3. Salah Paham

114 25 133
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Di sepanjang perjalanan, Candra mendesis. Ia menyisir poni ke belakang seperti tak habis pikir. Ia mendesah bingung sendiri dengan apa yang dilakukannya tadi.

Ada posisi yang benar jika memang berniat membantu gadis itu. Ia bisa menyuruh Cinta untuk menyingkir dulu, bukan langsung berada di belakang gadis itu.

Rasanya malu.

Namun, gadis itu benar-benar bisa membuat Candra sangat khawatir. Bukan hanya malam itu, pagi ini ketika Candra baru saja turun dari mobilnya, ia melihat Cinta yang berjalan tergesa-gesa masuk ke gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Bahkan, tadi kaki bersepatu putih itu sempat tersandung saat menaiki undakan.

Candra hendak memanggil sebenarnya, tetapi urung karena pergerakan gadis itu terlalu cepat. Sehingga kini ia memutuskan untuk menduduki kursi di depan ruang kelas. Ia sengaja menunggu Cinta, hingga akhirnya gadis itu datang. Wajahnya lebih parah dari wajah gadis itu ketika mimisan. Kantung matanya terlihat jelas dari jauh, kira-kira sudah berapa hari gadis itu tidak tidur?

"Cin," panggil Candra mencegah gadis itu masuk ke kelas.

Cinta menoleh. "Apa?"

Gadis itu terlihat lesu dan pucat. Rambutnya yang diikat tampak berantakan, bahkan kaus kaki yang dipakainya berbeda warna.

"Sini duduk," titah Candra menepuk kursi di sebelahnya.

Sambil menghela napas panjang, Cinta mendekat dan duduk di samping pemuda itu.

"Kenapa?" tanya Cinta to the point.

"Tadi gue liat lo lari-lari masuk gedung. Ada apa?"

"Oh itu ...  aku ngumpulin berkas bisnis plan."

"Bukannya yang waktu itu udah? Apa waktunya diperpanjang?"

"Beda lomba."

Candra mengangguk paham. "Terus ... kenapa wajah lo pucet? Kaus kaki lo beda sebelah."

"Can—"

"Rambut lo awut-awutan. Lo berantakan banget, Cin."

"Can—"

"Kan, gue udah bilang buat jaga kesehatan. Lo gak ngerti ya? Istirahat," tegas Candra yang tak ia tahu jika Cinta jadi menahan emosi.

"Can, bisa dengerin aku dulu gak?"

Candra terdiam.

"Hidup aku gak semudah itu. Aku harus bertahan biar beasiswa aku jalan terus," jelas Cinta kemudian.

"Tapi harus ada jeda. Lo bukan robot, lo manusia," celetuk Candra.

"Aku gak bisa nolak ajakan dosen. Waktu mereka kasih informasi lomba, pasti mereka maunya aku ikut. Lagipula aku gak sendiri, Can. Anak beasiswa lain juga gitu."

Shooting Star | Chenle [TAMAT]Where stories live. Discover now