1. Sebuah Interaksi

397 57 187
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Candra awalnya tak begitu peduli dengan urusan orang lain, ia hanya ikut sebagaimana mestinya ia berkontribusi. Tak pernah sekalipun pemuda itu untuk melewati sebuah batas. Hidupnya monoton, tanpa daya tarik seperti kebanyakan orang. Ia tak punya ambisi, bahkan jika ditanya tentang cita-cita ia selalu diam dan mengalihkan pembicaraan.

Mungkin dulu saat kecil, banyak sekali peran yang ia sebutkan. Tak tanggung-tanggung, ia juga pernah dengan lantang ingin menjadi superhero. Bahkan, orang tuanya membuatkan kostum khusus untuknya dengan inisial C di bagian depan.

Namun, kenapa impian itu tak bisa ia bawa ke dunia orang dewasa? Rasanya seperti tergerus tanpa sadar hingga menjadi diri Candra seperti ini.

Jurusan yang ia pilih untuk kuliah saja ditentukan papanya, ia sepasrah itu dan menurut apa yang diinginkan orang tuanya. Bahkan, mengikuti UKM Mapala Merah Putih saja bukan karena ia tertarik, melainkan karena Hendery, temannya saat ospek mengikuti UKM itu.

Dan untuk pertama kalinya, ada sebuah interaksi yang menarik perhatiannya. Itu terjadi hari ini.

Di saat dosen mata kuliah Pengantar Manajemen duduk di tempatnya setelah berdiri menerangkan. Beliau akan mengakhiri pertemuan pada siang itu dengan para mahasiswa. Candra yang duduk di paling belakang sudah mulai memegang buku untuk dimasukkan ke dalam tas.

"Sebelum saya mengakhiri perkuliahan hari ini, apakah ada yang ditanyakan?"

Seorang gadis yang memakai dress abu-abu berlengan panjang dengan rok hampir menutupi sepatu mengangkat tangan. Beberapa mahasiswa melirik sinis padanya, tetapi gadis itu masih mempertahankan senyuman pada sang dosen yang kini memberikan perhatian.

"Saya, Pak!"

Candra hanya bisa melihat rambut terikat satu itu dari belakang, ia tak seperti mahasiswa lainnya yang sangat tidak suka jika ada mahasiswa yang mengulur waktu. Maka yang dilakukannya saat ini hanya diam memperhatikan.

"Silakan Cinta," ujar dosen bernama Abdi itu mempersilahkan.

"Terima kasih, Pak. Saya ingin bertanya kenapa seorang manajer harus efisien, Pak? Apakah itu akan berpengaruh pada keputusan yang diambil?"

"Pertanyaan bagus. Jadi ... seorang manajer harus efisien, karena dia harus bisa mengambil keputusan yang tepat agar bisa mencapai output yang lebih tinggi dari input yang digunakan, bisa memaksimumkan output dengan jumlah input yang terbatas, dan meminimumkan biaya penggunaan sumber daya untuk mencapai output yang telah ditentukan. Paham, Cinta?"

Cinta mengangguk. "Paham, Pak."

"Ada yang ditanyakan lagi?" tanya Pak Abdi memastikan.

Shooting Star | Chenle [TAMAT]Where stories live. Discover now