39. Vow

101 15 0
                                    



"Namjoonie...liat, aku beli ini buat kamu..." Seokjin tersenyum lebar mengguncang-guncang bola kaca di tangannya.

Kedua alis sang pemuda terangkat pelan. Bahunya melemas mendengar ucapan manja dari bibir pucat dan tubuh kurus di hadapannya.
Kedua lengan yang masih melingkar di pinggangnya seolah tak memeluk apa-apa.

"God....what have I done....." Namjoon berusaha tersenyum meraih jemari dingin yang menggenggam bola kaca itu lalu mengecupnya.

"Aku udah beli sesuatu....tapi aku tinggal di kamar..." Senyumnya melebar mengamati hadiahnya.

"Beneran?" Seokjin meremat jaket sang pemuda senang.

"Kenapa ga pake sarung tangan, sayang?"
"Ini dingin banget loh..." Namjoon menggosok-gosok lalu menangkup kedua tangan yang mengepal itu.

"Lupa....hehe...." Kepulan uap berhembus dari bibirnya yang terbuka.

"Pulang yuk....nanti kamu sakit..." Namjoon mengusap lembut pipi tirusnya.

Jemari lentik itu digenggamnya erat. Bola matanya tak henti melirik sang kekasih yang masih tersenyum.

Lega, sedih, senang bercampur dengan rasa sesal yang menyayat hatinya.



"Ah! Licin banget sih...dari tadi aku kepeleset mulu!" Namjoon mengerucutkan bibirnya kesal.

Setengah membungkuk, Seokjin terbahak menoleh pada sang kekasih yang mulai berjalan mengendap-endap.

"Jangan diketawain.....aku malu tau..." Langkahnya semakin melambat di tengah-tengah hamparan salju menuju mobilnya.

"Kan jalan aku jadi kaya kakek-kakek" Pintu mobil itu dibukanya.

"Namjoonie!"

Pemuda berkacamata itu menoleh cepat. Bertepatan dengan gumpalan salju yang menghantam kepalanya.

"Oh! Maaf....maaf Namjoonie....."
"Kirain ga setinggi itu" Seokjin membulatkan mata dan membekap mulut dengan kedua telapak tangannya.

"Awas kamu yah!" Namjoon menutup kembali pintu mobilnya lalu berlari terseok mengumpulkan gumpalan-gumpalan putih dari sekitar sepatunya.

Seokjin tergelak melindungi kepalanya sambil berlari kecil menghindari kejaran Namjoon.

"Nam...udah...nanti kamu jatoh!" Gelak tawanya semakin kencang.

Tak berhasil mengumpulkan salju, Namjoon menarik pergelangan tangan sang kekasih dan memeluk pinggangnya.

"Kangen....." Bibir yang masih terbuka itu dikecupnya lembut.

"Sumpah kangen banget sama kamu, Seokjin...."

Seokjin mendengus tersenyum setelah terpaku kaget.
"Kirain cuma aku aja...." Ia terisak pelan.

"Maafin aku, Namjoonie......"

"Ngga, sayang....aku yang salah...."

"Aku yang udah bikin kamu kesepian selama ini...." Didekapnya tubuh bergetar itu erat

"Maafin aku ya...."

"Sayang?" Namjoon mengecup puncak kepalanya.


"Sayang!"






"Gw sadar Seokjin emang tambah kurus..."
"Tapi gw ga tau kalo badan dia sampe sekecil ini...."
Hoseok mengusap wajahnya kasar. Kepalan tangannya menopang dagu dengan raut wajah khawatir.

"Kim....Hob.....kita ngobrol di luar yuk..."
"Takut ganggu" Jackson beranjak meninggalkan kamar Seokjin.

"Gw minta ijin sama asisten asrama buat tukeran kamar sementara..."

"Kim......Seokjin lagi dalam kondisi ga baik buat ditinggal-tinggal"

"Hoba jarang balik ke kamarnya..."

"Kim.....sorry....bukan apa-apa, tapi gw sedih banget liat Seokjin kaya gini"

Hoseok menunduk tak berkata-kata mendengar ucapan sang sahabat.

"Eh....sorry, bukan maksud gw ini jadi salah lo Hob..."
"Lo kan sibuk...."

"Sementara Seokjin lagi..........sakit" Jackson melirik hati-hati pada Namjoon.

"Ngerti....gw ngerti kok, Jack..." Menghela napas panjang sebelum berucap, Hoseok tersenyum sedih.
"Lo kadang bisa dewasa juga ya pikirannya..."

"Woiiyyaaalaahhhh jelasss...." Setengah berbisik, Jackson memakai kacamata hitamnya dan menyeringai sombong.

Namjoon hanya terkekeh pelan memperhatikan kedua sahabatnya yang kini saling memukul.

Pikirannya terus tertuju pada sang kekasih yang beberapa jam lalu merosot dari pelukannya dan hilang kesadaran.




Ia duduk menatap lekat wajah pucat tirus sang kekasih. Jemari dingin itu digenggam di atas dagunya.
Berharap uap dari bibirnya bisa memberi kehangatan walau sedikit.

Perlahan bibirnya melengkung. Air matanya mulai menitik.

"Please jangan gini, Seokjin...." Ia berbisik dan merebahkan keningnya di tepi tempat tidur.

"Kakek kenapa nangis?"
Suara disertai kekehan lemah itu membuatnya sedikit berjengit kaget. Namjoon menegakkan kepala dan memakai kacamatanya.

"Hey...." Sapanya hangat seraya belaian lembut pada kening sang kekasih.
"Kamu manggil apa tadi huh?" Namjoon menjawil pipinya gemas.

Seokjin kembali terkekeh lalu meringis meraba dahinya.
"Aku pingsan ya tadi?"

"Malu-maluin aja...." Ia memejamkan matanya.

"Sayang makan ya...." Pemuda berdimple itu mengusap-usap lembut kepalanya. Suara pelannya bergetar.

Seokjin menggeleng lemah.

Sebuah isakan kecil meluncur tak terkendali setelah berulang kali menelan ludahnya. Dengan cepat Namjoon mengusap air mata yang tumpah tak tertahan.

"Namjoonieee....." Seokjin menoleh pelan dengan raut wajah sedih.

"Jangan gini, sayang...."

"Please jangan kaya gini...." Ia tertunduk. Air matanya mengalir deras bersama kedua telapak tangan yang menggenggam erat jemari sang kekasih.


"Nam....Nam.....hey...." Seokjin bergeser memeluk bahu bergetar itu.

"Iya....iya aku makan yaa..."

"Namjoonieee...udaahh......aku jadi ikutan sedih" Ia terkekeh pelan dalam isakannya.


"Aku bego, Seokjin....."

"Harusnya aku ga ninggalin kamu" Dibiarkannya tangisan itu tumpah di atas bahu lebarnya.

"Aku sayang banget sama kamu, Seokjin...."

"Aku ga sanggup kalo harus kehilangan kamu"


"Ini....."

Mengusap sisa-sisa air matanya cepat, Namjoon merogoh saku celananya lalu menyematkan sebuah cincin silver berinisial nama mereka pada jari manis Seokjin.

"Ini janji aku...."

"Aku mungkin ga selalu ada di samping kamu"
"Tapi aku janji....aku janji ga akan pernah ninggalin kamu..."

"Kalo kamu kesepian.....kamu liat ini..." Ia mengangkat jemari bergetar itu.



"Ini kita...."

My Happy PillWhere stories live. Discover now