15

57 8 0
                                    

"Brian! Buruan!"

"Iya, Bang! Bentar, lagi nyari kunci mobil."

Malvin mondar-mandir di ruang tamu. Sesekali dia mengusap wajahnya kasar. Tangannya menggenggam erat ponselnya. Lima menit yang lalu dia menerima panggilan telepon dari nomor tak dikenal, yang ternyata nomor dari salah satu perawat di rumah sakit. Perawat itu berkata bahwa Alex baru saja dilarikan ke rumah sakit karena kecelakaan. Sontak saja dia dan penghuni kost lainnya terkejut. Perawat menyuruhnya untuk segera datang sebagai wali Alex, karena cuma nomor Malvin, yang kebetulan menelepon ke nomor Alex terakhir kali.

"Bang, ayo!" Brian menepuk pundak Malvin. "Gue siapin mobilnya dulu." Brian segera berlari keluar menuju mobilnya.

"Bang gue mau ikut!" pinta Yaren pada Malvin yang sibuk menyusun barang di tasnya.

"Gak usah. Lo pada disini aja." Malvin menenteng tasnya berjalan menuju pintu. Di luar, Brian memberikan kode menyuruhnya untuk segera masuk. "Lo pada jangan berantem. Kalo ketahuan berantem, habis lo semua," ancam Malvin menatap tajam Yunevo, Henzi, Mahesa dan Yaren bergantian.

Kemudian dia berlari melewati tetesan hujan yang mulai mereda. Membuka pintu kursi depan sebelah Brian.

"Nanti kabari keadaan Alex, Bang!" teriak Yunevo sebelum mobil Brian pergi meninggalkan kost-an.

$$$

Sesampainya di rumah sakit, Malvin segera berlari menghampiri meja administrasi. Setelah mendapat informasi bahwa Alex berada di ruang UGD, Malvin dengan langkah cepatnya beralih menuju ruang UGD.

Di ruangan UGD, Malvin langsung disambut dengan pemandangan Alex yang sedang terbaring di ranjang dengan infus yang menempel di punggung tangan kirinya.

"Lex, lo gapapa?" tanyanya saat mendapati Alex yang ternyata sadar.

Dia memperhatikan keadaan Alex dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kepala Alex terbungkus perban di bagian pelipis kanannya. Lengan kanannya juga ikut diperban. Beberapa luka lecet menghiasi wajah, tangan dan kakinya.

"Abang, sakit...." keluh Alex. Entah kenapa rasanya dia ingin menangis ketika melihat Malvin.

"Iya. Kok bisa sampai begini, dek?" tanya Malvin pelan, menundukkan dirinya, mengelus pelan puncak kepala Alex.

Alex menangis pelan. Sebenarnya dia malu kalo sampai harus menangis begini. Tapi, biarin lah lukanya sakit banget, terlebih lagi dia masih kaget karena kecelakaan yang terjadi secepat kedipan mata itu.

"Lex...."

Brian datang. Dia baru menyusul Malvin setelah memarkirkan mobilnya terlebih dahulu. Berdiri di samping Malvin, Brian menatap iba keadaan Alex yang penuh dengan luka.

Tangis Alex semakin menjadi. Bodo amat dengan luka di wajahnya yang semakin perih terkena air matanya, pokoknya dia hanya ingin menangis sekarang. Malvin dan Brian kewalahan untuk menenangkannya.

Beberapa menit kemudian dokter datang, menyuruh Malvin untuk ikut bersamanya untuk mengurus beberapa hal. Malvin pamit pergi meninggalkan Brian dan Alex berdua.

"Lex, udah kabari mamamu?" tanya Brian.

Alex menggeleng pelan lalu mengalihkan wajahnya ke arah lain. Tangannya meremat selimut rumah sakit yang membungkus dirinya.

"Beritahu sana. Atau mau abang yang beritahu?"

Alex kembali menggeleng. "Mama gue di luar kota, Bang. Kasian, nanti jadi khawatir kalo diberitahu. Lagian gak parah juga kok."

Kost Bintang Lima《StrayKids》Where stories live. Discover now