21

53 9 0
                                    

"Vinn.... Mallvinnn....Mpinn,  Where are u?"

Krisan menaiki tangga dengan cepat. Ada yang perlu dia tanyakan pada Malvin perihal biaya token listrik yang didahulukan Malvin.  Sampai di anak tangga terakhir, dia langsung mendapati pintu kamar Malvin yang tertutup. Krisan mencoba membuka pintu tanpa mengetuk, berniat untuk mengejutkan Malvin. Gak peduli kalau bapak kucing itu mengamuk.

"Hayo, lagi ngapain lo?" ucapnya sesaat setelah membuka pintu.

Krisan mengernitkan keningnya, tidak mendapati keberadaan Malvin di dalam kamar. Padahal dia yakin sekali beberapa menit yang lalu dia melihat Malvin naik ke atas. Dia menutup kembali pintu kamar Malvin perlahan, berdiri berkacak pinggang menatap lorong di sebelah kirinya.

Mana ya dia? Liat ke kamar Mahesa aja deh. Kali aja si Mpin nongki disitu.

Krisan membawa langkahnya ke kamar Mahesa yang ada di paling ujung. Dia melihat pintu kamar Mahesa yang terbuka sedikit. Alih-alih mengetuk pintu, dia memilih merendahkan badannya, mengintip dari celah pintu yang terbuka. Entah apa motifnya berbuat seperti itu.

Dari celah dia dapat melihat Malvin yang duduk di samping ranjang Mahesa. Tuh, benarkan. Si Mpin ada disini, batinnya. Krisan menegakkan tubuhnya, bersiap untuk mengetuk pintu. Namun, niatnya dia urungkan saat mendengar percakapan Malvin dan Mahesa.

"Jangan kecapekan, Esa. Perhatikan kesehatan lo. Apa lagi lo itu punya penya--"

"Berisik, ah."

"Gue udah bilang berapa kali, jangan perlakukan gue kayak orang berpenyakitan."

"Emang kenyataannya gitu, kan?"

"Nyebelin banget, sih. Awas aja, nanti kalau gue mati, lo jadi orang pertama yang bakal gue gentayangin."

"Woww...! Gue merasa terhormat mendengarnya. Makasih, tapi mungkin aja gue yang mati lebih dulu."

"Lo tahu gue yang akan mati lebih dulu."

"Disini lo yang paling tahu keadaan gue. Seberapa gak punya harapannya gue buat hidup," sambungnya.

"Jangan sok mendahului Tuhan, Esa. Jangan ngeyel kalau dibilangin!"

Isi otak Krisan terus memutar kembali isi percakapan Malvin dan Mahesa. Tiba-tiba perasaannya berubah khawatir. Apa maksud percakapan itu? Esa sakit? Sakit apa? Kenapa omongin tentang mati? Pertanyaan itu terus berputar di dalam benaknya, sampai dia tidak sadar kalau Malvin sudah berdiri di ambang pintu, melihatnya dengan tatapan terkejut.

"Bang, lo ngapain?"

"Eh, itu... gue...."

Malvin menutup pintu kamar Mahesa pelahan. "Kita bicara di kamar gue aja." 

Dengan langkah ragu, Krisan mengikuti Malvin berjalan menuju kamarnya di depan tangga. Malvin membukakan pintu, meletakkan bekas mangkok bubur ke atas nakasnya. Dia beralih menatap Krisan yang berdiri tak jauh darinya.

"Vin. Bukan bermaksud lancang. Tadi gue gak sengaja dengan percakapan lo dan Mahesa," aku Krisan.

"Ya. gapapa."

Melihat respon Malvin, Krisan merasa tidak puas. Rasa ingin tahunya membesar, dia ingin mengetahui maksud tersembunyi dari percakapan Malvin dan Mahesa. Tapi, disisi lain dia takut untuk mengetahuinya, dia takut kalau apa yang dipikirkannya benar-benar hal yang tejadi.

"Esa... sakit...?" tanya Krisan memberanikan dirinya.

"Hmm.... Katanya dia lagi gak enak badan."

"Bukan itu. Lo tahu apa yang gue maksud. Esa sakit apa?"

Kost Bintang Lima《StrayKids》Where stories live. Discover now