22. Ayo Baikan

32 9 20
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Langit-langit rumah Hendery menjadi pemandangan bagi Candra. Pasalnya pemuda itu berbaring di tempat tidur Hendery. Sementara si Tuan Rumah membuat minuman dan camilan untuk tamu dadakan itu.

Suara pintu terbuka menandakan Hendery masuk kembali. Pemuda itu meletakkan nampan berisi dua gelas es jeruk dan keripik singkong di atas nakas.

"Makan," titah Hendery yang kemudian duduk di samping Candra yang berbaring.

"Gue butuh pencerahan, Hen," ujar Candra pelan.

Hendery berdecak, lalu memukul kening Candra cepat.

"Lo ngapain?!" teriak Candra mengelus keningnya.

"Memastikan, gue takut lo kesurupan."

"Gue gak kesurupan!"

"Terus ngapain minta pencerahan sama gue? Gue bukan ustad atau guru, jangan aneh-aneh deh lo." Hendery bangkit, lau berjalan menuju sudut ruangan. Duduk di depan sebuah piano.

Candra mengubah posisi jadi duduk untuk melihat. Sebelum menekan tuts, Hendery menoleh pada Candra.

"Kalau ini soal Cinta, mending lo renungi lagi apa masalah lo sama dia. Gue bak bisa bantu, Can. Semua jawaban ada sama diri lo sendiri," lanjut Hendery. "Sekarang lo mikir sambil dengerin gue main piano, biar tenang pikiran lo," katanya yang kemudian mulai fokus.

Candra kembali berbaring. Melipat tangan sebagai bantal. Perlahan suara piano yang Hendery mainkan terdengar. Tekanan yang begitu lembut dan terdengar merdu.

Pemuda itu memainkan instrumental Sempurna milik Andra & The Backbone. Selama ini Candra sering mendengar versi gitar dan Hendery memainkan versi piano dengan sangat baik.

(Kurang lebih seperti ini)

Meskipun ia sudah berulang kali masuk ke kamar Hendery dan melihat keberadaan piano itu, baru kali ini Hendery memainkannya.

Kata Hendery biar tenang. Candra setuju, saking tenangnya ia jadi membayangkan sosok Cinta yang sempurna di matanya. Bagaimana cara gadis itu tersenyum, tutur katanya yang lembut, tapi terkadang dingin. Bahkan, membawa Candra pada memori di mana ia memeluk gadis itu.

Seketika pipinya memanas dan langsung menelungkupkan badan menyembunyikannya di kasur.

Bukannya membuatnya berpikir untuk memecahkan masalah, Hendery membawanya semakin jatuh pada pesona Cinta. Meski gadis itu berulang kali membuatnya kecewa, tak cukup kuat untuk menghapus rasa yang sudah ada di hati.

Shooting Star | Chenle [TAMAT]Where stories live. Discover now