mereka dalam bahaya.

80 8 0
                                    

"lo nggak bisa menghajar Mark yang sudah jelas terang-terangan menyiksa Lo. Tapi lihat apa yang sudah Lo lakukan ke gue? ... lo lupa kalau gue juga adik lo?"

"adik?"

Bugh

"mampus lo"

Aku meringis saat sesuatu yang keras mengenai kepalaku, aku terlalu dibaluti dengan emosi, sampai-sampai tidak sadar chenle telah memegang sebuah batu yang lumayan besar lalu memukulnya tepat di kepalaku. remang-remang aku melihat pergerakan mulut chenle seperti berucap "ternyata Lo masih sama bodohnya, Lo ingat gue baik-baik, gue tidak akan biarkan keluarga Lo bahagia, gue bakal hancurkan semuanya seperti yang sudah ayah Lo lakukan ke keluarga gue, ingat kata-kata gue"

Hanya itu yang aku ingat sebelum tubuhku terjatuh kelantai, Aku bisa merasakan darah mengalir begitu banyaknya dari kepalaku sampai akhirnya aku kehilangn kesadaranku sepenuhnya.

"dari awal aku sudah di takdirkan untuk sendiri, sampai kapanpun akan tetap sendiri. Tapi bolehkah aku mengharapkan sebuah keluarga? Kalian tau apa yang paling aku takutkan? ... Di telantarkan, aku begitu takut. Dari kecil aku sudah ditinggal oleh ibuku, dan disaat itu juga aku di telantarkan oleh ayahku dan di benci oleh kakakku sendiri."

-lee jeno-

Sea pov.

Hari sudah mulai gelap namun aku belum bisa menemukan keberadaan Jeno dan juga chenle. Aku sudah tidak tahan lagi hanya menunggu seperti ini, perasanku sudah tak enak, ditambah Mark juga ikut menghilang. dengan cepat aku bergegas kerumah paman Lee, aku hanya berharap salah satu mereka ada di rumah sekarang.

Cukup lama aku menunggu diluar setelah membunyikan bel rumah paman Lee. Sampai akhirnya aku bernafas lega saat seseorang membuka pintu.

"bibi?" ucapku saat melihat bibi yang tengah berdiri di depanku. dengan cepat aku memeluk bibi erat. "bibi kapan balik?" tanyaku.

"sekitar dua atau tiga hari yang lalu non, ... Oh iya, non sea sendirian aja? Nggak bareng Aden, Mark,?" tanya bibi.

"aku kesini mau ketemu Mark sama Jeno, Bibi" jawabku.

"Non Sea sudah ingat Aden Jeno?" tanya bibi.

Aku mengerutkan keningku bingung saat bibi tiba-tiba berbicara seperti itu, namun tanpa berfikir panjang aku kembali bertanya, "sudah ingat? Maksud bibi aku dan Jeno sudah saling mengenal dari kecil? ... tapi bi, aku baru mengetahui kalau Jeno juga anaknya paman lee."

"jadi non sea tidak ingat kalau Aden Jeno sering meletakkan bunga tulip di keranjang sepeda non Sea?"

Aku menutup mulutku tak percaya setelah mendengar semuanya. namun beberapa detik kemudian aku kembali meyakinkan bibi "maksud bibi, orang itu Jeno, bukan Mark?"

"cuman Aden Jeno yang begitu menyukai bunga tulip dirumah ini."

Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi, aku tidak tau ternyata akulah yang telah melupakan Jeno selama ini? Ya Tuhan apakah ini takdirku atau ini hanyalah sebuah kebetulan? aku melihat kearah pintu rumah yang sedikit terbuka, mataku terus mencari keberadaan Mark dan juga jeno namun rumah ini terlihat sepi.

"bibi, Jeno juga tidak ada dirumah?"

"aden Jeno dari kemarin belum pulang, bibi juga khawatir. Bibi takut kalau sampai bapak tau kalau den Jeno tidak pulang semalam." jelas bibi.

"tapi tadi disekolah Jeno terlihat baik-baik saja, tapi setelah beberapa menit terakhir aku sudah tidak melihat kemana Jeno, aku sudah mencari di penjuru sekolah, namun Jeno tidak ada, terakhir Jeno berbincang bersama Chenle, tapi kata teman sekelas ku, Jeno pergi bersama Chanel." jelas aku panjang.

Cacat (Lee Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang