"Maka dari itu mereka selalu mencoba mengusik ibu yang kebetulan saat itu ibuku sedang mengandungku. Lalu begitu aku lahir, Ibu dan ayahku sepakat untuk menyekolahkanku di rumah saja saat aku besar nanti. Dan ya, kemudian aku mempelajari semua di rumah." Timpal Sera.

Ardan yang mendengar itu sontak menganggukkan kepalanya. Kini dia paham. Kenapa gadis ini mengatakan kalau ini pertama kalinya dia kemari. Namun, tak berselang lama terdengar sebuah seruan.

"Kakak!"

Sontak Ardan dan Sera yang mendengar seruan itu. Dengan cepat langsung menolehkan kepala mereka secara serentak. Mereka bisa melihat seorang remaja laki-laki tengah berlari menghampiri mereka. Sambil memegang sebuah busur panah di salah satu tangannya.

"Kakak, kau datang kemari." Ujar Rowan dengan semangat begitu berdiri di hadapan kakaknya.

Sontak Rowan langsung mengedarkan pandangannya kesana kemari. "Lalu dimana ayah?"

"Ayah, akan menyusul kemari dengan Sir Cedric. Kebetulan ayah harus mengurus sesuatu terlebih dahulu di distrik militer." Jawab Sera dengan lembut.

Seketika Rowan menganggukkan kepalanya mengerti. Lalu pandangannya jatuh pada seorang pria yang berdiri di samping kakaknya. Refleks Rowan mengerutkan keningnya dengan heran.

"Ini siapa?" Tanya Rowan dengan terang-terangan.

"Apa kau lupa ini Ardan." Jawab Sera dengan heran.

"Benarkah tuan penyihir?" Ucap Rowan tak percaya. Lantas Rowan kembali memandang Ardan dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Kenapa tampilannya berbeda sekali. Setahuku tuan penyihir memiliki rambut panjang." Lanjut Rowan dengan memicingkan matanya tak percaya.

"Aku mengubahnya." Sahut Ardan dengan cepat.

Sontak Rowan yang mendengar suara itu. Langsung membelakkan matanya tak percaya. "Wah, aku ingat suaranya." Seru Rowan dengan sedikit heboh.

"Ternyata anda benar-benar, tuan penyihir. Wah, hampir saja aku tak mengenali penampilan anda ini." Sambung Rowan.

Lantas Sera memukul pelan lengan adiknya. "Berhenti memanggilnya penyihir. Dia bukan penyihir."

Kemudian Rowan mengalihkan pandangannya pada kakaknya. Seraya mengerjapkan matanya dengan polos. "Lalu aku harus memanggilnya apa? Tuan Alkemis?" Celetuk Rowan.

Sera yang mendengar itu refleks membelakkan matanya. "Bagaimana kau bisa menyebutnya Alkemis."

"Dia memiliki kekuatan sihir layaknya penyihir dan Alkemis kan." Cetus Rowan dengan ringan.

Sera yang mendengar perkataan yang dilontarkan oleh adiknya seketika tercengang. Namun, tak lama kemudian Sera langsung menyanggahnya dengan cepat. Hingga sedikit menimbulkan perdebatan di antara mereka. Sedangkan Ardan yang mendengar perdebatan kecil antar kakak dan adik itu hanya bisa tersenyum tipis.

Tanpa berniat untuk melerai perdebatan tersebut. Namun, siapa sangka kejadian itu tak luput dari perhatian Lucian yang berdiri tak jauh dari mereka. Dengan raut wajah yang datar.

*****

Setelah sedikit perdebatan terjadi antara Sera dan Rowan beberapa saat yang lalu. Rowan harus segera kembali fokus untuk bersiap-siap mengikuti acara pembukaan festival yang akan segera dimulai.

Di tengah keramaian yang semakin meningkat. Sebagaian para peserta sudah bersiap dengan kostum yang merepresentasikan kebudayaan dan bidang studi yang mereka tekuni.

Sementara Rowan sibuk bergabung dengan rekan-rekannya dalam kelompoknya untuk berpartisipasi dalam parade budaya dan pendidikan yang akan menjadi bagian pembukaan festival.

Sera memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar area akademik. Dengan di dampingi oleh Ardan yang sedaritadi berjalan di sisinya. Mereka berdua berjalan melintasi jalan-jalan yang dipadati oleh pengunjung festival.

Sera tak henti-hentinya mengamati setiap sudut kota yang diramaikan oleh kegiatan festival ini. Sayangnya berbeda dengan Ardan yang entah mengapa dia merasa ada sesuatu yang aneh di sekitar festival tersebut.

Sialan, kenapa energinya semakin terasa. Batin Ardan.

Lalu dengan cepat Ardan mengedarkan pandangannya. Namun, seketika Ardan tersentak. Saat tiba-tiba Sera menepuk pelan dirinya.

"Kau kenapa?" Tanya Sera dengan heran.

"Tidak." Jawab Ardan dengan pelan.

Sera yang mendengar jawaban tersebut. Sontak mengangkat kedua bahunya dengan acuh. Lalu kembali melanjutkan langkahnya. Namun, baru beberapa melangkah Sera kembali menghentikan langkahnya. Saat ia tak sengaja melihat sebuah kerajian yang dibuat dari tangan.

"Ayo, ayo kemari Lady. Barang-barang disini semuanya dibuat dengan jari jemari yang sangat terampil. Anda bisa melihat patung ini sebagai contohnya. Patung ini dibuat dengan penuh kehati-hatian saat melukis Dewa yang sangat mulia yaitu Dewa Caelithar." Ujar penjual tersebut sambil menunjukkan sebuah patung kepada para pengunjungnya.

Sera yang melihat patung itu pun. Sontak menganggukkan kepalanya pelan. Cukup ia akui bahwa barang-barang disini sangat menarik. Lantas Sera menolehkan kepalanya sekilas pada Ardan.

"Ardan, coba kau lihat kesini." Ujar Sera dengan lembut.

Ardan yang mendengar ucapan Sera. Sontak mengalihkan pandangannya dengan cepat. "Menurutmu barang apa yang harus kubeli." Tanya Sera.

Seketika Ardan mengerutkan keningnya. "Kau mau membelinya?"

Sera menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Aku bingung ingin membeli yang mana. Barang disini sangat bagus jika dibanding yang lain." Bisik Sera.

Lantas Ardan mengedarkan pandangannya pada barang-barang tersebut. Meneliti setiap barang yang pajang. Namun, lagi-lagi Ardan mengerutkan keningnya. Saat merasakan sebuah energi yang sangat kuat.

Refleks Ardan mengalihkan pandangannya dengan cepat. Lalu memicingkan matanya. Sedangkan Sera yang masih melihat-lihat barang-barang tersebut. Kemudian pandangannya tertuju pada satu barang.

"Ardan, menurutmu aku harus beli itu atau tidak?" Tanya Sera kembali.

Membuat Ardan menolehkan kepalanya pada Sera sekilas. "Beli saja." Jawab Ardan dengan singkat.

Sera yang mendengar itu lantas tersenyum tipis. Seraya menunjuk satu barang kepada penjual tersebut. Begitu menyelesaikan transaksi tersebut. Lantas Sera membalikkan badannya.

"Sudah?" Tanya Ardan dengan datar.

Sera kemudian menganggukkan kepalanya pelan. Lalu matanya tak sengaja melihat satu sosok yang sedang berjalan menghampiri mereka.

"Ayah." Ujar Sera dengan pelan. Membuat Ardan ikut mengalihkan pandangannya.

"Sedang apa disini?" Tanya Raven begitu berdiri di hadapan putri sulungnya.

"Membeli sesuatu." Jawab Sera seraya sedikit mengangkat kantung belanjanya.

Sesaat Raven menatap kantung tersebut dengan datar. Sebelum kembali mengalihkan pandangannya pada Sera dan pria yang berdiri di samping putrinya.

"Kalian sudah bertemu dengan Rowan?" Tanya Raven kembali.

"Sudah." Jawab Sera dengan cepat. Lantas Raven yang mendengar itu kemudian menganggukkan kepalanya pelan.

"Ayo, cari tempat. Paradenya akan segera di mulai." Ujar Raven sambil mengulurkan tangannya pada Sera yang kemudian langsung disambut oleh Sera.

*****

Namratsr | Na

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang