Langkah sendiri

27.7K 2.8K 71
                                    

Ia ingin bertahan, untuk semua ini.

.
.
.

Zayan terbangun sekitar pukul enam pagi, namun karena masih terlalu pagi Ia memutuskan untuk kembali tidur, lagian Ia tidak memiliki kegiatan apapun.

Beberapa menit memejamkan mata kembali, Zayan tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang meraba-raba wajahnya, tidak mengganggu malah membuat Zayan semakin nyaman memejamkan mata.

Pikirannya langsung tertuju pada Ian, Zayan mencoba membuka sebelah matanya untuk mengintip, dan ternyata memang benar Ian yang sedang mengelus-elus wajahnya.

Zayan yang tak tahan dengan keimutan Ian pun memberikan ciuman bertubi-tubi di wajah anak tersebut, hal itu membuat Ian terkejut dan juga kegelian di saat yang bersamaan.

"ahahahahaha, ma geyi...ian geyi."

"muahhmwahh, lucu banget anak mama."

Zayan membawa tubuh kecil itu ke dalam pelukannya, lalu bersandar pada headboard dan memangku Ian menghadap dirinya.

"mau cu mama."

"ian haus?"

Ian menganggukkan kepalanya, sementara kedua tangannya meraba-raba dada Zayan tanda bahwa Ia ingin menyusu.

Zayan menidurkan Ian di tangan kanannya, dan tangan kirinya menyingkap baju agar memberikan akses pada Ian untuk menyusu.

Ian langsung menyambar puting Zayan, dan menyesapnya agar mengeluarkan cairan untuk dirinya minum, hal itu membuat Zayan terkekeh.

"pelan-pelan sayang."

Zayan mengusap pipi bulat Ian, sesekali mengelap cairan yang keluar dari mulut balita tersebut, sungguh tidak sabaran dan juga sangat lahap.

Zayan jadi membayangkan bagaimana permainan bapaknya Ian, EH!

Ngomong-ngomong Zayan teringat sesuatu, seingatnya tadi malam Ia menonton di lantai bawah dan ketiduran di atas sofa, lalu bagaimana bisa Ia berada di kamar saat pagi hari.

Apa dirinya salah mengingat saja, tapi Ia yakin tadi malam menonton televisi dan tiba-tiba mengantuk karena acara yang Ia tonton sangat membosankan.

Berjalan saat tidur juga tidak mungkin, seumur-umur belum pernah Zayan sleep walking, gimana dia tidur bangunnya pasti dalam keadaan yang sama.

Apa Devran? Tapi pria itu tadi malam sangat sibuk di ruang kerja, mungkinkah sempat untuk melihat keadaan di lantai bawah, apalagi hubungan antara dirinya dan Zayan tidak begitu baik, menambah keraguan di hati dan pikiran Zayan.

Membuat beban pikiran saja, Zayan tidak mau paginya yang indah ini malah rusak karena dugaan-dugaan yang tak pasti, lebih baik Ia tanyakan saja langsung pada Devran nanti.

pwah!

"udah." Ucap Ian setelah melepas panggutannya di dada Zayan.

"udah? Sekarang kita cuci muka terus turun ke bawah ya."

"ote mama."

Setelah bersiap-siap di dalam kamar mandi, kini keduanya turun ke lantai bawah, tujuan Zayan adalah ruang makan karena dirinya ingin sarapan.

Ternyata sudah banyak pekerja di sana, kapan mereka datangnya ya, apa para pekerja tinggal di rumah ini, tapi tadi malam tidak ada satupun pekerja yang terlihat.

"pagi tuan Zayan."

"pagi, sedang memasak apa?"

"eum, saya membuat omelette untuk sarapan seperti biasanya."

Another Zayan (Hiatus)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum