18

51 9 0
                                    

Malvin menghampiri Brian, Yunevo dan Yaren yang duduk di sofa ruang tamu. Ketiganya tampak sibuk membahas sesuatu. Malvin mengambil duduk di sebelah Brian, menyesap segelas teh yang dia bawa.

"Lagi ngapain lo pada?" tanyanya, melirik bergantian Brian, Yunevo dan Yaren.

"Bang Brian katanya nengok hantu di kost ini," celetuk Yaren cepat.

"Hah? Hantu? Di kost?" Malvin melempar tatapan tak percaya pada Brian. "Yang benar lo?" tanyanya memastikan.

"Iya bang. Seriusan gue." Brian memasang wajah seserius mungkin, mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V. "Kejadiannya udah agak lama," lanjutnya.

"Ingat gak, bang, waktu Alex kecelakaan dan kita berdua pergi ke rumah sakit. Lo nyuruh gue pulang duluan. Nah, gue kan nyampe larut malam ke kost, langsung deh gue masuk kamar setelah ngabari keadaan Alex sama yang lain. Sekitaran lewat jam dua belas malam gue baru ingat lo ada nyuruh gue buat cabut charger laptop lo di kamar. Jadilah gue pergi ke lantai dua, sepi banget disitu. Mahesa sama Yaren udah tidur kek kebo. Siap gue cabut charger laptop lo, tiba-tiba...."

Brian menahan kalimatnya, menatap teman kost-nya satu persatu yang menatapnya dengan tatapan penasaran, kecuali Yunevo. Karena sebelumnya Brian sudah menceritakannya pada Yunevo.

"Tiba-tiba apa?" tanya Malvin ngegas. Bisa-bisanya si Brian ngegantungin cerita saat mau klimaks.

"Bang buruan, mana lanjutannya. Pake iklan segala." Yaren ikutan protes.

Brian menarik napasnya, melanjutkan ceritanya, "Tiba-tiba gue ada dengar suara langkah gitu, naik tangga ke rooftop. Pas gue noleh, ada sekelebat bayangan hitam lewat. Cepat banget, ke arah rooftop." Brian mengakhiri ceritanya dengan satu tarikan napas.

"Udah gitu aja?" tanya Malvin. Tak bisa dipercaya, dia pikir bakal ada sesuatu yang mencekam atau menakutkan, ternyata hanya sebatas bayangan lewat. Pengalamannya saat di rumah sakit jauh lebih mencekam.

"Iya, Bang. Sampe merinding gue sebadan," jawab Brian sembari memeluk tubuhnya yang bergidik ngeri.

"Lebay amat lo. Baru bayangan hitam doang, belum lagi lo lihat hantu kepala buntung atau cewek berlumuran darah," ucap Malvin menyandarkan tubuhnya ke sofa.

"Dah pernah lihat lo, Bang?" tanya Yunevo antusias.

"Makan sehari-hari gue tuh di rumah sakit."

"Anjirlah." Yunevo bergidik ngeri mengikuti Brian, memeluk tubuhnya sendiri.

"Tapi, Bang. Gue rasa yang gue tengok malam itu, agak pendek gitu. Kayak anak-anak," ujar Brian melanjutkan kembali ceritanya mengenai sosok bayang hitam yang tertangkap matanya.

"Tuyul tuh, Bang," ujar Yunevo santai.

Brian mengangguk setuju membenarkan ucapan Yunevo. Walau tidak terlihat jelas, tapi dia yakin itu tuyul.

"Peliharaan lo, Yun?" tanya Malvin.

"Kagak. Peliharaan gue gak beraksi hari itu. Lagi liburan dia," jawab Yunevo bercanda, mengangkat sebelah kakinya ke sofa. Jari-jarinya aktif menggaruki punggung kaki yang terangkat.

"Pantesan gue sering kehilangan duit," ungkap Yaren, menautkan jari-jarinya berpose seperti orang yang sedang berpikir keras.

"Lo kan ga punya duit. Apanya yang hilang," sindir Yunevo. Gak ngaca, dia sendiri juga gak punya duit.

Yaren terkekeh, menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. "Iye juga sih."

"Lo pada tenang aja. Tuyulnya gak beraksi lagi semenjak gue sebarin biji kacang hijau," ucap Brian sangat yakin.

"Hah?"

"Biji kacang hijau?"

"Apa hubungannya?"

Malvin, Yunevo dan Yaren serempak mengeluarkan pertanyaan heran. Ketiganya saling berpandangan dengan kening yang mengerut.

Brian menghela napasnya. Bodo banget sih nih orang bertiga. Masa itu aja gak tau, rutuknya dalam hati.

"Tuyul kalo dikasih kacang ijo, dia bakalan sibuk buat ngitung jumlah kacang ijonya. Tuh tuyul kagak bisa ngitung lebih dari sepuluh. Gue taro banyak-banyak kacang ijo dekat tangga, biar pusing dia menghitung. Niat awalnya buat nyolong duit jadi terlupakan. Sebanarnya bukan cuma kacang ijo sih, bisa apa aja, contohnya kayak kelereng," jelas Brian panjang lebar. Bahunya naik beberapa centimeter, merasa bangga dengan pengetahuan dan ide cemerlangnya.

"Oalah, pantesan waktu mau jemur baju, ada banyak kacang ijo di tangga. Mana kena pijak sama gue, sakit banget," keluh Yaren.

"Tahu darimana bang yang begituan?" tanya Yunevo yang tak habis pikir dengan ide Brian itu.

"Upin Ipin."

Malvin, Yunevo dan Yaren tercengang dengan jawaban Brian. "Lahh.... Tak patutt...." Ketiganya serempak menggeleng-gelengkan kepala.

$$$

Yaren berjalan dengan malas menuju pintu. Bunyi suara ketukan pintu masih ditangkap telinganya, meskipun tadi dia sudah berteriak 'sebentar'. Tak biasanya ada orang yang berkunjung ke kost-an, biasanya paling cuma kurir paket yang setia menyabangi rumah kost mereka. Tapi, sepertinya yang datang kali ini bukan kurir paket, karena kalo yang datang kurir paket, pasti sudah meneriaki nama salah satu penghuni kost.

"Siapa si--"

Perkataan Yaren tertahan di ujung lidahnya saat matanya menangkap kehadiran tantenya yang berdiri tepat di depannya setelah dia membuka pintu kost. Matanya membulat dan gelisah kala tatapan tajam dan sinis milik tantenya bersinggungan dengan matanya.

"Tan-te... kenapa ada di--"

Plakk

Wajah Yaren terlempar ke sisi kanan ketika telapak tangan tantenya melaju cepat mengenai pipi kirinya. Dengan takut Yaren menghadapkan wajahnya kembali pada tantenya, mendapati gurat penuh amarah menghiasi wajah wanita paruh baya itu.

"Yaren. Kamu sudah pandai berbohong sekarang, ya?"

Bersambung...

Terima kasih buat yang sudah berkunjung, baca dan vote

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Terima kasih buat yang sudah berkunjung, baca dan vote.

Have a nice day...

Kost Bintang Lima《StrayKids》Where stories live. Discover now