52 || Kabur atau Hadapi

15.4K 2.2K 2.2K
                                    

Assalamualaikum, hai hai haiiii

nungguin, ya?

tembusnya udah 2 hari yang lalu, tapi memang sengaja upnya telat karena aku mau liat sesuatu dan perkiraanku bener😂

Yang biasanya siders pas update dilamain baru dia muncul. Sekalinya komen minta update wih😋

Kurangi dong pendiamnya jadi pembaca, kasian itu yang bereffort itu itu aja yang komen.

_________________________________________

Decitan pintu kamar mandi terdengar jelas di ruangan yang teramat sepi. Setiap sudut seperti tidak ada kehidupan. Yang biasanya ada suara wanita cukup cerewet yang selalu bertanya, tapi malam ini senyap. Ruangan itu senyap, begitupun suasana hati laki-laki yang masih tegak lurus di depan pintu kamar mandi.

Rambutnya basah ia biarkan menetes ke permukaan wajahnya. Baju yang belum sempat ia kenakan segera ia pakai.

Hembusan napas kesal lagi-lagi keluar dari bibirnya.

Suami mana yang tidak tenang ketika malam-malam istrinya tidak tau keberadaannya? Hanya suami yang tidak punya hati yang jika tidak cemas. Hanya suami yang tidak mencintai istrinya, jika tidak khawatir.

Zayden mencintai istrinya. Sangat. Apa boleh buat, ia sudah melakukan kesalahan.

"Astaghfirullah ...." Hanya lafadz istighfar yang ia ucapkan sejak tadi.

Bokongnya baru saja mendarat di pinggiran kasur, tapi detik berikutnya ia kembali berdiri.

Mana mungkin ia bisa istirahat dengan tenang, sedangkan istrinya menghilang sejak tadi sore.

"Ke siapa gue minta bantuan?" monolog Zayden. "Nggak mungkin ke Elvano, nggak mungkin ke Eki, tapi ... Galih?"

Zayden langsung mencari ponselnya yang ia lupa diletakkan di mana.

"Ck, mana lagi," gerutunya.

Zayden langsung turun ke lantai dasar untuk mencari ponselnya. Ternyata ada di lemari samping TV.

Pria itu segera menghubungi Galih. Hanya Galih harapannya sekarang. Tidak butuh lama, Galih langsung menjawab teleponnya.

"Kenapa?"

"Gal, bantuin gue cari Zaina. Dia nggak ada di rumah sejak tadi sore. Di pesantren nggak mungkin karena tadi gue telepon Abangnya dan malah nanya keadaan Zaina, itu tandanya Zaina nggak ada di sana. Gal, Zaina nggak ada kenalan di sini, dia juga nggak punya teman, terus dia pergi-"

"Mampus lo!"

Perkataan panjang Zayden langsung dipotong oleh Galih dengan nada mengejek.

"Pasti bini lo kecewa banget. Udah sampe mana lo nyakitin dia? Udah melebihi Elvano belum?"

"Gal ...."

"Menurut gue, nih, ya. Si Ning Zaina itu lebih lembut hatinya daripada Alara. Dia lebih muda juga pastinya. Kalo Alara udah dewasa banget pemikirannya, jadi dia dengan mudah maafin Elvano. Alara bisa mikir ke depan dan lebih peduli resiko daripada mengikuti sakit hatinya, sedangkan Zaina. Dia masih terlalu muda, Zay, dia juga masih labil. Ck, nggak perlu gue kasih tau harusnya lo lebih tau gimana istri lo."

Zayden menelan salivanya dengan kasar. Galih benar. Ia juga tau bahwa pemikiran Zaina masih labil dan masih sangat mudah terpengaruh.

"Terus gue harus gimana? Menurut lo Zaina pergi ke mana?"

"Yo ndak tahu kok tanya saya!"

"Kau kan suaminya!" imbuh Galih.

Deru napas Zayden terdengar tidak beraturan. Ia rasanya ingin mencekik Galih.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang