18. GOODBYE LEE JAEMIN

216 25 0
                                    

Pria berpajamas kotak-kotak itu dengan telaten mengganti kompres air dingin yang suhunya telah berubah menjadi hangat setelah semalaman menempel pada dahi sang putra.

Jeno menatap putranya dengan tatapan lesu. Ia sudah berada pada titik dimana ia ingin menyerah pada pertahanannya.

Melihat putranya sakit tiap bersama dengan dirinya, ia merasa dirinya sudah gagal menjaga jisung.

Bocah yang satu bulan lagi akan menginjak usia 8 tahun itu selalu demam ketika ia bersama dengan papa nya sendiri.

Bocah itu bahkan selalu merengek pada Lucas agar ia tidak pulang dan meninggalkannya berdua dengan sang papa.

Jisung takut, jisung benar-benar takut melihat seluruh keanehan Jeno yang membuatnya bergidik ngeri.

Semakin Jeno berusaha bertahan di rumah ini, semakin parah pula kondisi kejiwaan yang ia derita.

Jeno benar-benar seperti memiliki dunianya sendiri ketika malam menjelang. Ia tak lagi mengenal jisung bahkan dirinya sendiri.

Jeno akan berjalan mengitari seisi rumah sambil berbicara sendiri atau melakukan hal-hal aneh lainnya.

Itulah yang membuat jisung takut.

Saking takutnya jisung akan demam kala ia berada dirumah berdua bersama dengan Jeno saja, namun ketika pria itu sudah pergi bekerja dan Lucas datang untuk mengajarnya, maka demamnya juga akan hilang.

Jeno sendiri juga sudah mencoba berbagai macam cara agar ia tetap memiliki kesadarannya setiap malam, namun tetap saja, pada jam-jam tertentu penyakit kejiwaan itu selalu kambuh dan dirinya mulai berhalusinasi lagi.

Sepertinya apa yang dikatakan oleh dokter Shin satu tahun yang lalu memanglah benar. Rumah ini lah yang membuat Jeno terus terjebak dalam masa lalunya.

Terbukti tiap Jeno mengajak Jisung untuk menginap di mansion, penyakit pria itu sama sekali tidak kambuh dan Jeno bisa terus mendapatkan kesadarannya.

"Maafkan papa sayang.. cepat sembuh ya" lirih jeno sendu sembari mengecup kening Jung Jisung yang masih tertidur lelap.

Mungkin Jeno harus mempertimbangkan kata-kata dokter Shin lagi.

Ia tidak tega melihat putranya terus-terusan sakit ketika bersamanya.

"Eeuuunggg.. " rengek jisung yang merasa tidurnya terusik lantaran jeno terus mengelus rambutnya.

"Sayang, ayo bangun dulu.. kita sarapan hmm?" Ujar jeno lembut seraya mengusap peluh yang membasahi kening putranya.

Perlahan anak itu pun membuka mata sipitnya dan melihat Jeno yang duduk disampingnya.

Namun bocah itu malah menarik selimutnya hingga menutupi wajahnya.

Jeno hanya bisa mendengus pasrah. Pasti semalam dirinya melakukan suatu hal yang aneh lagi.

"Sayang jangan takut, ini papa.. papa ambilkan bubur ya?"

Jisung menggeleng dalam selimutnya.

Pria itu pun tak menghiraukannya, ia tetap keluar dari kamar untuk mengambil bubur untuk jisung.

Bagaimana pun jisung harus makan.

Sementara itu Jisung membuka selimutnya dan mengintip papanya yang sudah keluar dari kamar.

Anak itu sungguh takut dan juga bingung. Ia bingung membedakan mana Jeno ketika sedang 'normal' dan mana Jeno ketika sedang kambuh.

Cklek..

Jeno kembali dengan membawa satu nampan berisikan bubur, air putih dingin dan juga susu untuk jisung.

Melihat papanya kembali Jisung kembali menarik selimutnya dan bersembunyi dibalik selimut.

ORPHAN 2 | AFTER HIS GONE [COMPLETE]Where stories live. Discover now