Bagian 49 - Tangan yang Tidak Terlihat

5 0 0
                                    

"Bukankah Mattium memang bagian dari Negara Nirz?" tanyaku kembali.

"Tidak, daerah tersebut adalah wilayah asli yang direbut oleh Eternity. Dahulu, Entitas Agung adalah pemersatu Negara Nirz dan Negara Celosia, sejak terjadinya Perang Entitas Agung Negara Nirz dan Negara Celosia menjadi musuh karena satu daerah tersebut," jelas Agnis.

Aira Ristas lantas mendekat dan menatap dengan tajam.

"Tuan, apa keputusanmu?"

Agnis lantas menjawab, "Kita harus mencari informasi terkait siapa yang merencanakan peperangan ini."

"Kita akan melawan mereka?" tanyaku kepada Agnis.

"Benar, Negara Nirz bukanlah negara yang menginginkan perang. Aku tahu betul apa yang akan dikatakan ayah jika melihat ini terjadi," sahut Agnis Inersia.

"Baiklah," sanggah Aira Ristas sembari berbalik menghadap ke orang-orang Saraca.

"Ijinkan kami semua berada dipihakmu Inersia!" lanjut Aira Ristas.

"Tapi sebelum itu, kau masih ingat cara membuat Anchentrys?" tanya Agnis sambil menginversi Cynometra ke dalam kubus energi miliknya.

"Tentu saja Tuan, aku telah lama menghabiskan waktu di Regia Purgatory sebelum kau suruh  menjadi penjaga Taman Tundra Efrilheim," sindir Aira Ristas kepada Agnis.

"Hahaha, kau memang dapat diandalkan Aira," ucap Agnis sembari menepuk kuat-kuat pundak Aira Ristas.

"Aku disini hanya menambah jumlah korban~" ucapku dari dalam hati.

-----------

Disebuah bangunan megah berkumpul para Eternity yang saat itu tengah membahas suatu hal dengan serius, seseorang tengah menuju bangunan tersebut diikuti oleh daun-daun coklat yang berguguran. Angin menerpa beberapa lembar halaman yang ia bawa hingga berhamburan, ia pun langsung dengan sigap mengambil beberapa lembar tersebut.

Sementara itu, Grizz Imannuel Gofazia, Galio Corltopy dan Fragrans Nehru telah duduk bersama.

"Jadi, Malfon telah berkhianat dengan kita?" ucap Grizz Imannuel Gofazia sambil menuangkan minuman roseus ke dalam gelas dengan jari lentiknya.

"Itu benar, kita harus segera membunuh Malfon," sahut Galio Corltopy.

"Galio benar, jika dibiarkan orang-orang akan tahu rencana Eternity untuk mengambil alih wilayah Mattium," sanggah Fragrans Nehru dengan cemas.

"KREEEET"

Ditengah pembicaraan alot tersebut, muncul seseorang membuka pintu ruangan sembari membawa sejumlah lembar kertas.

"Apa yang kalian bicarakan hingga membuat dahi Grizz berkerut seperti itu," ucapnya.

"T-Tuan?" ucap Grizz Imannuel Gofazia dengan kaget mengisi seluruh manik matanya.

"Halo Grizz, lihat apa yang aku bawa," ucapnya sembari melempar lembar tersebut ke meja perjamuan mereka. Beberapa pasang mata menatap terkejut lembar yang berhamburan di meja.

"Ini?!" sanggah Fragrans Nehru.

"Lembar ke 100?! Bagaimana kau mendapatkan ini Tuan?" tanya Galio Coltopy.

"Hahaha! Tidak diragukan lagi! Ini adalah lembar yang asli. Kau memang hebat Tuan Prunus," ucap Grizz Imannuel Gofazia dengan tawa gilanya.

"Namaku Prunus Gareth Duranta," potong Prunus dibalut aura mencekam.

"Prunus Gareth Duranta, maafkan aku Tuan!" sahut Grizz Imannuel Gofazia sembari menunduk.

"Saatnya merebut halaman 101!"

-----------

Sementara itu, Gamacuz menjadi saksi bisu pertarungan Eternity dan beberapa murid Akademi Oxitrone. Koran berita telah memuat hal-hal yang sangat mengejutkan. Gazef Stronia komandan tertinggi Kerajaan Nwara dan Houtt Hevilia Raja Kerajaan Nwara telah dinyatakan tewas, sementara Zara Hevilia keberadaannya tidak diketahui pasca serangan tersebut. Keadaan Kerajaan Nwara saat ini sedang kacau. Aspiqum Akademi Oxitrone menyatakan ketidakberdayaannya dalam insiden ini, ia mengatakan akan mengambil alih sementara komando Kerajaan Nwara untuk menstabilkan kondisi tersebut.

Selain itu kondisi militer yang sedang panas antara Negara Nirz yang dipimpin oleh Eternity dan Negara Celosia membuat kedua kubu tersebut harus menyatakan perang untuk memperebutkan wilayah Mattium yang selama ini diakui oleh Negara Nirz. Kekaisaran Negara Celosia telah mengatakan bahwa mereka sedang menunggu 'keajaiban' untuk bala bantuan mereka.

"Negara Nirz dan Negara Celosia akan berperang. Ini bukanlah hal yang baik," ucap Clero Thompson sembari menutup lembar koran kemudian ia berikan kepada Ixora Aster yang sedang terlentang di tempat tidur rumah sakit Gamacuz.

"Zara Hevilia... Aku yakin ia pasti baik-baik saja," sahut Ixora Aster sambil membaca koran terebut.

"Tunggu, apa yang dimaksud Kekaisaran Negara Celosia tentang keajaiban ini?" lanjut Ixora kepada Clero Thompson.

"Aku tidak terlalu mengerti maksud kata terebut," sahutnya.

Mendengar pembicaraan yang samar, Dios Cristata akhirnya terbangun dari keadaan koma. Ia merasakan rasa sakit di bagian perut setelah terbangun.

"Argh, apa yang kalian bicarakan? Dimana Shina?" sanggah Dios Cristata.

"Akhirnya kau sadar setelah 3 hari koma, Shina sedang dibawa oleh Malfon Delonix Regia ke Kota V-Parture," ucap Ixora Aster sembari menuangkan minuman roseus kesukaannya.

"Apa yang mereka lakukan di kota tanpa hukum itu?" tanya Dios.

"Tidak. Aku... Tahu?" sahut Ixora Aster yang kebingungan menata bahasanya.

"YANG BENAR, AKU TIDAK TAHU!" teriak nyaring Dios Cristata dan Clero Thompson.

"Hahhh, selama Shina bersama Malfon mungkin dia akan aman, selain itu dimana Benjamin Ficus dan yang lain?" tanya Dios kembali sambil menghela nafas.

"Hahaha, seperti yang diharapkan dari pemimpin squadron. Kau sangat peduli pada anggotamu, Ficus dan yang lain sedang menganalisa Danau Sarth untuk mencari X," sahut Clero Thompson.

Dios termenung sejenak atas apa yang ia lakukan pada Benjamin Ficus beberapa hari lalu, ia meremas keras selimut yang terbentang di kakinya. Ixora yang saat itu tengah meminum roseus melihat Dios termenung dengan sebelah matanya lewat gelas transparan tersebut.

"DAG!"

Suara hentakan gelas berbenturan dengan meja mengejutkan Dios Cristata yang sedang melamun.

"Kau sebaiknya tidak memikirkan itu," sanggah Ixora Aster sambil meremas gelas berisi roseus kuat-kuat.

"Ehm, baik," sahut Dios sembari membersihkan pikirannya.

Clero Thompson tiba-tiba bangun dari kursi membelakangi Ixora Aster dan Dios Cristata, kemudian berjalan ke arah pintu keluar. Pintu perlahan dibuka lalu Clero Thompson menoleh ke belakang.

"Aku sempat berpikir..." 

Ixora Aster dan Dios Cristata mengalihkan pandangan menuju Clero yang saat itu sedang berdiri di pintu keluar. Suasana menjadi sunyi sesaat. Suara petir menyambar sebelum hujan menjuntai mengisi keheningan.

"Apa mungkin Prunus Gareth Duranta IX sedang melakukan sesuatu di belakang kita?"

101-The Book

**************

101-The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang