4. Dia Datang

119 26 115
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Maju atau mundur? Ini yang Candra pikirkan sedari tadi. Ia belum jalan, ibarat ingin berenang, tetapi ia masih berdiri di tepi, belum terkena air.

Lagi pula Cinta sudah memohon padanya untuk tidak mempermainkan perasaan gadis itu,  tetapi entah mengapa jadi hati Candra yang gundah.

Rasanya gatal dan menyebalkan. Jika waktu itu Candra yang menghindar, kini terlihat jelas jika Cinta yang menghindar. Tiap kali mereka akan berpapasan,  Cinta selalu putar balik atau langsung berbelok ke arah lain. Kemarin saat pulang pun, Cinta dengan cepat menekan tombol lift saat Candra berjalan ke sana agar cepat tertutup.

Interaksi yang memungkinkan agar gadis itu tidak main kucing-kucingan dengannya hanya di dalam kelas. Namun, Candra tidak berani melakukan interaksi di saat teman-temannya melihat. Ia tak ingin menimbulkan rumor yang bukan-bukan. Apalagi sebagian mahasiswi di sana kurang menyukai Cinta.

"Gue kurang apa, sih?" gerutu Candra tanpa sadar.

"Kurang effort!" timpal Hendery yang sedang makan di kantin teknik bersama Candra.

"Lo tau apa soal gue?" protes Candra.

"Nyali lo ciut di saat lo mulai mengakui perasaan lo. Lo gak segampang sebelumnya buat berinteraksi sama dia. Lo takut ditolak, kan?" tebak Hendery tepat sasaran.

Candra mendecih, ia marah saat tahu jika apa yang diucapkan pemuda itu adalah kenyataan yang sebenarnya.

"Kalau kata gue, mending lo jelasin ke tuh cewek kalau apa yang dia pikirin tentang lo gak bener," saran Hendery yang sudah mendengar cerita Candra.

"Tapi kalau dia gak percaya?" tanya Candra.

"Ya buat dia percayalah, lo minta maaf sama dia."

"Kalau permintaan maaf gue ditolak gimana?"

"Mati aja dah lo! Lo negative thinking mulu! Lo biasanya gak gini ya, Can," balas Hendery jadi emosi, lalu mengambil gelas, meminum jus jeruk di dalamnya.

Helaan napas Candra terdengar frustasi, ia bahkan menggaruk kepala merasakan sangat kepanasan hingga keringatnya di atas sana terasa sedang mengalir.

Melihat perubahan sikap pada temannya, Hendery jadi prihatin. Ia tak pernah melihat Candra segelisah ini sebelumnya. Namun, fakta yang ia ketahui, ini tejadi karena satu perempuan yang bernama Cinta.

Haruskah Hendery mendatangi gadis itu dan meluruskan semuanya untuk Candra?

"Udah, Can, jangan terlalu lo pikirin. Kalau emang jodoh, dia bakal dateng sendiri. Tenang aja," ujar Hendery mencoba menghibur.

"Terus kalau gak dateng gimana?"

Lagi, Candra kembali berpikir negatif Ke mana semua pikiran positifnya pergi? Jangan tanya Candra, ia sendiri tidak bisa menjawab.

Shooting Star | Chenle [TAMAT]Where stories live. Discover now