Aku mencintaimu, bukan dia.

144 23 0
                                    

Aku terus mengikuti Jeno tanpa peduli dengan Jeno yang selalu mengabaikanku, apapun alasannya, aku tidak akan menjauh darinya. Tapi Jeno selalu bermohon padaku. apa yang harus aku lakukan? Aku memang tidak ingin melakukannya, tapi saat melihat Jeno terus memohon, hatiku seakan hancur. Jujur aku bingung, sebenarnya alasanku meminta nomor Jeno karena aku tidak bisa berbahasa isyarat itu bohong. aku bisa, semenjak ia menghilang, setiap hari aku mempelajarinya, demi bisa berkomunikasi dengan jeno. sekarang aku meminta nomornya agar bisa menghubunginya kapanpun yang aku mau. tapi hal yang tidak terduga malah terjadi pada kami-tidak, maksudnya padaku.

"aku berjanji akan menceritakan semuanya ... Tapi tolong, kembalilah ke tempatmu begitu juga denganku. Kau dan aku berbeda, dunia kita berbeda, aku tidak pantas menjadi temanmu, tolong berhentilah, aku tidak butuh kasihan dari siapapun"

Aku menggeleng pelan. semuanya tidak benar, semuanya salah. Jeno punya tempat tersendiri di sekitaran orang yang merasa sempurna, dia hanya mencolok di Antara semua orang, dia seperti kepingan kristal yang terlempar ditengah bebatuan, dia berharga, Hanya saja cahayanya redup di timpa bebatuan itu.

"aku tidak bisa Jeno, aku akan lakukan apapun itu, asal jangan memintaku untuk menjauh darimu"

Dia menatapku sebentar. Hanya sebentar lalu menggerakkan tangannya "kalau begitu, tolong terima Mark, Mark sudah lama menyukaimu"

"jeno! Bukan seperti itu maksudku! Sungguh... aku tidak mengerti dengan apa yang kamu pikirkan!" Pekikku. Aku tau Jeno tidak akan mengerti- tidak, Jeno sepertinya mengerti.

Jeno tersenyum. "kalian sudah saling mengenal sejak lama, aku yakin kamu tau seperti apa Mark."

"aku tidak bisa, Jeno ... aku tidak mencintai Mark, Tolong jangan seperti ini."

"tapi Mark mencintaimu"

"aku tidak mencintai Mark, tapi aku mencintaimu... Jangan mintaku untuk mencintai orang lain, itu menyakitkan untukku." aku tidak tau mendapatkan keberanian itu dari mana, tapi aku baru saja mengatakan hal yang gila.

Deg

Jeno terdiam, tangannya berhenti bergerak seakan lupa cara menggunakan bahasa isyarat, tubuhnya tegang, begitu juga dengan jantungnya yang tidak berhenti berdetak.

Namum bodohnya aku tetap melanjutkan ucapanku tadi "bagaimana bisa aku menjauhi-mu, saat kamu mengabaikanku saja rasanya begitu sakit, ... Apa kamu tau? betapa frustasinya aku saat kamu menghilang tanpa kabar? Setiap hari aku selalu memikirkanmu, aku terus mencarimu-karna aku tidak Mau kehilangan seseorang yang aku sayangi untuk keduakalinya"

Kali ini Jeno kembali menatapku sedu, tangannya bergerak lemah, seakan sesuatu menahannya.

"bohong, kamu berbohong untuk kedua kalinya"

Sekarang begitu juga denganku, aku terdiam saat Jeno mulai berbicara dengan tangannya. Aku tidak mengerti maksudnya, aku bingung.

"pertama; kamu bilang tidak terlalu bisa menggunakan bahasa isyarat, kedua; kamu bilang kamu mencintaiku ... Keduanya bodong, bukan?"

Aku menggeleng pelan. Memang benar aku berbohong Tantang aku yang tidak bisa berbahasa isyarat. Tapi tentang mencintainya aku tidak pernah berbohong, perasaan ini nyata.

Tanpa peduli Jeno kembali berbicara. "berhentilah bertingkah seolah kamu mencintaiku. aku yakin ini hanya kesalahpahaman, kamu hanya keliru Sea, yang kamu rasakan hanya balas kasihan layaknya seorang manusia-bukan cinta"

Lagi-lagi aku menggeleng "jeno. aku mencintaimu-sungguh, aku mencintaimu."

"tidak mungkin Sea, kita baru saja saling mengenal"

"memang benar kita baru saling mengenal, tapi entah mengapa aku merasa sudah mengenalmu sejak lama."

Aku bingung saat Jeno menyudahi perdebatan ini begitu saja dengan pergi meninggalkanku sendiri. Kali ini aku tidak mengikutinya lagi, karena aku tidak mau Jeno merasa risih denganku. Dengan berat, aku melangkahkan kakiku menuju halte. Sialnya setelah aku sampai didekat halt, bus yang ingin aku naiki sudah lebih dulu pergi. aku sempat meneriakinya beberapa kali, tapi percuma, tidak ada respon sama sekali, mungkin tidak ada yang mendengar. Aku menarik nafas dalam sebelum melanjutkan langkahku untuk pulang.

🌙🌊

Sepertinya hari ini aku benar-benar sial. Bagaimana tidak? Pertama; Jeno menjauhiku, kedua; aku juga bertengkar dengannya dan sekarang aku harus pulang berjalan kaki.

Di Setiap langkahku aku terus menatap kebawah, sampai tiba-tiba aku terkejut saat seseorang berteriak seperti memanggilku.

"HAI!"

aku menatap kearah sekitarku meyakinkan kalo bukan aku yang sedang dia panggil. tapi tidak ada siapapun di dekatku. Merasa belum yakin, aku menunjuk diriku sendiri. tapi orang itu mengangguk, terlebih lagi ada Jeno Disana. Kalian tau? Seseorang yang memanggilku ia montir bengkel yang pernah aku datangi bersama Jeno. Aku melihat dengan jelas Jeno mengalihkan pandangannya seolah tidak ingin melihatku, Walaupun sedikit menyakitkan, aku tetap menghampiri bengkel itu saat montir yang mungkin seusia denganku menyuruhku untuk mampir.

"ada apa?" tanyaku.

"ah, ternyata aku tidak salah orang" jawabnya.

"maksudnya?"

"iya, kamu orang yang Minggu lalu kesini bersama Jeno, bukan?"

"bagaimana kamu bisa ingat?" tanyaku, aku melirik kearah Jeno yang sedang memperhatikan sepedanya sendiri.

Dengan semangat dia berbicara. "tentu saja aku ingat ... kamu orang pertama yang aku lihat bersama dengan Jeno, sebelumnya Jeno selalu sendirian."

"maksud kamu sebelumnya jeno-" ucapku terpotong saat dia-si montir memotong ucapanku.

"dia tidak pernah mempunyai seorang teman, karena itu waktu pertama kali dia membawamu kesini aku sedikit senang" lanjutnya.

Aku menatap Jeno lama, tapi dia masih fokus dengan dirinya sendiri seperti tidak memperdulikan keberadaan-ku.

"namaku Jun. Moon junhui" ucapnya tiba-tiba memperkenalkan diri.

"wah, marga kita sama! namaku Moon Sea!" ucapku antusias.

"hanya marga Korea" ucapannya tiba-tiba.

Aku menatap Jun bingung sebelum mencoba menebak. "apa kau blasteran kor-"

Dengan cepat Jun memotong ucapanku. "tidak. aku asli keturunan China, sesuatu terjadi di keluargaku, sehingga aku arus menetap disini ... nama asliku Wen junhui, loh" ucapnya bangga.

Aku tersenyum padanya sambil berucap "nama yang bagus"

Percakapan ini terasa hangat saat Jun tersenyum padaku "namamu juga bagus." ucapnya tiba-tiba.

Seolah percakapan ini selesai, aku melirik Jeno sekilas, namun sepertinya Jun sadar dengan apa yang aku lakukan.

"kenapa dengan Jeno? Apa kalian bertengkar?" Jun bahkan ikut memperhatikan kemana arah mataku.

"entahlah, sepertinya Jeno marah padaku." ucapku.

Aku mendengar Jun mendesah pelan. "tidak mungkin, pasti ada sesuatu yang terjadi"

"aku juga tidak tau, tapi Jeno menyuruhku untuk menjauhinya-bahkan dia mengatakan hal yang aneh-seperti menyuruhku untuk membalas perasaan Mark"

"oh, sekarang aku mengerti" ucapnya.

Aku menatap Jun bingung. Bagaimana bisa dia langsung mengerti? Sedangkan aku masih dibaluti dengan kebingungan. Sebenarnya apa yang salah denganku?

Tidak berlangsung lama Jun menghampiri jeno. aku dapat melihat, Jun mencoba berbicara dengan Jeno. Aku tidak tau apa yang Jun katakan, karena posisinya ia memunggungi-ku. Namun aku dapat melihat Jeno menghela nafas panjang, sampai akhirnya ia hanya menggeleng pelan lalu melirikku pelan.





Cacat (Lee Jeno)Where stories live. Discover now