34. Be Mine, Please.

520 29 4
                                    

"Lisa, ini gajimu"

Lisa memandangi sejumlah uang yang tak begitu banyak, tetapi matanya sangat terharu melihat itu.

"Jika masih sakit jangan berkerja terlebih dahulu, kau bisa pingsan nantinya" ucap pemilik toko.

"Baik.. Terimakasih terimakasih" Lisa membungkukkan badannya.

Setelah itu Lisa pergi keluar, menatap sepinya jalanan dimalam itu. Teringat, ia harus ke rumah Jennie untuk mendapat hukuman. Lisa berjalan menyusuri jalanan sepi itu, rasanya dingin, gadis itu juga tidak memakai jaket penghangat tubuh.

"Huhh"

Lisa menghembuskan nafasnya ke telapak tangan lalu menggosok-gosokkannya agar mendapat kehangatan. Rasanya lelah, karena setelah dua hari ia tidak berkerja, Lisa tidak berolah raga dan itu membuat tubuhnya terkejut.

"Nggak ada bis, kepaksa jalan kaki deh" gumam Lisa.

Rasanya terlalu lelah untuk berjalan kaki sejauh itu ke rumah Jennie, tetapi ia pun sudah mengatakan bahwa ia akan datang malam ini. Tak baik jika mengingkari janji, bukan?

Setelah berjalan cukup lama, dan cukup lelah pula. Lisa sampai didepan gerbang rumah Jennie. Ia mengetok pintu, meski beberapa kali ia mencoba untuk memanggil satpam, tetap saja tidak ada jawaban apapun.

Lisa melirik jam pada ponselnya, pantas saja, ini sudah pukul setengah satu dini hari. Lisa mengetok lagi, akhirnya sang satpam pun membukakan pintu untuk Lisa.

"Nona? Ada apa malam-malam kesini?" Tanya satpam.

Lisa memandangi satpam itu dengan tatapan bingung.

"Ah maaf saya sangat tidak sopan, silahkan masuk" suguh satpam itu pada Lisa.

Lisa mengucapkan terimakasih lalu berjalan menuju pintu utama rumah keluarga bermarga Kim itu. Tidak dikunci, Lisa langsung disambut oleh maid yang berkerja disana. Dan Lisa pun bergegas ke lantai dua dimana kamar wanitanya berada.

Lisa sampai didepan kamar Jennie. Dengan rasa takut, ia memberanikan diri untuk mengetok pintu.

Toktoktok

Takut jika gadis didalam sana sedang berada dibawah alam sadarnya. Dan takut juga gadis itu berubah menjadi iblis.

Lisa mencoba membuka pintu, ternyata juga tak dikunci. Atau Jennie sudah membuka pintu menggunakan remote saat mendengar langkah telapak kaki Lisa? Ia pun tak tahu.

Lisa mendorong pintu itu masuk, dan akhirnya ia disuguhi oleh pemandangan yang sangat luar biasa lucunya. Seperti gadis kecil yang tertidur pulas, Jennie dengan piyamanya menangkup tidur seperti bayi.

Rasa lelah yang Lisa rasakan menghilang seketika. Ia menghampiri Jennie lalu mengusap pantat gadis itu lalu menepuk-nepuknya. Merasa gemas, Lisa mencubit pipi Jennie dengan pelan, lalu beralih untuk mengganti pakaian.

Seperti halnya kamar sendiri, Lisa mengambil pakaian Jennie yang agak besar agar muat di badannya. Lalu mengambil celana boxer yang sudah disediakan oleh Jennie. Lisa melirik gadis itu, sepertinya sedang tertidur pulas. Lalu dengan cepat ia membuka seragam kerjanya dan celana jeans yang ia gunakan. Lalu memakai boxer itu, tetapi ia tidak langsung memakai baju.

Lisa malah berjalan ke meja rias, lalu bercermin melihat lekuk-lekuk tubuhnya yang sangat maskulin. Perut indah yang tercetak bak roti sobek, lalu gundukan besar pada lengan atas yang sangat keras.

Lisa fokus dengan kegiatannya, sampai tidak sadar bahwa Jennie memandanginya dengan wajah polos dan lugu. Beberapa detik kemudian Jennie tersadar dengan apa yang ia lihat. Kemudian ia menutup matanya menggunakan selimut, dan mengurung dirinya didalam selimut itu.

DAYS WITH YOU [JENLISA]Where stories live. Discover now