semuanya sandiwara

83 9 3
                                    

Jeno merangkak kearah tembok agar bisa berdiri walaupun sambil tertatih, kini semuanya kacau tubuhnya dipenuhi noda darah dan juga telur busuk, Jeno menjatuhkan tubuhnya untuk duduk bersandar di tembok sekolah. Ia tidak bisa menahan pedihnya, hatinya begitu sakit melihat semua orang berbicara buruk terhadap bundanya. Isak demi isakan keluar dari mulutnya yang tiada henti mengigat cemoohan semua orang.

"bunda apa yang sudah aku perbuat? ... bunda, kesalahan apa yang sudah Aku lakukan dimasa lalu? ... Kalaupun tidak ada, kenapa aku harus mengalami ini semua? Kenapa Mark begitu membenciku bunda?"

Jeno terus merintih didalam hatinya, ia masih tidak mengerti kenapa semua ini terjadi padanya? Kenapa semua orang begitu benci padanya hanya karena ia cacat?

Sekarang, sekolah mulai sepi Hanya ada ia dan juga keheningan disana, Jeno tak lagi merintih, tapi hatinya masih perih bah teriris silet yang selalu perih jika tidak diobati. Dengan tertatih, Jeno berjalan kearah parkiran. Bahkan kesakitan beberapa jam yang lalu belum terobati dan sekarang- sepedanya hancur, sangat jelas di area parkiran seluas itu, Hanya tersisa sepedanya yang benar-benar hancur, kedua ban sepedanya sudah tersayat hancur, sedangkan remnya sudah putus terpotong, bahkan sadel dan rantainya sudah tidak ada. Jeno hanya bisa bersabar karena hal ini bukan pertama kalinya dia dapatkan. tapi kenapa cobaan begitu keras padanya?

Jeno menghela nafas panjang, dengan perlahan ia membawa sepedanya sambil tertatih,

"semuanya hancur sekarang, headphones, sepeda dan juga semuanya"

Jeno berhenti saat Jun berlari menghampirinya. Jun cukup terkejut melihat kondisi jenonya begitu menggenaskan, dengan cepat Jun membawa Jeno masuk kerumahnya yang berada dilantai dua.

Jun menatap kondisi Jeno dari atas hingga bawah, bahkan baju begitu busuk dan anyir.

"bocah sialan! Apa yang sudah Mark lakukan padamu?"

"bukan salah Mark tapi salahk-"

"tetap saja, kamu selalu membelanya. Lihat apa yang sudah ia lakukan padamu, Jeno!"

"semuanya karena aku"

"berhenti menyalahkan dirimu sendiri bodoh! Mark itu bukan kakakmu! Dia iblis!"

"tidak, mungkin Mark butuh waktu untuk menganggap aku sebag-"

"Sampai kapanpun, Mark tidak akan pernah peduli padamu, jeno. sadar. Sampai kapan kamu harus menderita karenanya? Sampai kapan kamu hanya diam saat ia berusaha menyiksamu"

"aku sudah berjanji Jun, aku sudah berjanji bersama bunda untuk saling menyayangi, hanya Mark dan juga ayah yang aku punya di dunia ini, hanya mereka berdua keluargaku. Aku tidak mau kehilangan mereka seperti aku kehilangan bunda"

Jun tidak tau harus berbicara apa lagi, hal ini sudah sering terjadi, dan Jeno selalu membela Mark walaupun sesadis apa Mark menyiksanya. Jun juga tidak bisa melakukan apapun. tapi, tunggu- Sea.

"jeno, kemana Sea? Kenapa ia tidak ada bersamamu?"

"Sea sudah dua hari terakhir ia tidak masuk sekolah"

"dua hari? Itu berarti setelah Sea mengetahui kalau kamu dan juga Mark bersaudara?"

"apa maksudnya Jun?"

Jun terdiam setelah sadar apa yang sudah ia lakukan, Jeno tidak boleh tau kalau Sea Sudah mengetahui semuanya. Jun bahkan tidak menjawab pertanyaan Jeno dengan cepat Jun berubah untuk mengalihkan pembicaraan.

"astaga, Sampai kapan kau harus berdiri disana? ... Cepat bersihkan dirimu, pakai saja bajuku."

Beruntung, Jeno tidak terlalu menghiraukan Jun yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. Seperti biasa, setelah membersihkan diri Jeno Hanya akan membaringkan tubuhnya di sofa, ia cukup tau diri untuk tidak mengacak-acak rumah Jun.

Cacat (Lee Jeno)Where stories live. Discover now