50 || Al-Baqarah 156

15.1K 2.3K 1.2K
                                    

Assalamualaikum

VOTE WOI VOTE DULU💋

.
.
.

"Kia kenapa, Kak Eki?"

"Kia sakit apa?" imbuh Zaina memohon untuk diberi tahu.

"PJB," jawab Eki dengan ketus.

"J-jantung," lirih Zaina seraya menutup mulutnya karena sangat terkejut.

"Iya, Kia punya riwayat sakit jantung bawaan ...." Eki memperjelas. "Non-sianotik," lanjutnya. Setelah itu ia pergi dari hadapan Zaina.

Zaina langsung terduduk di depan ruangan Kia. Ia membekap mulutnya guna untuk menahan isak tangisnya.

"Aku salah, ya, Allah ... maafin aku. Aku salah," gumamnya.

Ingatannya kembali ke masa-masa di mana Alara melarang Kia untuk tidak beraktivitas berlebihan.

"Nak, jangan lari terus," peringat Alara saat putrinya mengejar kucing milik Zaina.

Zaina tersenyum, kemudian menoleh ke arah Alara. "Kenapa, Kak? Kia lagi seru main sama Zona," ujar Zaina.

Alara menggeleng. "Aku nggak mau Kia kenapa-kenapa, Na. Lari memang dianjurkan untuk dia, tapi aku takut dia berlebihan dan malah sesak napas," jawab Alara.

Zaina hanya mengangguk dan tidak berniat bertanya alasan Alara lebih lengkap. Ia yakini Alara hanya takut Kia sakit.

"Harusnya aku ingat itu. Semuanya nggak akan jadi gini," ucap Zaina memukul pahanya. "Astaghfirullah ...."

Perempuan itu terus menangis sesenggukan. Ia bahkan tidak sadar bahwa Zayden sudah berdiri di hadapannya.

"Berdiri," celetuk suaminya Zaina tersebut.

Zaina pun mendongak. Hanya sekilas ia melihat wajah Zayden, kemudian ia kembali menunduk. Sungguh Zaina takut. Namun, ia juga menerima jika harus disalahkan.

"Maaf," lirih Zaina.

Zayden maju, kemudian bersimpuh di hadapan Zaina. Laki-laki itu memegang pundak Zaina, kemudian ia tuntun untuk berdiri.

"Kita pulang," pungkas Zayden. Tanpa persetujuan Zaina, ia menarik tangan istrinya itu untuk pulang.

Zaina hanya bisa pasrah dan sebelum pergi ia melihat ke belakang, menatap pintu ruangan Kia penuh hampa.

Sampainya di mobil, terjadi keheningan di antara mereka. Zaina tidak berani menatap Zayden, ia terus menunduk. Dan Zayden hanya fokus pada jalanan.

Hingga sampai di rumah tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut pasangan itu.

Zayden lebih dulu keluar dan meninggalkan Zaina yang masih berada di dalam mobil.

Melihat punggung Zayden yang sedang membuka pintu rumah mereka, tangis Zaina kembali pecah. Ia tidak tau harus apa setelah ini.

"Kak Zayden, aku takut ...."

Melihat Zayden kembali keluar dari rumah membuat Zaina buru-buru menghapus air matanya.

Zayden berdiri di depan pintu dan menatap lurus ke arah Zaina. Tanpa berbicara pun Zaina tau bahwa Zayden menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam rumah.

Lebih dulu perempuan berinisial Z itu menghapus jejak air mata di pipinya. Ia tarik napas dengan panjang, lalu ia hembus dengan perlahan guna menyakinkan dirinya sendiri.

"Apapun yang dikatakan Kak Zayden nanti adalah kebenaran." Zaina bermonolog.

"Mau aku bersalah ataupun tidak. Yang kak Zayden katakan adalah kebenaran, karena Kak Zayden nggak mungkin berbicara sembarangan," imbuhnya lagi.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang