Seketika Raven tersenyum tipis atas jawaban-jawaban yang diberikan oleh Sera. Sepertinya putrinya ini menguasai semuanya dengan baik. Tak heran kenapa mendiang istrinya selalu mengatakan jika Sera anak yang sangat pintar.

Sontak Raven menutup bukunya. Sera yang melihat itu kemudian menatap datar sang ayah. "Sebenarnya kenapa ayah tiba-tiba bertanya tentang itu semua?"

"Tidak, ayah hanya ingin menguji kemampuan pengetahuanmu saja." Ucap Raven dengan tenang.

Tak lama Willem menginterupsi kegiatan kedua majikannya tersebut. "Yang Mulia, mohon maaf sebelumnya. Tapi sudah waktunya untuk anda pergi." Ujar Willem dengan setengah membungkukkan badannya.

Seketika Raven menganggukkan kepalanya. Sedangkan Sera kembali mengerutkan keningnya dengan heran. Lantas Raven bangkit dari tempat duduknya. Mengusap pelan puncak kepala Sera dengan lembut.

"Benar, apa yang dikatakan Alletha. Kau memang pantas."

Setelah mengatakan itu Raven kemudian berlalu. Diikuti oleh Willem di belakangnya. Meninggalkan Sera yang masih bergeming. Dengan kening yang terus berkerut. Lagi-lagi ia dibuat bingung oleh tingkah sang ayah.

*****

Sepeninggal sang ayah dari mansion yang pergi entah kemana. Sera memutuskan untuk kembali berjalan keluar mansion sendiri tanpa di temani oleh Aria atau para kesatria.

Ia tak ingin kembali terjadi kejadian seperti sebelumnya. Dengan mengenakan sebuah Woll Cloak berwarna merah yang ia kenakan untuk menutupi indetitasnya. Ia ingin berjalan dengan tenang tanpa ada orang yang mengenalinya.

Langkah kakinya terus melangkah dengan tenang di tengah kerumunan para rakyat tersebut. Dengan sesekali matanya memperhatikan sekitar. Sambil menampilkan tersenyum tipis.

Sera seketika menghentikkan langkahnya saat telinganya tak sengaja mendengar pembicaraan di sekitarnya.

"Jadi yang saat itu bersama Yang Mulia Putra Mahkota adalah Yang Mulia Putri Mahkota?"

"Aku sangat penasaran dengan sosok Yang Mulia Putri Mahkota itu. Sayang sekali, aku tidak bisa melihatnya."

"Aku pernah melihatnya sekali saat itu. Beliau mengeluarkan pedangnya dengan menggunakan sebuah sihir."

"Betul, aku juga melihatnya secara langsung saat itu. Beliau juga punya kekuatan yang sama dengan Yang Mulia Putra Mahkota."

"Sedang apa kau di sini?"

Sontak Sera dengan cepat menolehkan kepalanya ke belakang. Saat tak sengaja mendengar suara yang berbisik di dekat telinganya.

Seketika Sera tersentak. Saat melihat Lucian tiba-tiba berdiri di belakang. "Sejak kapan kau di sini?"

Sontak Lucian kembali menegakkan tubuhnya. "Sejak kau menghentikan langkahmu."

"Apa?" Seketika Sera menatap tajam pada Lucian. "Kau membuntitku lagi?" Tukas Sera.

"Tidak. Aku tak sengaja melihatmu berjalan seorang diri di sini." Kilah Lucian.

"Kau pikir aku percaya." Sela Sera dengan tajam.

"Terserah kau. Kebetulan aku sedang ada urusan di sini. Di mana pelayan dan kesatriamu?" Ucap Lucian dengan heran.

Pasalnya dari awal dia melihat Sera yang sedang berjalan seorang diri di sini. Tak ada satupun yang menemaninya. Itulah sebabnya dia mengikuti langkah gadis itu. Sedangkan Sera menatap datar pada Lucian.

"Mereka tak ikut." Ucap Sera dengan dingin.

Lantas membalikkan badannya. Lalu kembali melanjutkan langkahnya. Lucian yang melihat itu sontak mengerutkan keningnya. Dengan cepat dia kemudian menyusul langkah Sera.

Lalu menyesuaikan langkahnya dengan langkah gadis di sampingnya. Seketika Sera melirikkan matanya sekilas pada Lucian yang berjalan di sampingnya.

"Bukankah kau bilang ada urusan. Kenapa masih mengikutiku." Ketus Sera.

"Lalu meninggalkanmu sendirian di sini." Ucap Lucian dengan pandangan lurus ke depan.

Sontak Sera memutarkan kedua bola matanya dengan malas. Padahal di kehidupan sebelumnya Pria ini selalu meninggalkannya. Jadi, ia sudah terbiasa.

Justru entah kenapa ia merasa sedikit aneh saat Lucian mengikutinya seperti ini. Sedangkan Lucian sesekali melirikkan matanya pada Sera. Sebenarnya ada yang ingin dia tanyakan tapi dia mengurungkan niatnya.

"Bagaimana keadaan mereka setelah kejadian itu?" Tanya Sera dengan pandangan lurus ke depan.

Seketika Lucian mengerutkan keningnya. "Maksudmu anak-anak dan para perempuan itu?"

"Emangnya siapa lagi yang aku maksud jika bukan mereka." Ucap Sera seraya sedikit menjauhkan tubuhnya. Saat seorang anak kecil berlari memutus jarak antara dirinya dan Lucian.

Sesaat Lucian melirikkan matanya pada Sera yang kembali menjajarkan dirinya dengannya. "Mereka semua baik-baik saja. Anak-anak yang telah di jual pun. Sebagian sudah kembali ke keluarga mereka."

Sontak Sera kembali menoleh dengan sedikit terkejut pada Lucian yang menatap lurus ke depan. "Kau serius mereka sudah kembali?"

Lucian menganggukkan kepalanya pelan. Seketika Sera membelakkan matanya tak percaya. Secepat itu Lucian bisa membawa kembali anak-anak yang telah di jual itu.

"Bagaimana kau bisa membawa mereka kembali?" Tanya Sera dengan heran.

"Apalagi jika bukan menebusnya." Jawab Lucian.

"Kau melakukannya sejauh itu?" Ucap Sera tak percaya.

"Akukan sudah berjanji sebelumnya. Bagaimana mungkin aku mengingkari janji yang sudah kubuat sendiri." Ujar Lucian dengan tenang.

Seketika Sera mengerjapkan matanya. Bagaimana ia bisa lupa. Jika Lucian tipikal orang yang selalu menepati janjinya. Jadi tak heran jika Lucian akan melakukan apapun untuk menepati janji yang dia ucapkan sebelumnya.

"Kau mau melihatnya?" Ujar Lucian dengan tiba-tiba.

Sontak Sera kembali mengalihkan pandangannya pada Lucian. "Kau mengajakku?"

Sesaat Lucian menghela nafasnya. "Jika kau tak ingin, aku tak akan memaksamu."

Sejenak Sera terdiam tak bersuara. Lucian yang sedang fokus menatap lurus ke depan. Seketika menolehkan kepalanya dengan cepat. Saat telinganya tak sengaja mendengar perkataan Sera yang mengiyakan ajakannya.

*****

Namratsr | Na

The Conqueror of Blades and HeartsWhere stories live. Discover now