21. Hidupmu Sempurna

Start from the beginning
                                    

"Candra, kamu mau bayar kapan keripiknya?" tanya Gina saat wanita itu melihat anaknya baru pulang dari rumah Budi.

"Kan udah bilang, kalau pas balik modal," jawab Candra yang berjalan masuk.

"Stop di situ," titah Gina menunjuk. Dengan patuh Candra berhenti, pemuda itu menghela napas seraya menghadapkan diri pada sang mama.

"Kenapa lagi?"

"Terus buat seribu produk nanti kamu gimana? Mau utang lagi sama Mama?"

"Gak boleh aku utang lagi?" tanya Candra.

"Laporan keuangan Mama, Can. Pikirin dong, itu kasihan Fitri bingung kalau kamu ngutang terus." Gina bahkan sampai menyebut nama akuntan di usahanya.

"Aku talangin dulu nih, pakai uang resto," balas Candra tanpa pikir panjang.

"Jangan macem-macem kamu. Emang Papa gak minta catatan keuangannya?"

Candra terdiam sekarang. Tiba-tiba ia ingat jika papanya meminta hal itu. Meskipun Candra sudah mencatat semua keperluan resto di dalam ponselnya.

"Pinjemin uang Mama dulu." Kini Candra memelas. Pasrah tak bisa berpikir dan memiliki pilihan lain.

Gina yang awalnya duduk sambil bersandar kini condong ke depan, memasang wajah jahil, sambil memangku wajah.

"Kenapa gak pakai tabungan kamu?" ucap Gina menyeringai dan berhasil membuat Candra mengacak rambut frustasi. "Tabungan banyak, tapi gak digunain itu buat apa?"

Candra hanya tidak ingin memakai uangnya. Melihat uangnya tetap utuh itu menyenangkan. Meksipun uang saku yang orang tuanya berikan per bulan tak pernah absen, ia tak pernah memakainya lebih dari seperempatnya. Pengeluaran Candra sebatas bensin mobil, traktir Hendery, dan nongkrong.

"Oke! Pakai duit aku dulu!" putus Candra final.

"Nah gitu, jadi cepet TF buat bayar utang," kekeh mamanya.

"Mama nagih utang ngejar banget, padahal pasti aku bayar."

"Bukan gitu, ini masalah ketepatan waktu, tanggung jawab. Gak boleh dianggap sepele," peringat Gina.

"Iya! Iya! Aduh, aku pusing banget hari ini!" gerutu Candra yang berlalu sambil kembali mengacak rambutnya.

Gina menggelengkan kepala. Wanita itu merasakan banyak perubahan pada anaknya. Tidak hanya sering mengeluh, Candra akhir-akhir ini sering marah, cerewet, dan suka membantah.

Perubahan emosi yang baik untuk Candra yang selalu menurut. Bahkan, pemuda itu kerap kali memberikan ide memasak pada Gina. Tidak seperti dulu yang jika ditanya pasti akan ikut kemauan Gina.

"Apa ambisi Cinta udah mulai menyebar? Jadi sekarang Candra mulai terpengaruh. Bagus deh, dia emang butuh motivasi," ungkap Gina senang.

***

Semalam Cinta hanya membuat grup pesan, tanpa mengirim pesan apa pun di sana. Mungkin gadis itu hanya bertukar pesan dengan Ardi tanpa dirinya. Maka dari itu, ia berniat berdamai dengan Cinta. Ia tak mau kecolongan lagi.

Ketika Candra baru masuk kelas ternyata Cinta sudah datang. Ia pun mendekat, berdiri di depan gadis itu yang sedang duduk.

"Cin, gue mau ngomong. Bentar aja."

Namun Cinta mengabaikannya. Gadis itu berdiri cepat, menciptakan decitan keras dari kursi yang diduduki dan berhasil membuat semua teman yang sudah hadir memperhatikan.

Shooting Star | Chenle [TAMAT]Where stories live. Discover now