with u Lee jeno

119 21 0
                                    

"Ini bukan perihal pelangi yang muncul setelah hujan, ini perihal keindahanmu melebihi pelangi."

-MoonSea-

"cantik sekali" gumanku pelan.

Jeno benar-benar mengajakku menghabiskan waktu bersamanya. Mataku tidak pernah lepas dari tatapan takjub. Jeno mengajakku di tempat begitu indah yang bahkan sekalipun belum pernah aku kunjungi. dengan senang aku berlari sambil berputar-putar di hamparan bunga-bunga tulip yang hampir bermekaran, walaupun masih banyak yg belum mekar, tapi sudah menjelaskan tempat ini begitu sempurna.

Pandanganku berbalik mencari keberadaan Jeno, pria itu tengah asik duduk di bawah pohon sambil menatap langit, walaupun langit belum mulai gelap, tapi bentuk bulan sudah terlihat dari atas sana.

Tatapan itu, aku benci melihat Jeno menatap langit dengan tatapan sedu, aku benci karena apa yang Jeno lakukan, itu yang selalu aku lakukan sambil menatap bulan seakan-akan bulan itu adalah kakakku.

Aku berjalan pelan, lalu duduk disamping Jeno, tanpa sadar air mataku lolos begitu saja, aku tidak mengerti kenapa aku menangis. Saat pertama kali melihat senyuman Jeno, aku semakin mudah menangis. Aku sedikit terkejut saat Jeno memelukku lembut. Disaat itu tangisanku semakin terisak, aku tidak lagi bisa menahan semuanya. pikiranku kalut.

Setelah semuanya membaik aku melepaskan pelukannya-lalu beralih bersandar di bahunya. Jeno mengelus punggungku, tidak lama dia mengajakku berdiri melewati bunga tulip yang begitu indah.

Aku menghentikan langkahku, begitu juga dengan Jeno.
"bagaimana kamu tau kalo aku menyukai tulip?"

"aku menyukainya"

Aku mengangguk paham, sepertinya aku terlalu percaya diri, sampai tidak berfikir mungkin Jeno mengajakku kesini karena dia juga menyukai tulip. Seketika aku teringat mark, dulu dia sering meletakkan bunga tulip di keranjang sepedaku. Tapi sekarang hubunganku dengan Mark tidak mungkin bisa seperti dulu.

"kenapa kamu menyukainya?" tanyaku.

"karna mereka akan bermekaran saat ulang tahunku tiba"

"maret atau April?" tanyaku

"april"

"hanya itu?" aku kembali bertanya, namun Jeno masih terdiam menatap hamparan bunga-bunga itu sebelum kembali menggerakkan tangannya.

"seseorang yang sangat aku kenal menyukainya, namun dia tidak mengenalku."

"bahkan sekarang?" tanyaku lagi, entah kenapa hatiku sakit mengetahui Jeno menyukai orang lain. Tapi rasa penasaranku selalu membuatku bertanya dan ingin tahu semuanya.

"aku bertemu dengannya, tapi dia tidak tau siapa aku, sepertinya dia keliru, dan itu seperti yang aku harapkan dulu."

Aku sama sekali tidak mengerti apa yang Jeno bicarakan, tapi aku yakin, orang itu sangat berarti untuknya.

"sebentar lagi turun hujan, sebaiknya kita pulang" ucap Jeno sambil mengalihkan pembicaraan.

Sepanjang perjalanan terasa sunyi, Hanya ada suara langkah kaki kami berdua. Aku terlalu memikirkan gadis yang baru saja Jeno ceritakan sampai terkejut saat Jeno menarik-ku untuk segera berteduh. Benar saja hujan turun begitu lebatnya. Mataku melihat arloji yang melingkar ditangan-ku.

"jam 19:34 PM"

Aku terus menggosok kedua telapak tanganku kedinginan. Hujan turun begitu lebat, membuat aku dan juga Jeno mau tak mau harus berlari menerobos hujan. Tapi sebelum aku melangkah Jeno menahan ku, lalu menyodorkan sebuah Hoodie yang baru saja dia keluarkan dari dalam tasnya.

Cacat (Lee Jeno)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora