9. Mulai Sibuk

42 14 28
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Dari dalam mobil Candra melihat dengan saksama saat Cinta masuk ke kafe tempat gadis itu bekerja. Setelah benar-benar merasa aman, ia menghela napas. Lalu kembali mengingat suasana canggung yang telah ia ciptakan karena ulah pramusaji di tempat makan tadi.

Dari awal ia sudah curiga saat pramusaji itu menunjukkan ponsel ke Cinta. Candra ingin tahu apa yang mereka bicarakan, karena itu ketika melihat pramusaji itu hendak mengantarkan makanan, ia pergi ke toilet sebagai alasan.

Ia tak benar-benar pergi, karena itu ia kembali ketika Cinta dan gadis itu terlihat saling bicara. Karena perkataan Candra gadis itu pergi dengan rasa malu, sementara Cinta kebingungan.

Demi menghapus kebingungan dan rasa canggung di antara mereka, lagi-lagi Candra meminta maaf. Ia berkata seperti itu agar gadis itu segera pergi dan tidak mengusik Cinta.

Meskipun terdengar aneh, Cinta mengangguk seakan menerima penjelasan itu.

Gadis itu berpura-pura dengan baik. Atau mungkin memang sudah terlatih untuk baik-baik saja.

Maka kini Candra mencari nomor Hendery untuk ia telepon.

"Hen."

"Ya? Ada perlu apa lo nelfon gue?"

"Gue mau minta tolong, take down berita tentang gue di base kampus. Sekalian cari juga adminnya, bilang ke dia buat nggak ngelolosin menfess tentang gue. Kalau ada fee, bilang ke gue."

"Kenapa gak lo lakuin sendiri?"

"Gak sempet, lo bantuin gue kenapa, sih?"

"Tapi gak gratis."

"Iyeee!"

"Nah gitu dong, kan sama-sama enak."  Pemuda di seberang telepon sana terkekeh senang. Sementara Candra merotasikan mata seolah ia tak terkejut dengan tingkah temannya itu.

Setelah urusan dengan Hendery selesai, ia mematikan telepon dan pergi dari halaman kafe.

Hampir menjelang maghrib Candra sampai di rumahnya. Ketika ia membuka pintu, sang papa sudah berdiri menyambut dengan wajah datar.

"Tumben Papa ada di rumah terus akhir-akhir ini?" tanya Candra seraya mencium tangan pria di depannya, lalu melewati pria itu.

Sang papa balik badan, melipat tangannya sambil memperhatikan anaknya.

"Can, Papa punya proyek buat kamu."

Candra spontan menoleh, papanya tersenyum. Tampaknya suasana hati pria itu sedang baik hari ini. Akhirnya Candra duduk di sofa, berupaya mendengarkan proyek yang dimaksud sang papa.

Pemuda itu tak tersenyum, juga tak menunjukkan keantusiasannya. Berbeda dengan papanya yang kini mendekat dan duduk di sofa.

"Kamu tau ruko yang di dekat alun-alun itu? Yang bekas fried chicken. Itu sudah Papa beli, rencananya Papa mau buka restoran kecil di sana. Tapi Papa gak sempet buat mengoperasikan. Mumpung kamu masih semester awal, kamu yang ambil alih."

Shooting Star | Chenle [TAMAT]Where stories live. Discover now