17

51 9 0
                                    

Luka yang dialami Alex tidak terlalu parah. Dia hanya dirawat seminggu di rumah sakit lalu diperbolehkan pulang. Ya, meskipun sebenarnya dia ngotot minta pulang.

Hari ini dia pulang. Alex tak menyangka kalau teman kost-nya mengadakan pesta kecil-kecilan di rooftop kost sebagai perayaan kepulangannya. Malvin memasak banyak makanan dibantu oleh Mahesa dan Yunevo. Kali ini Yuneco beneran membantu pake tenaga bukan cuma bantu doa.

"Cheerss!"

Suara dentingan gelas yang saling beradu menjadi awal pesta mereka dimulai. Ketujuh pemuda penghuni kost  Bintang Lima, meneguk gelas yang berisi cola sampai tandas. Mereka duduk melingkar diatas karpet yang terbentang di lantai rooftop.

"Uwahh, nikmatnya," teriak Yaren, matanya menatap gelas yang sudag kosong tak bersisa. "Sayang banget yang kita minum bukan anggur merah," ujarnya kecewa.

"Astaga, Yaren. Sadar nak. Kamu masih bocil." Yunevo mengelus-elus dadanya sambil menggelengkan kepalanya dengan ekpresi kecewa.

"Apaan sih, lebay amat," sahut Yaren dengan wajah kecutnya. "Gue bukan bocil, ya!" sanggahnya.

"Anakku...." Yuneco memcengkram kedua bahu Yaren yang duduk di sebelahnya, mukanya dibuat terkejut dan sedih. "Anakku sudah besar." Dia melepaskan cengkramannya, menutup wajahnya dan berpura-pura menangis.

"Zi, nih cola gak lo campur alkohol kan?" tanya Mahesa.

Henzi menggeleng. Perasaan saat menyiapkan minuman dia tak mencampur apa-apa. Murni hanya cola saja.

"Terus nih orang kok kayak orang mabuk, anjir," ujar Mahesa, menunjuk pada Yunevo yang sudah beralih memeluk erat Yaren. Sedangkan yang dipeluk memberontak sekuat mungkin.

"Itu mah udah setelan pabriknya si Yunep," sahut Malvin, menuangkan cola ke dalam gelasnya. "Drama King," lanjutnya, menatap jijik pada Yunevo.

Mereka semua tertawa mendengar ucapan Malvin. Emang benar apa kata Malvin, Yunevo itu cocok banget main drama, apalagi kalau dapat peran yang lebay dan pecicilan.

"Makasih banget, bro, udah nemanin dan jagain gue selama di rumah sakit. Dan juga makasih udah adain acara ini." Tiba-tiba saja Alex mengucapkan terima kasih. Dia memandangi wajah teman kost-nya satu persatu. Alex merasa beruntung bertemu dengan orang-orang seperti mereka. Orang-orang yang peduli dan sayang padanya melebihi keluarganya sendiri.

"Sama-sama, Lex. Kalau lo ada masalah jangan segan untuk minta bantuan sama kita. Pasti bakal kita tolong kok," ujar Brian yang langsung mendapat anggukkan dari penghuni kost lainnya.

"Bukan cuma buat Alex. Buat semuanya juga. Kita disini sama-sama jauh dari keluarga. Makanya kita yang ditinggal di satu kost ini harus saling mengandalkan satu sama lain. Jangan sungkan atau malu untuk minta bantuan," ucap Malvin melanjutkan perkataan Brian.

"Ayo berjuang bersama! Menghadapi dingin dan kejamnya dunia ini!" teriak Henzi dengan semangat, mengacungkan tangannya yang terkepal ke depan.

Kepalan tangan Henzi langsung disambut oleh kepalan tangan lainnya. Mereka berteriak menyemangati diri kemudia tertawa bersama-sama.

"Eh, ngomong-ngomong si Pak Tua kapan balik?" tanya Mahesa.

"Iya juga. Si bapak kok gak nongol-nongol? Sampe lupa gue sama dia," timpal Henzi, mencomot sepotong sosis bakar.

"Sesakit hati itu dia?" tanya Alex, mengarahkan pamdangannya pada Malvin meminta pencerahan.

"Ntahlah," jawab Malvin seadanya.

Yaren mengeluarkan ponselnya, menyalami kontak-kontak di ponselnya, mencari nomor kontak si tertua. "Video call aja yok. Penasaran gue lagi apa bang Krisan sekarang."

Yaren meletakkan ponselnya di atas ember yang ditelungkupkan punya Yunevo, yang biasa digunakan untuk membawa kain jemuran. Selagi sibuk mengatur ponsel supaya muka mereka bertujuh bisa muat di layar, Krisan yang diseberang telepon akhirnya menerima panggilan video call.

"Yo wassup, bro!" sapa Henzi seketika wajah Krisan muncul di layar.

"Bang lagi ngapain lo?" teriak Yunevo antusias.

"Berisik amat lo pada. Ini gue lagi bantu nenek gue masak," ujar Krisan mengarahkan kameranya pada tumpukan sayur yang sedang dia potong.

"Wihh... rajin amat cucu nenek," ucap Brian dengan nada meledek.

"Kirim sini bang kalo dah masak," seru Alex.

Krisan mendengus mendengar ocehan para anak buahnya. Niat hati ingin membantu neneknya memasak dengan damai untuk perayaan ulang tahun bapaknya. Ini malah di gangguin sama tuyul-tuyul jahil penghuni kost Bintang Lima. Ya, sebenarnya dia juga senang video call sama mereka, hitung-hitung melepas rindu. Udah lama gak saling bersua.

"Bapak gue ulang tahun hari ini. Jadi nenek gue berencana buat masakin makanan kesukaan bapake. Mumpung gue ada disini, dimanfaatin deh," ujar Krisan menjelaskan keadaannya.

"Derita lo," ejek Malvin yang sukses membuat Krisan yang diseberang telepon mengancungkan sebilah pisau ke depan kamera. "HBD buat bapak lo, ditunggu makan-makannya," lanjutnya.

"Minta sendiri gih sama bapak gue. Nanti gue kirimin nomor teleponnya."

"Kirim uang aja Bang. Kita gak perlu nomor telepon, kita butuh duit," ucap Yunevo dengan nada yang dibuat serius.

"Kalo mau du--"

Krisan menjeda ucapannya saat melihat perban yang membungkus tangan Alex dan kepalanya yang terplester di sisi kanan. Sebelumnya dia tidak memperhatikannya, karena bagian tubuh Alex yang tampak di layar hanya sebelah kiri. Tetapi, saat Alex bergeser Krisan dapat dengan jelas melihat perban itu.

"Lex, tangan sama kepala lo kenapa?"

"Oh, ini bang, habis kecelakaan gue. Baru pulang kemarin sore," jawab Alex canggung sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Dia khawatir kalau Krisan bertanya lebih dan berakhir dengan mencermahi dirinya.

"Kapan kecelakaannya?"

"Kayaknya udah seminggu yang lalu deh bang." Alex merotasikan matanya keatas, berusaha mengingat kapan tepatnya kecelakaannya terjadi.

"Udah selama itu? Kok abang gak diberitahu?" tanya Krisan dengan suara keras. Bisa-bisanya hal seperti ini dia tak diberitahu. "Kenapa gak ada yang kasih tahu gue Alex kecelakaan?" tanyanya lagi saat tak kunjung dapat jawaban.

"Vin?"

Malvin meneguk ludahnya saat Krisan memanggilnya dengan tenang namun dalam. Sial, dia lupa untuk memberitahu Krisan tentang Alex. Padahal dia sudah diamanahi untuk melapor pada Krisan, jika terjadi sesuatu.

"Sorry, Bang. Gue lupa."

Malvin nyengir. Setelah mengucapkan permintaan maaf, dia segera mematikan sambungan video call, sebelum Krisan mengeluarkan kalimat-kalimat panjang yang akan membuat mereka semua sakit kepala memdengarnya.

Mereka saling berpandangan satu sama lain. Satu kata yang terlintas di benak mereka masing-masing. Mampus!

Bersambung...


Back Againn....♡

Terima kasih buat yang udah mampir, baca dan vote.
Love you all♡

Kost Bintang Lima《StrayKids》Where stories live. Discover now