam. Saat aku menghindar dari ledakan Titan itu, aku bilang ke dia kalau aku sedang pamer Speed Blitz. Jadi kalau aku berlari, aku bisa sampai ke sana kurang dari 5 menit." Armin mendengar lagi gumaman Garou, ia sedikit bertanya-tanya secepat apa Garou berlari. "Garou, jangan bilang kau dapat berlari melebihi kuda?" Garou hanya melirik Armin, ia sedang mengingat kembali kecepatan yang bisa membuat bayangan di satelit I'O.

"Tidak, ada yang lebih cepat lagi. Bahkan dia bisa membuat bayangan di satelit I'O." Armin baru pertama kali mendengar satelit I'O, ia tidak tahu apa itu. "Satelit I'O, itu apa?"

Tenang Garou kali ini tidak merasa emosi, karena ia harus mengingat kembali kecepatan itu. "Satelit I'O adalah satelit terdalam di antara empat satelit Galileo yang mengelilingi planet Jupiter. Dengan diameter sebesar 3642 kilometer, I'O merupakan satelit terbesar keempat di Tata Surya." Armin tambah terkejut, ia baru mendengar kembali Tata Surya. "Garou Tata Surya itu apa?"

"Tata Surya itu kumpulan benda langit yang terdiri dari planet beserta satelitnya dengan Matahari sebagai pusat, peredaran, Matahari, asteroid, komet, meteor, dan debu ruang angkasa. Kita berada di planet bumi, planet ketiga setelah Merkurius dan Venus. Jika kita terlalu dekat dengan matahari, kita akan terbakar, jika terlalu jauh kita akan kedinginan." Armin semakin penasaran. "Lalu selain bumi, apa lagi?"

"Ada miliaran planet di luar angkasa, bahkan jumlah nya tak terhitung. Mungkin tidak bisa di hitung, karena bintang bintang yang kalian lihat setiap malam, adalah planet seperti matahari yang lebih besar dari matahari saat ini. Dan jarak mereka ribuan tahun. Mungkin, karena aku sendiripun tidak tahu pasti, seberapa jauh jaraknya. Yang jelas, bintang yang bersinar di langit, adalah planet yang bercahaya seperti matahari, dan lebih besar dari matahari." Armin terpukau, ia baru menyadari ada hal yang lebih besar, lebih jauh lagi yang tersembunyi di dunia ini.

 OMINOUS THE FUTUREWhere stories live. Discover now