Bagian 28 - Garis yang Hampir Terhubung

33 5 4
                                    

Pertandingan yang pertama telah dimenangkan oleh Eden Firka dari Akademi Horizon Kota Osmadth. Tim medis langsung berhamburan keluar untuk mengobati Siege Mandu dan Eden Firka.

Selain itu Leo dan Shina nampak kebingungan mencari X yang saat ini belum menampakan dirinya.

"Kemana si maniak permen itu?"

Sahut Leo sembari melihat keadaan sekitar.

"Ia tadi hanya mengatakan pergi ke Perpustakaan Agung Kerajaan Nwara."

Sahut Shina.

"Shina, Leo. Aku akan pergi menemui Dios. Kalian ikut?"

Tanya Mira sebelum pergi untuk memberikan laporan kepada Dios Cristata.

"Sepertinya tidak. Kami akan mencari X saja, Mira."

Lambaian tangan dari Mira menandakan perpisahan mereka. Leo bersiap untuk melakukan pertandingan yang akan datang dalam 1 jam kedepan.

"Aku akan bersiap ke arena Shina. Tolong cari X sebelum aku bertanding hari ini."

Senyum Shina dengan lembut menjawab pertanyaan dari Leo.

"Leo kau harus menang!"

Lanjut Shina.

Leo berlari sambil menoleh ke arah Shina dan mengacungkan jempolnya sembari tersenyum.

"Hah~ Sekarang. Mari kita cari dimana orang bodoh itu berada."

------------

Aku masih bertarung melawan tumpukan kertas yang ada di hadapanku ini. Yah setidaknya ini adalah pertarunganku dalam imajinasi. Lembar demi lembar telah ku periksa dengan teliti. Mata ku seakan tak berhenti berkedip untuk memastikan apakah ada yang aku lewatkan dari tumpukan kertas tak berguna ini.

"Hei, bocah dungu."

Sapa Dilo dengan satir.

"Namaku X."

"Itu bahkan bukan sebuah nama."

Sahut Dilo.

Aku cukup kesal dengan perilaku para bangsawan yang sangat menjunjung tinggi martabatnya. Tidak kah mereka bisa santai sejenak? Mulut mereka melontarkan kata-kata satir nan pedas seperti itu.

"Hei. Wajahmu seperti diremas."

Lanjut Dilo.

"Itu karena kau."

Ia meninggalkanku untuk mencari buku yang hendak ia baca kemudian mengacuhkan ku. Wyrma pergi dari meja kerjanya. Ia berusaha untuk meregangkan beberapa sendi dan ototnya sembari mencari udara segar di luar perpustakaan. Dua pasang manik matanya seolah bertanya-tanya apa yang dilakukan anak bodoh ini.

Wyrma lantas mendekatiku.

"Apa yang kau cari sebenarnya?"

"Lembar buku yang aku bawa."

Ia memasang wajah heran, menatap bukuku dalam waktu yang cukup lama. Dahinya berkerut.

"Buku itu ya..."

"Aku sebenarnya punya sesuatu yang menarik. Tapi aku terlalu curiga bahwa kau pemilik asli buku itu."

Aku terdiam tanpa sepatah katapun yang terucap dari bibir ini.

"Bagaimana kau menjamin bahwa kau pemilik buku ini?"

"Mungkin kau bisa memberikan sebuah pertanyaan terkait dengan buku ini?"

Wajah Wyrma langsung berubah. Senyum menakutkannya terlihat jelas bahwa ia ingin tahu sesuatu dariku. Yang jelas wajah itu tidak main-main.

"Kau mengenal Agnis?"

101-The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang