Tiba-tiba Eva tersentak saat melihat sekumpulan orang yang dikenalnya berdiri di sekeliling seseorang yang duduk dengan sikap angkuh. "Kau baru kembali? Padahal aku sudah menunggumu sedari tadi." Ucap Draven memecahkan keheningan di dalam ruangan tersebut. Suaranya terdengar seperti sebuah ejekan halus.

Eva yang terkejut dengan kehadiran Draven. Dengan cepat menundukkan kepalanya dengan sikap hormat di hadapan Draven. Sementara Draven yang melihat tingkah Eva mendengus pelan.

"Sudah beberapa bulan sejak aku menyuruhmu untuk mendapatkan pedang itu. Apa kau sudah mendapatkannya, Evangline Quickbeam?" Timpal Draven dengan suara dingin yang menusuk.

Tegangnya suasana di ruangan itu terasa jelas. Dengan tatapan tajam dan nada bicara yang dilontarkan oleh Draven. Sedangkan Eva hanya menundukkan kepalanya tanpa menjawabnya sama sekali. Dia masih terkejut dengan kehadiran Draven yang begitu mendadak di mansionnya.

"Biarku tebak kau pasti belum mendapatkannya?" Cemooh Draven kembali.

"Saya sedang mengusahakannya, Tuan." Sahut Eva dengan pelan yang membuat Draven refleks berdecak kesal.

"Sepertinya kau menganggap perintahku ini sebuah lelucon." Ujar Draven dengan tajam. Eva tak menjawab dia hanya bisa menundukkan kepalanya saat merasakan aura yang tidak mengenakan terpancar di sekitar Draven.

"Kau tahu aku sudah menunggu momen ini. Tapi kau tak bisa mendapatkannya sama sekali?" Ucap Draven dengan suara dingin yang menusuk. "Padahal Zephyr sudah membantumu untuk meringankan tugasmu. Tapi sayang kau tidak memanfaatkan peluangnya dengan baik." Sambung Draven.

"Mohon maaf, Tuan. Saya terlalu lalai." Sahut Eva dengan pelan.

"Kau memang lalai, Evangline." Balas Draven dengan menohok. "Pekerjaan semudah itu kau tak bisa melakukannya. Rasanya sia-sia saja aku menolongmu saat itu." Sambung Draven sambil menumpangkan salah satu kakinya ke kaki lainnya.

"Maafkan saya, Tuan Shadowsoul." Ujar Eva dengan menyesal. "Saya akan berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkannya. Tolong beri saya kesempatan satu kali lagi." Sambungnya dengan kepala yang semakin menunduk.

Draven menyorot tajam pada Eva yang menundukkan kepala di hadapannya.  "Baiklah, aku akan beri satu kesempatan dan Zephyr yang akan mengawasimu. Tapi jika kau lagi-lagi mengabaikan tugasmu. Aku tak akan segan untuk mengambil nyawamu sebagai gantinya."

*****

Sera dan Ardan berjalan dengan langkah hati-hati di lorong mansion yang dihiasi oleh cahaya senja yang memancar dari jendela besar di sisi lorong. Dengan Aria yang mengikuti mereka dengan langkah ringan di belakang. Suasana hening menyelimuti lorong yang sejuk dan elegan tersebut. 

"Jadi, pelaku yang meletakkan lilin-lilin itu salah satu pelayan di sini?" Tanya Sera sambil menolehkan kepalanya pada Ardan yang berjalan di sebelahnya.

Ardan menganggukkan kepalanya pelan. "Ya, ternyata orang-orang itu berhasil memanipulasi pikiran salah satu pelayan disini. Mereka tak bisa masuk kemari karena lingkaran sihir yang aku buat untuk melindungi mansion ini. Maka dari itu mereka memanipulasi salah satu pelayan disini agar bisa mengendalikan pikiranmu."

Sera yang mendengar itu hanya bisa tercengang. Namun, tak lama Sera kembali melontarkan pertanyaannya. "Lalu sekarang di mana pelayan itu?"

"Pelayan itu dihukum mati oleh Yang Mulia Grand Duke, Nona." Jawab Aria menyela percakapan dengan suaranya yang halus namun tegas memberikan informasi yang diminta Sera. Sementara Ardan mengangguk kepalanya untuk membenarkan fakta yang diungkapkan oleh Aria.

Sera yang melihat itu seketika terperangah. Namun, tak lama mereka kemballi melanjutkan langkah mereka. Sayang, tiba-tiba Ardan menghentikan langkahnya secara mendadak. Dengan mengernyitkan kening saat merasakan sesuatu yang tidak biasa.

Seolah dia merasakan kehadiran aura yang kuat seperti milik seseorang yang muncul secara tiba-tiba. Lantas dengan cepat Ardan mengedarkan pandangannya, menyisir sekeliling mansion dengan cermat. Sementara itu, Sera yang baru menyadari bahwa Ardan tak berjalan di sampingnya pun spontan menolehkan kepalanya ke belakang. Diikuti oleh Aria yang juga melakukan gerakan serupa.

Saat Sera sedang memperhatikan Ardan refleks ia pun mengernyitkan keningnya. " "Ardan, kau sedang apa?" Tanya Sera yang terdengar penuh keheranan.

Ardan yang mendapati pertanyaan tersebut. Seketika tersentak lantas dia pun mengerjapkan matanya sebelum menjawab dengan cepat, mencoba menyembunyikan kekhawatiran di wajahnya.

"Ah, aku hanya melihat matahari yang akan terbenam." jawab Ardan sambil mengalihkan pandangannya ke arah cakrawala yang terbakar warna keemasan oleh matahari yang tengah tenggelam. Hal itu sontak membuat Sera ikut menatap ke arah yang sama.

*****

Namratsr | Na

The Conqueror of Blades and HeartsWhere stories live. Discover now