03

132 12 0
                                    

“Bang.”

Henzi dan Alex menoleh bersamaan memandang Yaren yang tadi manggil. Mereka duduk lesehan berjejer bertiga di teras kost, Yaren duduk diantara Henzi dan Alex.

“Paan?” tanya Henzi.

“Gue mau cari kerja, Bang. Bokek banget gue nih,” ujar Yaren, dia menduduk lesu efek kantong kering. “Rekomendasiin gue kerjaan yang gaji gede tapi kerja santai,” sambungnya lagi matanya menatap penuh harap pada Henzi.

“Mana ada Yaroni. Kalo ada yang kayak gitu udah dari dulu gue kerja,” jawab Henzi.

Gemas dianya sama si bontot.

“Saran gue, coba deh lo ngepet,” ucap Alex.

Mereka bertiga saling berpandangan.

“Tau caranya, Lex?” tanya Henzi.

“Kagak. Di youtube kan ada tutorialnya,” jawab Alex.

“Gak benar lo berdua Bang,” ujar Yaren, ia memandang menatap langit sore yang memancarkan cahaya jingga.

“Woii bestiee! Masuk lo bertiga, Bang Malvin masak batagor, kalo gak mau kehabisan cepatan.”

Mereka bertiga menoleh, Yunevo berdiri di ambang pintu. “Cepatan buruan!” Yunevo berujar kembali kemudian berlalu masuk.

Mereka bertiga berjalan beriringan masuk.

Di meja makan mereka duduk bersama, memulai makan bersama mereka. Malvin memang jago memasak, tapi jarang masak. Sungguh suatu kenikmatan menyantap masakan Malvin.

“Oke, guys. Karena semua udah selesai makan. Siapa yang bakalan cuci piring? Gue udah masak jadi gue gak mau nyuci,” ucap Malvin.

“Gue udah bantuin Malvin masak,” sahut Krisan cepat, mana mau dia cuci piring.

“Gue juga ikut bantuin” sambung Yunevo.

“Bantuin apa lo?” Malvin nanya, dia tidak ingat si Yunep ngebantu. Kalo Krisan emang ngebantu.

“Tadi gue bantuin lo ambil mangkok, Bang,” jawab Yunevo. Dia terkekeh.
Malvin merotasikan matanya. “Cih, terserahlah,” katanya.

“Kalo gue yang nyuci piringnya nanti pecah. Tau kan gue orangnya ceroboh banget. Ntar marah lagi piring di dapur habis.” giliran Alex mengajukan alasan.

“Hehehe gue gak bersih nyuci, ingatkan hehehe.” Henzi cengengesan, memang nih anak jorok banget. Nyuci piring pun asal-asalan masih nempel minyaknya.

“Bang Brian aja deh yang nyuci. Kan udah lama juga gak nyuci?” saran Mahesa.

“Enak aja lo. Baru juga dua hari yang lalu gue yang nyuci,” tolak Brian, menyilangkan tangannya di depan dada.

“Udah dua hari yang lalu juga Bang dah lama tuh. Gue aja tiap hari nyuci.” Yaren berujar bohong, mana ada dia nyuci tiap hari.

“Udahlah Bri sekali-sekali,” bujuk Krisan.

“Ho’oh Bang. Mantap banget kalo lo yang cuci piring,” sambung Yunevo.

“Oke sudah diputuskan. Brian yang cuci piring.” Malvin berujar kemudian beranjak dari duduknya.

“Enak aja. Gak ada. Gak mau gue.”

Brian melotot saat melihat satu persatu dari penghuni kost beranjak meninggalkan dapur. Gak terima dia. Enak aja dirumahnya dia gak pernah disuruh cuci piring. Bisa-bisanya dia disini jadi tukang cuci piring.

Yaren menepuk pundak Brian, memamerkan senyumnya. “Semangat nyucinya Bang,” katanya. Ia segera berlari saat mendapati tatapan tajam Brian.

“Yang bersih nyucinya,” ujar Mahesa, dia nyengir.  Cengirannya melebar saat berhasil memghindari lemparan tisu bekas dari Brian. Brian semakin kesal, semua gara-gara si Mahesa.

“Biar gue bantuin angkatin ke wastafel, Bang.” Alex menawarkan diri. Tangannya menumpuk piring dan meembawanya ke wastafel.

“Makasih Lex. Gak sekalian bantuin cuci piring.” Brian berjalan ke wastafel, mengangkat sisa piring dari meja.

Walau kesal dia tetap mau juga nyuci.

Alex menggeleng. “Gak dulu Bang. Ada tugas yang harus gue kerjai.” Alex membilas tangannya dengan air. “Dah Bang.” Alex berjalan meninggalkan Brian sendiri.

Brian mulai mencuci, sekitaran lima belas menit dia sudah menyelesaikan cuciannya. Matanya menatap bangga cuciannya yang tampak bersih mengkilap. Jago juga dia ternyata.

Brian melangkahkan kakinya menuju kamar, di lorong dia berpapasan dengan Henzi yang hendak keluar kamar. Henzi melewatinya begitu saja, bahkan tidak meliriknya sedikit pun. Brian menghela nafas, dia tak pernah tau kenapa anak yang menempati sebelah kamarnya itu selalu cuek padanya bahkan terkadang Brian mendapati Henzi menatapnya tidak suka. Henzi hanya berlaku seperti itu pada Brian, pada penghuni kost yang lain dia akrab. Brian tak pernah buat masalah dengan Henzi, gak pernah mengganggunya. Tapi, sejak awal ia bertemu Henzi sudah mengibarkan bendera permusuhan, bahkan mereka belum saling kenal saat itu.

Pernah sekali Brian bertanya pada Henzi, kenapa Henzi terlihat tidak bersahabat dengan dirinya. Dan Henzi hanya menjawab. Emang semua orang harus suka sama lo.

==O==

==O==

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Udah ganteng, kaya raya

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Udah ganteng, kaya raya. Ujung-ujungnya gue disuruh nyuci piring juga.
Nih, orang otaknya pada kemana, sih?
- Brian

Vote & Comment

Kost Bintang Lima《StrayKids》Onde as histórias ganham vida. Descobre agora