ramyeon

443 34 4
                                    


Setelah sekian tahun, aku kembali kerumah lamaku. Setelah kepergian kakak laki-lakiku, orang tuaku memutuskan untuk kembali pindah. Aku merindukannya rasanya harapanku untuk semangat musnah. Aku benar-benar merasa kehilangan.

Hari ini jalan begitu sepi begitu banyak perubahan yang terjadi semenjak aku meninggalkan tempat ini. Kakiku terus berjalan seolah-olah sedang mencari sesuatu yang hilang. Pada akhirnya kakiku berhenti disebut kedai kecil namun terlihat hangat. Tanpa ragu kakiku melangkah masuk aku juga tidak mengerti seolah sesuatu membawaku kesini.

“ada yang bisa ibu bantu?”

Tidak berangsur lama seorang wanita paruh baya menghampiriku Dengan tersenyum lebar, aku membalas senyumannya sebelum bertanya.

“Tidak ada buku menu?”

“Maaf, nak tidak ada. disini khusus ramyeon tidak ada menu lain”

mungkin aku terburu-buru memasuki kedai ini sampai tidak membaca nama kedainya. Ibu yang berdiri di depanku tadi sudah pergi membuat pesanan—ku. Disini sepi tapi hangat. Mataku melihat sekeliling begitu banyak foto keluarga yang mereka pajang di dinding, sepertinya aku tau darimana situasi hangat ini berasal.

Tidak butuh waktu lama pesanan-ku datang, aku sedikit tersenyum saat seorang pria seusia denganku meletakkan ramyeon di mejaku. Tapi tidak ada balasan, pria itu hanya diam dan berlalu pergi. dengan bersamaan ibu tadi menghampiriku.

“jangan di ambil hati, dia memang seperti itu... Tapi hatinya lembut”

Setelah berbicara ibu itu kembali ketempatnya.

“apa Maksudnya?” ucapku pelan. aku tidak mengerti.

Masa bodoh memikirkan hal yang tidak berguna, aku mulai memakan ramyeon ku mataku berbinar ini benar-benar enak. Aku sedikit terkejut saat pria tadi meletakan piring yang berisi beberapa potong sosis. Sama seperti sebelumnya tanpa ekspresi.

“ini benar-benar enak” ucapku.

“kau menyukainya?” tanya ibu kedai.

“iya” jawabku.

Ibu itu terdiam melihat pria itu yang sedang menikmati makanannya. Dia bahkan tidak memberikan respon apapun saat aku tiba-tiba berbicara.

“Maksudnya, aku menyukai ramyeon-nya” lanjut ku saat suasana berubah canggung.

“ah, ku mengerti.” jawab ibu itu. Aku hanya tersenyum.

“ngomong-ngomong aku tidak pernah melihatmu”

“sepertinya, ibu cukup mengenal orang-orang yang berada disini?”

“kau sedikit berlebihan”

Ibu itu terkekeh pelan.

“ini hari pertamaku pindah kesini”

“sendiri?”

“tidak, bersama keluargaku... Tapi ini bukan pertama kalinya aku tinggal disini”

“kau sering berkunjung. Ya? ... Kerabatmu pasti banyak disini.

“tidak, aku lahir disini”

“ah, maaf ibu tidak tau”

Aku tersenyum, lalu menggeleng pelan. ibu ini terlalu mudah mengatakan 'maaf' mataku kembali melihat pria yang masih duduk ditempatnya. Aku bahkan tidak sadar tiba-tiba mulutku mengatakan hal yang konyol.

“benar, dia lembut dan juga hangat walaupun tidak berbicara sepatah katapun”

Ibu itu menatapku bingung, seketika aku sadar telah mengatakan hal aneh.

Cacat (Lee Jeno)Where stories live. Discover now