12. Good Luck

121 13 0
                                    




TOK TOK


"Seokjin? Tidur ya?"

"Jim.....masuk..." Ia menoleh lemah pada pemuda mungil dengan sebuket bunga kecil di tangannya.

"Lo ngasi bunga buat gw?" Ia terkekeh pelan.

Jimin menggeleng. "Namjoon...." Ia meletakkan bunga itu di atas nakas sebelah tempat tidur rumah sakitnya.

"Namjoon dimana Jim?"
"Gimana keadaannya?" Kedua matanya membulat khawatir.

"Sorry.....bokapnya minta pihak sekolah bener-bener ngerahasiain keberadaan dia sekarang"
"Ga ada yang tau Namjoon dimana"

"Termasuk gw....."

"Yang pasti dia masih idup kok...tenang aja" Jimin berusaha tersenyum.



NYUUTTTTT



"Gimana bahu lo?"

"Cuma keseleo doang...." Seokjin mengerjapkan matanya yang terasa panas dan mengusap perban yang melilit bahu juga lengannya.


"Jin....."

"Sorry ya gw nuduh n ngaduin lo kemana-mana...." Jimin tertunduk di sisi tempat tidurnya.

"Gw....."
"Cuma ga mau Namjoon......"

"Jim...." Seokjin memutus ucapannya.
"Gw yang salah, Jim...."
"Semua salah gw....."




Jimin membulatkan matanya setelah mendengar cerita Seokjin.

"Lo........."

"Tega, sumpah!"

"Namjoon percaya banget sama lo, Jin!"

"Dia bahkan ngebela lo daripada gw, sahabatnya yang udah dia kenal lebih dulu dibanding lo!"

"Jim......" Kerut dahi dengan alis turun menaungi tatap mata memelasnya.


"Gw ga salah dong ngaduin lo semua kemana-mana!"
"N yang gw aduin itu bener!"

"Sakit jiwa lo Jin.....sumpah tega banget...."

Seokjin menggeleng dan tertunduk. "Maafin gw Jim....."

"Maaf......"

"Bajingan lo Jin....." Ucapannya pelan namun penuh kebencian.
Jimin berbalik meninggalkannya.

"O ya..." Ia menoleh sebatas bahu.
"Ada kartu di bunganya"

Pemuda mungil itu pun menghilang di balik pintu yang terbanting keras.



Seokjin...

Sorry gw ngerusak motor lo...
Tapi gw udah nyuru sopir gw buat bawa ke bengkel kok, katanya ga gitu parah rusaknya.

Gw....udah tau semuanya, Jin...
Apa yang lo lakuin ke gw.
Gw ga polos-polos banget.

Gw harap lo cepet sembuh, sekolah lagi yang bener, ga bikin bokap lo naek darah mulu.
N......ga bikin lo nangis diem-diem lagi.

Good luck ya.....
Bye Seokjin.


Dirematnya erat kartu berwarna biru itu bersamaan dengan lengannya yang menutup mata. Bibirnya melengkung.
Ia terisak keras.

Ia terisak keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Anak-anak pada tau ga ya masalah ini?" Eunkwang mendekat pada ketiga sahabatnya.

"Mana gw tau, Eun....kita diskors bareng, inget?" Ken tertawa pahit.

"Seminggu full gw belajar terus di rumah....gila!"
"Gw jalan ke teras aja dipelototin nyokap" Eunkwang terbahak dan menyeruput colanya.

"Ga pegang hp pula" Younjae menoleh pada Seokjin yang duduk di sebelahnya.

"Jin?"
"Jangan ngelamun terus dong...." Ia mengusap punggungnya.

"Aneh tau kalo lo tiba-tiba jadi kalem gini"

"Eh....ng-ngga kok..."
"Lo nanya apa tadi Eun?"

"Udah dijawab Ken barusan, Jin...."

Eunkwang mengerutkan dahi dan terkekeh menjawab Seokjin yang baru saja mengembalikan pandangannya dari lapangan basket.


Mereka bertiga saling bertukar pandang.

"Jin.....ikut gw yuk..." Ken menarik pergelangan tangannya dan berdiri.
"Guys sorry ya....gw ngobrol bedua dulu sama ni anak..."

"Kalo ngga dia bakal bengang bengong mulu kaya gini"

Seokjin hanya menurut dengan wajah bingungnya.






"Masih kepikiran ya?" Ken menatap wajah murung itu iba.

"Gimana ngga, Ken..."
"Sekarang gw ga tau Namjoon dimana, gimana keadaannya, sebenci apa dia sama gw..."

"N gw juga ga tau Jimin ngomong apa aja, sama siapa aja...."


"Hhhhh......kenapa jadi gini siihhhhhh...." Seokjin menopang keningnya dengan kedua telapak tangan.

"Hey....ini salah kita loh..."
"Bukan cuma lo doang..."

"Hey....."

"Jin?"


"Hehhh....udah jangan nangis..." Ditariknya tubuh tak bergerak itu ke pelukannya.

"Dia percaya banget sama kita, Ken...."

"Jimin bilang dia bahkan belain kita daripada dia...."


"Makanya....."

"Makanya dia......"


Tak berkata apa-apa, Ken menelan ludah dan mengeratkan pelukannya, mengusap usap punggung yang semakin bergetar dalam dekapannya.

My Happy PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang