CHAPTER 10

30.6K 2.1K 9
                                    

Di tengah gelapnya malam langit berwarna hitam pekat. Tidak ada bintang-bintang gemerlap yang biasa menghiasi langit malam itu. Di antara bayangan pepohonan yang merentang ke langit sebuah bangunan megah tumbuh menjulang yang bersembunyi di dalam hutan terlarang pada Pegunungan Flamberge.

Bangunan itu terbuat dari batu hitam yang misterius. Dengan atap yang menjulang tinggi seperti menara dan jendela-jendela kaca yang melapisi dindingnya memantulkan cahaya rembulan bulan. Dalam kegelapan yang menyelimuti bangunan tersebut suasana hening berpadu dengan kegelapan menciptakan suasana misterius yang seakan-akan menyatu dengan keheningan malam. 

Dalam ruangan yang diterangi oleh sinar samar-samar dari lilin-lilin yang menyala redup seorang pria berjalan di sebuah aula besar. Langit malam terlihat seperti kain hitam yang menjuntai di atas lantai marmer. Setiap langkah kakinya aura kegelapan itu seakan menyelimutinya.

Pria itu adalah Draven Shadowsoul, sang raja kegelapan yang misterius dan kuat. Matanya yang tajam seperti mata elang menatap seorang pria berdiri dengan sikap tegak lalu menundukkan kepala dengan hormat di hadapanya.

"Sesuai keinginan anda, Tuan Shadowsoul." ucap Zephyr dengan suara rendah yang bergema di dalam ruangan. "Saya sudah membawa para Gloomhounds langsung di hadapannya seperti perintah anda sebelumnya. Mereka juga menyerangnya dengan ganas dan menghancurkan segalanya di sekitar mereka dengan keganasan mereka."

Sorot mata Draven Shadowsoul yang tajam berbinar-binar dalam kegelapan ketika dia mendengarkan laporan Zephyr. "Lanjutkan." Desisnya dengan nada tajam.

Lantas Zephyr pun kembali melanjutkannya. "Seperti dugaan anda, Tuan. Anak itu memang memiliki pedang Soulforge Eternity dan dia membawanya saat ini. Bahkan ketika bertarung dengan para Gloomhounds pun dia menggunakannya."

Draven menganggukkan kepalanya singkat. Tatapan tajamnya tetap terfokus pada bawahannya itu yang terlihat ragu. "Lalu?"

Zephyr melanjutkan dengan ekspresi sedikit ragu. "Tapi di saat anak itu mulai terpojokkan. Tiba-tiba seseorang muncul, Tuan. Orang itu menutup sebagian wajahnya dengan sebuah kain yang membuat saya tak bisa melihat wajahnya."

Draven sedikit memiringkan kepalanya menunjukkan tanda-tanda ketertarikan yang jarang terlihat pada wajahnya yang dingin.

"Tapi saat itu saya sudah memastikan jika di wilayah itu hanya ada anak itu. Tapi tiba-tiba seseorang tersebut muncul dan membantu anak itu menghabisi semua para Gloomhounds." Timpal Zephyr.

Sontak Draven mengernyitkan kening. "Apa seseorang itu membawa pedang yang kita cari?"

"Tidak, Tuan. Hanya sebuah pedang biasa." Jawab Zephyr dengan cepat.

Mendengar itu Draven pun semakin mengerutkan kening. Dia mencoba mengartikan situasi yang dijelaskan oleh Zephyr. "Apa yang dikatakan ramalan itu benar jika bukan anak itu yang ditakdirkan untuk memiliki pedang satunya."

"Lalu apa yang harus saya lakukan selanjutnya, Tuan?" Tanya Zephyr dengan sopan.

Draven memandang Zephyr dengan intensitas yang jarang terlihat. "Kau awasi orang yang membantu anak itu. Entah kenapa firasatku seperti mengatakan jika dia orang yang ditunjukkan pada ramalan itu. Jika benar orang itu yang dimaksud maka dia bisa menjadi kunci untuk menguasai Wrath of the Ancients dan kekuatannya yang dimaksud."

"Baik, Tuan. Lalu bagaimana dengan anak itu?"

"Suruh orang lain untuk memantaunya juga. Kita bisa menjadikannya pion dalam permainan kita." gumam Draven.

*****

Sudah hampir seminggu lebih sejak kejadian Sera membantu Lucian menghadapi para Gloomhounds serta kejadian tak terduga antara dirinya dan pria itu. Sera benar-benar marah kepada dua makhluk yang menemaninya di pegunungan tersebut.

The Conqueror of Blades and HeartsWhere stories live. Discover now