5. Women Like Roses

Mulai dari awal
                                    

"Assalamu'alaikum, Ma." Candra segera pergi dari tempat latihan panjat. Ia bergerak menjauh agar percakapannya tak mendapatkan perhatian dari yang lain.

"Walaikumsalam."

"Mama sekarang di mana?"

"Di tempat produksi ketela."

"Berarti Mama gak pulang dong hari ini?"

"Iya, kenapa? Kamu ada perlu?"

"Ada, besok siang temen Candra mau wawancara Mama. Jadi Mama harus pulang besok."

"Waduh ... kamu kok dadakan banget bilangnya. Tau gitu tadi Mama gak berangkat. Kamu minta temenmu itu cari narasumber lain aja."

"Candra baru inget buat hubungi Mama, tapi Candra udah janji sama dia kalau Mama bisa besok siang."

"Jadi bukan salah Mama dong?"

"Iya bukan, tapi salah Candra. Besok balik pagi ya? Please ...," mohon Candra.

"Kamu ini ...."

"Please ...."

"Iya, besok Mama pulang."

"Hehehe, terima kasih," kata Candra menyengir.

"Sama-sama, kamu sudah makan?"

"Ini lagi latihan panjat, nanti bakal makan bareng temen-temen."

"Yaudah, kamu lanjutin. Mama tutup ya."

"Iya, Ma. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Setelah panggil itu terputus, ia kembali menuju teman-temannya.

"Can!" panggil Raihan.

"Oit!"

"Mau coba jadi belayer gak?" tanya Raihan menawarkan.

Candra mengangguk, setelah kembali memasukkan ponsel ia menuju Raihan yang menyerahkan sebuah harnest kepadanya.

"Kuat gak lo?" tanya Raihan saat memasangkan tali karmantel pada figure eight.

"Ya jangan main tinggalin gue gitu aja, Bang. Back up gue dari belakang juga," ujar Candra sambil memperhatikan Raihan.

"Tenang, gue bantuin dari belakang," ujar Haikal menepuk pundak Candra. Pemuda itu ada di sisinya sembari tersenyum."Gue takut lo nanti ikut terbang," ledeknya.

"Sialan!"

Candra menyikut perut pemuda itu. Sambil mengaduh kesakitan, Haikal terkekeh senang. Dia pemuda terajaib yang pernah Candra kenal.

Namun, saat kekehan pemuda itu berganti dengan senyuman. Barulah Candra sadar Haikal sudah beralih memandang gadis manis yang tengah memakai harnest di depan wall.

Ternyata sebegitu dahsyatnya pengaruh orang yang sedang dimabuk asmara. Diam-diam Candra tersenyum melihatnya, sepertinya ia akan seperti Haikal suatu hari nanti.

Dan mungkinkah orang itu Cinta? Candra masih ragu, ia tertarik pada gadis itu, tetapi ia belum yakin sepenuhnya. Kata Hendery menyukai seseorang ada beberapa tahap bagi lelaki. Pertama naksir, sebatas mengagumi paras, kecerdasan, dan attitude. Kedua suka, mulai khawatir tentang semua hal tentang orang itu. Ketiga adalah cinta, sudah berani berkorban, ikhlas, dan rasa sayang yang luas.

Mengingat itu, kini Candra jadi mencari keberadaan Hendery. Saat sudah menemukan, pemuda itu sedang berdiri sembari membawa kantung bubuk magnesium. Dari mana sekiranya Hendery mengetahui semua itu? Atau sebenarnya pemuda itu tengah jatuh cinta, tetapi Candra tidak menyadarinya. Tetapi dengan siapa?

Shooting Star | Chenle [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang