CHAPTER 5

35.1K 2.5K 9
                                    

Sera pun menghabisi mereka semua dengan sangat cepat. Mereka kewalahan dengan serangan yang berikan Sera. Mereka tak menyangka gadis yang mereka temui kali ini berbeda terlihat lugu di luar penampilannya.

Namun terlihat ganas ketika menyerang. Bukannya gadis itu yang menjadi korban mereka. Tapi malah mereka yang menjadi korban gadis tersebut.

"Ka-kami minta maaf. Mohon ampunin ka-ka-kami."

Sera yang tengah mengelap bercak darah yang mengenai wajahnya pun terhenti. Sontak ia mendongak. Menatap sekelompok bandit yang ia ikat di atas pohon tersebut.

"Kau bilang apa? Aku tak mendengar." Jawab Sera dengan tampang polosnya.

"Ka-kami mi-minta ma-maaf. To-tolong tu-turunkan k-kami."

"Menurunkan kalian? Kau pikir mudah menggantungkan kalian diatas pohon itu?! Aku harus mengeluarkan tenaga lebih untuk itu, kau tahu?! Enak saja kau minta diturunkan. Jika kau ingin turun, turun saja sendiri."

"To-tolong, Nona. Kami minta maaf. Kami bersedia menjadi pengikut anda. Kami janji."

"Aku sedang tidak membuka lowongan untuk seorang budak."

"Kami mohon, Nona."

Sera tak mendengarkan. Ia kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Ah sial, darah yang tak suci itu mengenai wajah mulusnya. Rasanya menjijikan lebih baik ia terkena darah para goblin yang buruk rupa daripada darah para bandit yang setengah babi ini.

"Nona, kami mohon."

"Ah, berisik sekali kalian ini! Lebih baik kalian diam. Sebelum pedangku menancap di kepalamu itu."

Sontak Bandit tersebut langsung terdiam mendengarkan ucapan Sera. Bukankah lebih baik tergantung diatas pohon seperti ini daripada mati terbunuh di tangan gadis itu. Seketika Sera menghentikan kegiatannya. Ia teringat sesuatu.

"Hei, kau para babi. Apa kalian tahu jalan pintas menuju puncak gunung tersebut?" Sera menunjukkan Pegunungan Flamberge yang terlihat tak jauh itu.

"Pegunungan yang penuh monster-monster mengerikan itu?"

"Monster?" Sera memiringkan kepalanya menatap bingung para bandit tersebut.

"Iya, pegunungan tersebut penuh dengan monster-monster yang mengerikan. Tak ada satu orang pun yang berani melangkahkan kaki mereka kesana, jika mereka masih ingin hidup."

"Aku tak mengerti perkataanmu itu. Coba kau persingkat saja."

"Pegunungan itu dipenuhi monster-monster seperti Manticore, Lycanthrope, Yeti, Gargoyle dan masih banyak yang lainnya."

"Tunggu, Gargoyle? Bukankah makhluk mitos penunggung bangunan-bangunan bersejarah itu hanya ada di dongeng?"

"Ya, kau benar, Nona. Akhir-akhir ini, Gargoyle sering berkeliaran di siang hari, entah muncul darimana. Tapi dari kabar yang beredar, katanya mereka yang sedang berburu di dekat kaki gunung Flamberge, melihat Gargoyle yang seperti sedang memangsa sesuatu."

Sera mengerutkan keningnya. Bukankah Gargoyle hanya terlihat di malam hari? Kenapa mereka berkeliaran di siang hari? Bisiknya.

Sera merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres. Apa yang dilakukan Gargoyle di siang hari. Lalu kenapa mereka bisa berkeliaran. Sejak kapan itu terjadi. Kenapa ia tak pernah mendengar kabar tersebut. Ia harus mencari tahu hal itu.

"Lalu jalan mana yang cepat menuju sana?"

"Nona, bisa menyelusuri jalan setapak ini. Tak jauh dari kaki gunung itu. Anda akan bertemu dengan Sungai besar. Anda cukup menyebranginya saja. Itu sudah jalan tercepat menuju pedalaman gunung tersebut."

"Hem, baiklah."

Sera membuang sapu tangan yang sudah dipenuhi darah tersebut akibat ia gunakan untuk mengelap mukanya yang dipenuhi darah tersebut.

"Hei, Nona. Apa anda akan pergi kesana?"

"Memangnya kenapa?" Sera mengangkat satu alisnya.

"Bolehkah kami ikut dengan anda? Kami ingin melihat Gargoyle dari dekat. Selama ini kami hanya mendengar makhluk mitos dari mulut ke mulut saja."

"Kau ingin melihatnya?"

"Ya, Nona."

Sera seketika tersenyum miring. Hal itu terlihat mengerikan di mata para bandit tersebut. Senyum Sera adalah senyum yang paling mereka takuti.

"Tentu, boleh. Akan bagus jika kalian ikut, mungkin saat Manticore atau sejenis monster lainnya muncul. Aku bisa memberikan mereka makan dengan kalian sebagai santapannya."

Para bandit yang mendengar itu hanya meneguk ludah mereka dengan susah. Benar gadis itu. Gadis yang sangat berbahaya.

"Terima kasih, informasinya."

Sera berniat menghampiri Stormshadow yang sedang menunggunya di tempat tadi ia beristirahat. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar teriakan dari para bandit.

"Lalu, kami bagaimana, Nona? Tak mungkin kami akan terus bergantung disini?"

"Itu hukuman untuk kalian. Karena kalian mengganggu waktu serta tenagaku. Bukankah kalian bilang ingin melihat Gargoyle? Nah, dengan posisi seperti itu." Sera menunjuk posisi mereka yang sedang bergantungan di atas pohon.

"Gargoyle akan muncul dengan sendirinya. Kalian bisa melihatnya dengan puas. Karena melihat kalian yang sedang bergantung seperti itu, terlihat seperti makanan untuk mereka."

Sera kembali melanjutkan Langkahnya menuju kuda kesayangannya. Ia tak mengindahkan permohonan para bandit yang terus menerus merengek minta di turunkan. Ia pun tak berniat untuk menurunkannya. Biarkan saja mereka disana. Ia akan menurunkan mereka jika ia sudah mendapatkan apa yang ia cari.

"Ayo, Storm. Sudah waktunya kita pergi. Kau jangan makan terus, nanti tubuhmu akan seperti babi-babi yang menggantung disana."

Hanya dengusan yang dikeluarkan oleh Stormshadow. Sepertinya kuda kesayangannya itu tak terima jika dirinya disamai dengan para bandit tersebut. Sontak Sera terkekeh dan mulai menungganginya.

"Aku pergi dulu, ya. Kalian baik-baik disana."

"Nona, kami mohon. Turunkan kami."

"Akan aku turunkan, kalian. Jika aku sudah mendapatkan apa yang aku cari. Selamat tinggal."

"NONAAAAAAAAA."

Sera memacu kudanya untuk segera pergi dari sana. Ia pun tertawa mendengar sautan demi sautan dari para bandit tersebut. Biarkan saja itulah akibat dari mengganggu waktu istirahatnya.

*****

"Bagaimana?" Tanya seseorang.

"Maaf, tuan. Kami tak bisa melewati gerbang itu." Jawab salah satu prajurit yang sedang melutut dihadapannya.

"Bodoh."

Sebuah gelas yang berisikan minuman anggur. Di lemparnya kepada prajurit tersebut. Nafasnya naik turun. Dirinya emosi karena selalu saja para bawahannya tak bisa melewati hal tersebut. Jika seperti ini terus menerus ramalan tersebut akan terjadi.

Sial, dia tak ingin mati konyol kali ini. Cukup di masa lalu dia kalah. Meski akhirnya sia berhasil kabur. Walaupun harus bersembunyi selama ribuan tahun.

"Berapa banyak yang menjaga?" Tanyanya.

"Sekitar 15 Gargoyle yang menjaga, Tuan."

Sial, itu sama saja dengan bunuh diri jika dia tak punya kekuatan lebih. Di tambah kekuatannya pun tersegel. Sungguh kesialan yang berlipat-lipat kali menimpanya.

"Apakah anak itu sudah menuju sana?"

"Sedang dalam perjalanan, Tuan."

"Haha, bagus akan kita gunakan dia sebagai boneka. Kalian tak perlu ke tempat itu cukup awasi saja pergerakannya."

"Baik, Tuan."

"Sebelum memangsanya kita perlu sebuah umpan." Senyum miring terukir di wajahnya. "Keluarkan umpannya."

*****

Namratsr | Na

The Conqueror of Blades and HeartsWhere stories live. Discover now