56. From The Past

86 15 0
                                    




Segelas air minum terulur dari tangan sang pemuda yang tersenyum tipis tanpa bicara.

Sekotak tissue dengan isi yang terus berkurang masih teronggok di sisi tubuhnya yang duduk bersandar di sisi bawah tempat tidur sang pemilik kamar.

Seokjin duduk bersebelahan. Diam menemani sang pemuda yang terus mengatur napas pendek dari tangisannya.

Beberapa detik kemudian bahunya mendorong pelan lengan Namjoon yang menopang di atas kedua lutut yang menekuk di depan tubuhnya. Menoleh dan tersenyum memiringkan kepala.

Namjoon tersentak dan berusaha membalas senyumannya.
"Sorry...." Ia berbisik dengan suara paraunya.

"Udah ya...." Seokjin mengusap lembut kepalanya.



"Makasi udah ga nyerah...."

"Aku ga bisa ngebayangin kalo...." Namjoon kembali memalingkan wajahnya.

"Eh.....udah ah....itu liat matanya udah bengkak gitu" Seokjin terkekeh sedih mengusap air mata sang pemuda yang lagi-lagi mengalir.

"Hey....liat sini..." Ia berpindah ke hadapan Namjoon yang tertunduk malu sambil mengucek matanya.



"Nam...." Ia menopang dagunya pada sebelah lutut sang pemuda.

"Tau ga? Waktu gw mutusin buat ngilang biar mereka ga ganggu gw lagi...."

"Mereka diem, Nam...."


"Dan lo tau ga apa yang muncul setelah itu?"

"Suara Amber.....dan suara lo...." Seokjin mendengus tersenyum menatap Namjoon yang memiringkan kepalanya dengan senyum sedih.

"Gw ga pikir panjang lagi.....gw lari mumpung mereka ga ada"

"Gw pengen ketemu lo....gw harus ketemu lo" Ia terkekeh pelan.

"Eh trus kaki gw lemes....trus jatoh di depan kamar lo" Seokjin tergelak.

Wajah bersemu itu teramat dekat. Deretan gigi rapinya terlihat jelas menghias gelak tawa yang telah lama tak ia lihat.

Namjoon terkekeh pelan dan mengusap surai hitam di sisi kepalanya, menyentuh pipi yang tak sebulat dulu itu dengan ibu jarinya lembut.
"Kangen ketawa kamu..."

"Kangen kamu, Seokjin...."

"Maafin aku udah ninggalin kamu saat kamu bener-bener butuh aku...." Ia tertunduk memejamkan matanya erat.


Seokjin menggeleng dengan senyum lebar masih terulas di wajahnya. "Ngga, Nam...."

"Aku yang ga punya keberanian buat sembuh"

"Aku yang terlalu takut ngejalanin prosesnya, takut kamu malu, takut cemoohan orang-orang, takut kalo bokap tau aku bakal dimarahin abis-abisan dan itu bakal bikin aku down lagi...dan harus ngulang semuanya lagi..."

"Aku terlalu males buat ngerasa cape...terlalu skeptis untuk hal-hal yang bakal aku alamin kalo aku sembuh"

"Karena tiap ada hal indah yang aku alamin, mereka ga akan ngebiarin aku buat ngerasa seneng..."

"Terutama saat aku lagi sama kamu..." Senyumnya memudar.

Namjoon mengangguk-angguk tanpa menatap. Air matanya kembali menetes ke lantai.

"Kamu ga salah, Nam..."

"Cuma.......kita aja yang ketemunya di saat yang ga pas"

.

.

.

"Joonie......"

"Papa ga tega kamu kaya gini"

"Seandainya kerjaan Papa bisa lebih cepat selesai, Papa pasti kesana buat peluk kamu nak...."
Desah panjang di ujung sambungan itu semakin membuat Namjoon sedih.

"Gapapa Pa...."
"Makasi banyak udah bantuin aku..."

"Aku kangen Papa...."

"Papa juga kangen kamu, Joonie..."
"Dan....tolong jangan sungkan kalo ada apa-apa yaa..."

"Kamu ga pernah ganggu waktu Papa, nak..."
"Hubungi Papa kapan aja"

Namjoon mendengus tersenyum. "Iya Pa..."
"O ya....Papa udah berhasil ketemu sama orangnya?"

"Loh?"
"Belum tiba kah?"

"Kata Pak Jung dia sudah berangkat dari tadi pagi"

Namjoon mendorong kacamatanya lalu melirik jam dinding.
"Macet kali ya?"

"Kamu yakin itu baik untuk Seokjin, nak?"
Jeda sejenak sebelum sang ayah bertanya hati-hati.

"Aku ga tau, Pa..."

"Aku cuma pengen ngeyakinin Seokjin kalo dia masih punya orang yang sayang sama dia"

"Selain aku yang cuma bisa sayang dia dari jauh..."

"Joonie......maaf ya..." Lagi-lagi hela napas kecewa itu berhembus.

"Ternyata berada di tempat asing dengan jiwa rapuh yang harus beradaptasi lagi itu ga bagus buat kesehatan mental Seokjin..."

"Dan hubungan kalian saat ini, maaf...."

"Malah memperburuk kondisinya"

"Seokjin selalu dihadapkan oleh dua pilihan yang sulit, nak..."

"Antara membuat dirinya sendiri bahagia dan kamu terluka"

"Atau kamu bahagia....dan Seokjin lebih terluka"



"........"


"Joonie?"

"Ngerti.....aku ngerti, Pa..." Hela napas panjang berhembus dari bibirnya.



TOK TOK


"Pa....." Namjoon menoleh ke arah suara ketukan.

"Kayanya dia udah dateng..."

"Okay..."
"Joonie.....dampingi mereka ya..."

"Papa takut Seokjin malah tambah down..."

"I will, Pa....makasi banyak ya...."

"Titip salam buat Dokter Lee....aku kabarin lagi kalo Seokjin udah siap..."



Dan sambungan pun berakhir.

My Happy PillWhere stories live. Discover now