35. APPEAR

148 28 2
                                    

Benar kata orang-orang.

Belajar mobil bersama ayah itu memang gratis. Tapi bayarannya dengan mental.

 Tapi bayarannya dengan mental

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jung Jeno.

Setelah satu jam pria itu mengajari putranya menyetir mobil, pada akhirnya ia menyerah dan mengambil alih kemudinya kembali.

Ia sangat heran mengapa putranya ini susah sekali untuk diajari, perasaan dulu dirinya mudah sekali mengerti saat pertama kali diajari oleh saudara kembarnya Jung Eric.

Namun mengapa putranya tidak seperti itu? Apa ada yang salah dengan cara mengajarnya?

Jeno tidak tau.

"Maaf ya?" bujuk pria paruh baya itu mencoba meminta maaf pada sang putra.

Ia akui sepertinya kata-katanya tadi cukup kasar kala ia mengajari putranya hingga ia tak sengaja melihat anak itu diam-diam menitikkan air matanya.

Ia lupa bahwa putranya ini memiliki hati selembut sutra. Dibentak sedikit saja hatinya akan terluka.

"Maafkan papa ya, besok kita belajar lagi" bujuk Jeno terus sembari mengelus-elus pipi putranya dari samping.

Namun tetap saja anak itu tak mau menoleh ataupun menggubris bujuk rayu Jeno sama sekali.

Ia hanya terus mengarahkan wajahnya menatap jendela dengan sesekali menepis tangan Jeno yang mencoba menyentuhnya.

Kadang Jeno merasa bahwa putranya ini benar-benar masih seperti anak TK. Tubuhnya saja yang besar tapi sifat dan perasaannya masih seperti bayi.

'haaahhh..' Jeno menghela nafasnya.

Sepertinya ia harus mempertimbangkan untuk menyewa jasa pelatih mengemudi untuk putranya. Ia tidak yakin putranya masih mau belajar mengemudi dengannya.

Mungkin ia tak sabaran lantaran ekspektasinya yang terlalu tinggi sehingga ia merasa putranya akan cepat mengerti penjelasannya, namun ternyata putranya itu masih kesulitan untuk merealisasikannya.

"Kita cari makan diluar ya, nanti kita bungkuskan untuk mama" bujuk Jeno lagi.

"Pulang saja" ujar anak itu menolak ajakan Jeno.

Ketika ia sedang ngambek dengan papanya, ia tak ingin terus berlama-lama bersama pria itu.

"Yasudah, tapi maafkan papa ya?" bujuk Jeno lagi seraya menggenggam tangan putranya.

Namun bukannya mengiyakan, anak itu kembali menepis tangan papanya dengan raut kesal.

"Stop papa! Jangan bicara sama jisung lagi! Jangan pegang-pegang jisung lagi! Jisung mau pulang!"

'haaahhh..' jika seperti ini akan susah.



































ORPHAN 2 | AFTER HIS GONE [COMPLETE]Where stories live. Discover now