38. Regret

105 18 1
                                    



"Lo bener gapapa gw tinggal sendiri?" Hoseok menatap sedih kantung mata hitam dan wajah pucat sang sahabat.

"Gapapa lah Hob....masa lo mau batalin perform lo" Berusaha tertawa, Seokjin menepuk pelan bahunya.

"Jin......udah lima hari lo ga keluar kamar loh...."

"Ikut aja yuk....daripada sendirian disini" Sang pemuda berpakaian mencolok itu menarik tangannya lembut.

Seokjin menggeleng dan tersenyum. "Gapapa....gw baca buku aja disini..."

"Bener baca buku aja?" Raut wajah itu berubah serius.

"Bener....." Seokjin melirik perlahan.

"Jin...."

"Mereka ga nyata..."

"Eungka dan Youngjae ga nyata..."

"You know that, right?" Hoseok berlutut di hadapan Seokjin yang mengangguk-angguk di tepi tempat tidurnya.

"Say it...." Wajah seriusnya mendekat.

"Eungka dan Youngjae ga nyata...." Terisak pelan mengusap pipinya, Seokjin berucap terbata.

"Ahh.....udah ikut aja yuukkk...." Hoseok memeluk erat sang sahabat.

"Beneran, Hob....gw disini aja..." Seokjin terkekeh pelan.
"Gw tau mana yang nyata dan yang ngga kok..."

"Namjoon ninggalin gw bikin gw tambah sadar" Isakan keras meluncur tak tertahan.

"Gw sayang banget sama dia, Hob...."

"Gw sayang Namjoon....."

"Jin........" Hoseok mengeratkan pelukannya. Mengusap-usap punggungnya yang bergetar sedih.



"Gw tanya sekali lagi...."

"Bener udah tenang?" Hoseok menggenggam kedua bahunya di ambang pintu.

"Udaahhhh....pergi sanaa..." Seokjin tertawa mendorong tubuh sang sahabat.

"Langsung kabarin gw ato Jackson kalo ada apa-apa ya..."

Seokjin mengangguk. "Good luck performnya, Hob..."

"Have fun...."

Pintu kamarnya pun tertutup.

"Padahal pengen ngajak Namjoon buat nonton acaranya Hoba malem Natal n taun baru ini..." Seokjin bersandar dan mendengus sedih pada daun pintu di punggungnya.




'Hoba....'
'Gw lupa nanya...'
'Namjoon sama Jackson ikut nonton lo ya disana?'

Seokjin meletakkan ponselnya di atas nakas dan kembali membaca buku ke-duanya.

Hampir satu jam kemudian ponselnya berdenting.

'Sorry gw abis perform...'
'Iya mereka disini'
'Malu-maluin banget si Jackson bawa-bawa spanduk gede gambar muka gw!'
'Mana ga pake baju lagi!'

Seokjin terkekeh membaca pesan balasan sang sahabat.

'Lo baik-baik aja Jin?'
'Ga ada yang aneh-aneh kan?'

'Ga ada, Hob...'
'Aman kok'

'Lega deh gw....'
'Eh....gw perform lagi nih...'
'Kalo ada apa-apa lo hubungin Jackson ya...dia bakal standby terus kok sama hapenya...'

'Dikalungin bareng gantungan kunci gambar muka gw jirrr...baru sadar gw'

Tawa Seokjin meledak seketika. "Serunya...."

Beberapa menit kemudian ponselnya kembali berdenting.

'Jin.....'
'Namjoon nanyain lo...'
'Dia inget lo pernah ngajak dia kesini'

Seulas senyum tipis perlahan menghias wajahnya. Diletakkannya ponsel itu setelah Seokjin membalas dengan emoticon senyum.


"Ga dibales ya Hob?" Pemuda berkacamata itu mendekat, melirik ponsel yang masih digenggam sang sahabat.

"Cuma emot smiley doang...." Hoseok menoleh memperlihatkan isi pesan yang beberapa menit lalu dibalas super singkat.

Namjoon mendengus pelan. "Gw salah ya, Hob?"

"Buset.....udah ampir seminggu baru sadar" Hoseok mendorong lengannya.

"Ya....lo bedua salah sih...."
Mereka pun duduk diantara Jackson yang tengah menghabiskan colanya.

"Seokjin butuh lo, Nam...."

"Cuma kan lo sibuk sama kuliah..."
"Plus lagi ujian" Jackson melempar gelas plastik kosong itu ke tempat sampah di seberangnya.

"Inget kan Seokjin nungguin sampe malem cuma buat jalan pulang bareng lo?"

"Overstudy biar bisa maen bareng kita ke Wonderland"

"Okay....Seokjin jadi lari ke obat..."
"Lo pernah bujuk dia buat rehab ga? Ngga kan?" Hoseok melanjutkan pembicaraan.

Namjoon tertunduk pasrah. Tak satupun penuturan sahabat-sahabatnya mampu ia sanggah.

"Seokjin di asrama kan?" Ia menegakkan kepalanya dan berdiri.

"Nah gitu dong! Kejar!" Jackson terbahak menepuk bokong sang pemuda.

"Ada kok...mau baca buku aja katanya" Hoseok tersenyum lebar dengan mata berbinar.





Sweater putih berbalut jaket hitam panjang menutupi tubuh dinginnya.
Seokjin berjalan pelan menyusuri trotoar yang masih ramai.

Butuh waktu hampir dua jam hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar menghirup udara segar walau waktu hari telah larut.

Warna merah, hijau dan putih dominan menghias pertokoan yang masih saja dikunjungi beberapa keluarga maupun pasangan. Hanya sekedar memanjakan mata atau membeli kado untuk orang kesayangan mereka.

Senyum tipis kembali mengembang di wajah sendunya.

"Kangen Namjoon...." Diraihnya snow globe kecil berisi sebuah rumah dengan pohon pinus di sebelahnya.

Bola kaca itu diguncangnya pelan setelah membayar pada sang penjual yang melambaikan tangan dari kedai dagangannya di tepi jalan.

Ia kembali menyusuri trotoar.
Hingga sebuah pemandangan mengusik matanya.

Sosok pemuda berjaket tebal terlihat berlari-lari kecil dari kejauhan. Menyalip orang-orang yang berjalan di depannya.

Beberapa kali kaki jenjangnya terpeleset jalanan yang licin.

Seokjin mendengus tersenyum saat pemuda itu berhenti beberapa meter darinya. Menatap lurus di balik kacamatanya yang sedikit berembun.

"Namjoonie....." Sudut bibirnya berkeluk. Ia berjalan ragu menghampiri dengan bola kaca yang tergenggam erat di dada.

Sesaat kemudian kepalanya tertunduk dan terisak ketika Namjoon berjalan cepat menyambutnya.


"Jin....." Ia menangkap bola kaca yang tergelincir dari jemari lentik itu kemudian dengan cepat mendekap tubuhnya.



"Maafin aku, sayang....."

My Happy PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang