10

61 6 0
                                    

"Dari mana?"

Yunevo berjengit kaget saat mendapati Krisan berdiri di balik pintu. Tangannya sibuk mengelus-elus dadanya meneteralkan degup jantungnya yang berpacu saking terkejutnya.

"Astaga, Bang, bikin kaget aja lo. Untuk gue gak punya sakit jantung. Kalo gak udah masuk surga gue."

"Yakin benar lo masuk surga."

"Gak ada salahnya berharap."

"Pertanyaan gue belum di jawab, dari mana aja lo?" tanya Krisan, matanya menyelidik Yunevo dari atas sampai bawah.

"Seram amat tatapan lo, Bang."

"Cepatan jawab. Dari mana aja sampai jam tengah tiga pagi baru pulang?"

Yunevo meneguk ludahnya kasar. Dia tak menyangka Krisan akan bangun di jam segini. Padahal sudah dia pastikan Krisan tak ada kerjaan yang mewajibkannya untuk lembur. Namun, perkiraannya meleset.

"Ada kerjaan, Bang."

"Kerja apa sampai jam segini?" Krisan menyipitkan matanya, mengeluarkan aura intimidasinya untuk menyudutkan Yunevo.

"Joki-in tugas teman. Gue tadi di kost-an teman gue yang juga sesama joki, kita kerjanya barengan. Deadline tugasnya tengah malam, jarak dari kost dia kesini lumayan jauh. Makanya gue sampai disini jam segini," jelas Yunevo panjang lebar. Dia menatap takut pada Krisan.

"Harusnya kamu minta nginap aja di kost temanmu. Bahaya kalau pulang jam segini. Gimana kalau terjadi sesuatu? Terus kalau pulang tengah malam itu minimal kasih kabarlah," nasihat Krisan.

"Iya, iya, Bang. Maaf, lain kali gak gue ulangi. Janji." Yunevo mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V.

"Ya udah masuk kamar sana."

Dengan langkah cepat Yunevo membawa dirinya melewati Krisan dan berjalan pelan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Yunevo memghembuskan napas lega. Dia beruntung tidak ketahuan bohong sama Krisan. Kalau ketahuan bisa panjang urusannya. Dan tak mungkin juga dia menjelaskan yang sebenarnya. Dia tak mempunyai cukup keberanian untuk menjelaskannya.

Kalau tak ingin ketahuan, mulai sekarang dia harus berhati-hati. Jangan sampai ada teman-temannya yang mengetahui rahasianya. Itu tak boleh terjadi.

$$$

"Wih, ada angin apa hari ini? Tiba-tiba abang kita Malvin dengan sukarela memasakkan sarapan untuk kita?" tanya Henzi, mencomot salah satu roti bakar yang tersaji di meja makan.

"Asyik, gini ke bang, setiap pagi lo masak." Yaren mengikuti aksi Henzi mencomoti roti bakar.

"Minimal cuci tangan dulu. Jorok banget lo berdua," ujar Mahesa.

Mahesa duduk di depan Henzi dan Yaren. Alex dengan muka bantalnya ikut duduk di sebelah Mahesa. Alex yang tadinya mengantuk seketika matanya berbinar menatap sajian sarapan pagi yang dimasak Malvin.

"Makasih, Bang," ucap Alex, menyunggingkan senyum pada Malvin yang sibuk memindahkan makanan dari atas wajan.

"Tirulah Alex. Datang bilang terima kasih, bukan langsung main comot aja," sindir Malvin.

Henzi berdiri dari duduknya, dia membungkukkan badannya sembilan puluh derajat. "Terima Kasih kepada Yang Mulia Master Chef Malvin yang telah sudi memasak hidangan mewah nan enak dan lezat ini untuk hamba yang hina ini," ujar Henzi dengan nada yang dibuat-buat.

Yaren dan Alex tertawa melihat tingkah Henzi. Ada-ada saja memang si Burhan ini.

"Lebay," ejek Mahesa.

"Terserah gue dong. Mulut, mulut gue," balas Henzi.

"Lo berdua jangan berantam," ujar Malvin menengahi sebelum terjadinya adu mulut yang lebih panjang. "Zi, panggil anggota yang lain buat makan sama," titah Malvin.

"Kok gue aja yang disuruh? Ini kan ada tiga orang lagi." Henzi menunjuk pada Alex, Yaren dan Mahesa. Dia tak terima hanya dia saja yang disuruh. Sementara tiga orang lainnya buang muka tidak peduli.

"Manggil aja kok mesti berempat. Udah sono, keburu dingin nih makanan."

Henzi menatap kesal pada tiga orang yang tersenyum senang ke arahnya. Ah, Henzi kesal sekali. "Ishh, gak adil." Dengan wajah cemberut Henzi melangkah.

"Zi! Pastikan semuanya kesini. Kalo semua belum ada disini, gak boleh ada yang makan!" teriak Malvin sebelum langkah Henzi menjauh.

Henzi yang mendengarnya terdiam sebentar, lalu mengacungkan jempolnya. Daripada cari ribut sama si Kucing mending iyakan saja semua perintahnya.

"Lah kok gitu?" tanya Alex.

"Bang, astaga, dah lapar," protes Yaren.

"Masa harus nunggu si Yunep yang kebo banget," ujar Mahesa.

"Udah lo pada diam aja. Pelototi aja dulu makanannya, hirup aromanya. Biar makin mampus laparnya," ucap Malvin dengan seringai kecilnya.

"Abang!" keluh Alex dan Yaren bersamaan.

Sementara itu Henzi dengan langkah malasnya berbelok menuju lorong. Demi makanan lezat dan enak buatan bang Malvin dia akan dengan sukarela menjalankan tugas untuk memanggil anggota yang tersisa.

Lagipun di meja makan sudah ada empat orang ditambah dengan dirinya lima orang. Berarti dia hanya perlu memanggil tiga orang lagi. Penghuni lantai atas sudah berada di dapur semua, itu artinya dia tak perlu capek naik ke lantai dua.

Karena masih pagi, kemungkinan besar masih pada tidur dan Henzi benci kalau harus bangunkan orang yang susah bangun seperti contoh, Yunevo!

Ini buruk sekali. Salah satu dari orang yang harus dia panggil adalah Yunevo. Satunya lagi ialah Bang Krisan. Okelah, Krisan tidak terlalu sulit untuk dibangunkan. Dan satu lagi....

Langkah Henzi terhenti. Dia menghitung dengan jarinya, menghapalkan nama-nama penghuni kost. Seketika raut wajahnya berubah lesal, satu lagi orang yang harus dia panggil adalah orang yang paling tak ingin dia temui.

"Ah, menyebalkan!"

==0==

B

ye-bye.
See you next chapter!

See you next chapter!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Kost Bintang Lima《StrayKids》Where stories live. Discover now