33. Brunch

117 16 2
                                    




"Kita sekalian makan siang aja ya?"

"Seokjin...maaf ya Om jadi ganggu acara pagi kalian"

"Ha? Ng-ngga kok, Om..." Seokjin membulatkan mata kaget saat sang ayah menoleh dari bangku depannya.

"Kalian pasti udah lapar banget ya?"
"Kita makan disini aja kalo gitu....biar ga lama-lama di jalan" Beliau menunjuk sebuah restoran tak jauh dari hotelnya.

"Mau sayang?" Namjoon melirik kaca spion tengahnya.

Seokjin tersenyum dan mengangguk.
Namjoon menghela napas lega dan membalas senyumannya.

"Mungkin Seokjin cuma gugup aja tadi..." Pikirnya.



Sedan hitam itu berhenti, diikuti satu sedan hitam lain yang memarkir tepat di sebelahnya.

"Kalian tunggu saja disini" Pria jangkung itu berucap pada kedua orang yang baru saja keluar dan berdiri di samping kendaraan mereka.




"Papa sama Seokjin pilih-pilih makanan dulu aja ya...aku ke toilet bentar" Namjoon mengusap singkat punggung sang kekasih dan tersenyum pada sang ayah yang mengangguk senang.



"Gimana, Hob?"

"Aman sih....gw udah bongkar-bongkar lemari buku sama bajunya"
"Ga ada apa-apa..."

"Kayanya emang Seokjin overstudy aja, Nam..."
"Sorry gw nuduh dia sembarangan..."

Hela napas lega berhembus. Namjoon memejamkan matanya.
"Lo tau.....gw lega banget dengernya, Hob...."
"Thanks ya..."

"No probs, Nam..."
"Lo lagi sama dia?"

"Iya....sama bokap juga....dia tiba-tiba telpon pas kita lagi di jalan" Namjoon terkekeh pelan.

"Wow.....gimana reaksi bokap lo pas ketemu Seokjin?"

"More than anything, Hob....bokap kaya seneng banget ketemu Seokjin"

"Sebaliknya, Seokjin tegang banget.....padahal tadi pagi dia bawel banget ngajakin gw keluar..."
"Terlalu cepet ga menurut lo mereka ketemu?"

"Mungkin...." Hoseok menghela napas panjang sebelum menjawab.

"Tapi lo liat aja gimana interaksi mereka, Nam. Toh Seokjin juga ketemu bokap lo dadakan gini....wajar sih kalo dia kaget..."





Langkah sang pemuda terhenti sejenak.

Senyumnya mulai mengembang melihat kedua laki-laki kesayangannya tengah tertawa-tawa sambil saling mendekat.

"Aaah.....Papaaaa.....pasti lagi ngasi liat foto kecil aku nih..." Namjoon mengintip dari atas kepala sang ayah yang masih menggenggam ponselnya.

"Kamu chubby banget, Nam...." Masih terkekeh, Seokjin mengusap air matanya.

"Puas banget kayanya ketawanya ya?!" Namjoon memeluk bahu sang kekasih dan mengecupi pipi bersemu itu gemas sebelum kembali ke kursinya.

Tak lama, seorang pelayan datang membawa beberapa macam hidangan lalu meletakkan di atas meja mereka.

"Wahh....kenapa tahun kemarin kita ga pesen ini, Joonie?" Binar mata sang ayah mengikuti arah piring-piring berisi potongan daging yang masih berasap.

"Tahun lalu Om makan disini sama Joonie...tapi malah pesen pasta" Beliau tertawa menepuk pelan paha Seokjin yang tengah membagi-bagikan piring juga alat makan.

"Disini Braised Short Ribnya enak banget, Om..."
"Tapi ga semua orang tau soalnya kan Italian resto kaya cuma identik sama pasta gitu..."

"Cobain deh, Om...." Seokjin memotong daging besar itu lalu meletakkannya di atas piring sang pria di sebelahnya.

"Mmhhhh...." Tak berkata-kata, sang ayah hanya menoleh dengan kedua matanya yang membulat dan dahi berkerut. Garpunya menunjuk-nunjuk di atas piring.

"Gimana, Om?"

Sebuah gumaman kembali terdengar dari pipi yang masih membulat berisi daging panggang.

Bahu lebar itu ditepuk-tepuknya pelan.
"Om harus sering-sering makan keluar bareng kamu kayanya..."

"Joonie....ayo dimakan...ini enak sekali..."

Sedikit tersentak, Namjoon mengangkat alis dengan senyum yang tak juga hilang dari wajahnya.
Sungguh pemandangan yang amat berbeda dari awal perjumpaan mereka.

Dua orang kesayangannya bersenda gurau tepat di depan mata. Raut wajah tegang sang kekasih yang sedari tadi dikhawatirkan seolah hilang tak berbekas.

Telapak tangan yang biasa memanjakan kepala plontos kecilnya dulu kini berada di punggung sang kekasih dan tak henti-henti mengusapnya lembut seiring pujiannya.

Namjoon mengerjapkan mata singkat dan mulai menikmati makan siangnya. Menatap sang kekasih yang beberapa kali melirik malu tiap kali mendapatinya tersenyum gemas.





"Ah....sayang sekali Om ga bisa lama-lama disini..."

"Kalian sehat-sehat ya..." Sang ayah yang tengah bersiap untuk menaiki mobilnya itu pun kembali memeluk singkat Seokjin yang dengan cepat membalasnya.

"Papa senang sekali hari ini, Joonie..." Beliau mengacak pelan rambut pirangnya.
"Doakan proyek Papa lancar ya...biar Papa bisa sering-sering ketemu kalian"

Namjoon mengangguk dengan senyum lebarnya. "Pastilah Pa..."
"Emang aku ga kangen sama Papa...." Ia memeluk singkat sang ayah sebelum beliau menaiki mobilnya.



Dua sedan hitam itu pun berpisah di tepi jalan raya.

"Kenyang sayang?" Namjoon melirik pada sang kekasih yang terdiam menatap ke luar jendela.

"Kenyaanngg...." Ia berpaling dan tersenyum lebar.

Namjoon terkekeh gemas dan menjawil pipi bayinya sebelum kembali berfokus menyetir.


"O ya.....dari mana kamu tau makanan disana enak?"
"Kamu sering makan disana sebelum sama aku?"

"Sekali doang kok..."
"Waktu bokap nganter aku survey kampus bareng sama istri barunya"



DEG

Namjoon sontak menoleh. Raut wajah sedih itu kembali muncul diantara tatapan mata kosong yang terarah pada jalanan luas di hadapannya.

My Happy PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang