22

46 8 0
                                    

"Mau kemana kita?"

"Nongki lah. Udah lama kita bertiga gak jalan bareng."

Brian merotasikan bola matanya, jawaban yang diberikan Krisan sangat tidak membantu. "Iya tau. Nongki-nya mau kemana? Ke sungai kah? Ke hutan kah? Ke tebing kah?"

"Hutan lah yok."

"Mau ngapain lo malam-malam nongki di hutan, mpinn...!"

"Ya gapapa." Malvin mengedikkan bahunya. "Sapa tau bisa ketemu sama yang 'begituan'," sambungnya dengan seringaian yang terlukis di wajahnya.

"Dah gila."

"Emang gue pernah waras?"

"Iya juga ya."

"Cafe tempat biasa aja," saran Krisan, sebelum Malvin menawarkan tempat-tempat aneh untuk mereka nongkrong.

"Lo yang traktir bang," ucap Brian, memutar stir mobilnya untuk belok kanan.

Krisan menghadapkan wajahnya ke sebelah kanan, menatap lurus pada Brian yang sedang mengemudikan mobilnya.

"Hamba sedang tidak berduit. Hamba berharap Tuan Muda yang murah hati dan dermawan, mau men-traktir kami yang sedang bokek ini," ucapnya dengan nada yang dibuat memelas.

Brian berdecih sebal, "Alasan."

Malvin menendang kursi Brian dari belakang, seraya berkata, "Orang pelit kuburannya sempit." Aksinya itu menghadirkan decihan sebal dari si pengemudi.

"Eh, gue itu yang termuda disini. Bisa-bisanya dua orang tua kek lo pada poroti gue," ocehnya tak terima. "Gak nonsense!"

"Oh gitu." Malvin mencondongkan badannya ke depan, mengeluarkan seringaian andalannya. "Dua lawan satu. Habis lo kalo memberontak," bisiknya di telinga Brian.

Brian menatap sekilas pada Malvin. Kalau hanya melawan Malvin, dia mungkin punya kesempatan menang. Tapi kalau ditambah dengan Krisan, sudah pasti dia kalah. Duh, dia jadi takut kan.

"Iya, iya, iya! Jangan maen-maen, bang! Ini gue lagi nyetir. Silap dikit pergi ke alam lain kita."

Malvin kembali duduk dengan tenang di kursi belakang. Senyum penuh kemenangan tergambar di wajahnya.

Begitu juga dengan Krisan yang senang karena tidak harus mengeluarkan duit. Dia menatap ke kursi belakang, mengedipkan sebelah matanya pada Malvin, yang langsung dibalas tatapan jijik dari Malvin.

Kalau soal mengancam, abang Malvin selalu bisa diandalkan.

$$$

Tiga orang pemuda duduk bersampingan di lantai, di depan rumah kost yang mereka huni. Ditemani secangkir kopi dengan suasana malam yang sejuk, ketiganya saling merenung. Sampai akhirnya seseorang yang berada di pinggir kanan membuka suara.

"Sedih amat malam minggu cuma ditemani dua curut."

"Makanya cari pacar!"

Henzi menghela napas, matanya terfokus pada langit malam yang gelap dan kosong. "Gak ada yang nyantol."

"Burhan, burhan. Makanya kalo deketin cewek tuh modal lah dikit. Jangan cuma 'abang sayang adek'. Gak banget."

Tatapan sinis Henzi tujukan pada teman yang duduk di paling kiri, yang memiliki mulut tajam dan sayangnya semua perkataannya adalah fakta. Mahesa.

"Sotoy amat lu. Lo aja jomblo sejak embrio. Sok-sok mau ngajarin gue."

"Esa pernah pacaran, Zi." Alex yang duduk di tengah ikut nimbrung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kost Bintang Lima《StrayKids》Where stories live. Discover now