Bagian 45 - Jati Diri

15 2 0
                                    

"K-kakak Leo?!" seru Shina kepada Malfon. Ia hanya memasang raut wajah sedih.

"Kau, ugh... sudah puas mengamuk di Kota Burzche? Malfon Delonix Regia?" rintih Galio Corltopy terlentang lemas.

"Tutup mulutmu, Galio," sahut Malfon. Ia kemudian memandangi Shina.

"Kau, temannya Leo bukan?" lanjutnya. Shina hanya mengangguk pelan sembari menutup matanya yang buta.

"Apa yang kau lakukan Galio?!"

"Ini perintah dari Tuan Grizz, aku harus membunuh orang-orang yang berpotensi menghancurkan rencana Tuan Grizz," ujarnya.

"Kau memang tak punya hati Galio," balas Malfon.

"Sejak kapan aku dianggap manusia?! Setelah dijadikan percobaan oleh keluarga Inersia, aku dianggap sebagai mahluk menjijikan. Jawab aku Malfon!!! Sejak kapan kalian semua menganggap aku sebagai manusia?!!!"

Malfon terdiam beberapa saat dan kemudian membalas perkataan Galio,

"Kau dibutakan oleh Grizz!" 

"Tidak, tidak tidak tidak. Kau yang dibutakan oleh adikmu. Membuat dunia yang tenang untuk satu-satunya keluarga Delonix Regia yang tersisa?! Hah! Jangan bermimpi terlalu jauh, adikmu mati karena terlalu lemah. Bahkan sekuat apapun seorang Malfon, dunia yang ada dalam benakmu itu hanyalah sebuah delusi."

"Tidak, aku percaya dengan apa yang kulakukan. Dan jika Grizz tetap ingin melanjutkan rencananya itu, silahkan. Kalian bisa melanjutkannya tanpa aku," tegas Malfon.

"Ap-apa?! Kau yakin dengan itu kakaknya Leo?!" pekik Shina kaget.

"Panggil aku Malfon," ucap Malfon dengan lembut sembari menoleh ke arah Shina.

"Kalau begitu, matilah!" dengus kesal Galio sembari berdiri menantang Malfon.

"Lihat, keadaanmu begitu menyedihkan, aku harus mengembalikanmu. Sampaikan pesanku kepada Grizz," ucap Malfon sembari melakukan teleportasi menggunakan pembakaran. Api perlahan mengitari Galio membentuk pusaran yang semakin lama, semakin mengecil.

"WUSSSSSHHH!!!"

"Kau telah melakukan kesalahan besar Malfon!!!!!" ucap Galio sebelum menghilang.

Malfon kemudian memperhatikan orang-orang yang tergeletak tak berdaya di sekitar Danau Sarht.

Shina dengan mata buta di sebelah kiri.

Hica menglami pecah pembuluh darah di sekitar mata dan tenggorokan.

Ixora mengalami keracunan gas neon.

dan Ficus mengalami luka lebam parah di kedua tangan karena konduksi massa yang dilakukan.

"Melihat keadaan yang sangat parah ini, sebaiknya kalian menghubungi pemimpin squadron terdekat untuk melakukan tindakan medis. Aku yakin kau bisa melakukannya pria kutu buku," ucap Malfon kepada Ficus.

"Kau mau kemana?"

Malfon kemudian menoleh Shina sembari melihat pisau kecil yang ia jadikan kalung.

"Hmph, ternyata dunia sekecil ini," ucap Malfon dengan tawa kecil setelah melihat pisau tersebut.

"Kau ikut aku," lanjut Malfon.

"Kita akan kemana?" tanya Shina dengan polos.

"V-Parture, kau sudah menyiapkan rencana bukan, pria kutu buku?"

"Jangan panggil aku kutu buku!" dengus kesal Ficus kepada Malfon

"WUSHHHH!!!!"

"Kami pergi dulu!"

101-The BookWhere stories live. Discover now