14. Sick.

326 19 0
                                    

"Udah bangun? Kok cepet?"

"Baju Lisa mana?" Tanya Lisa.

"Baju?" Bingung mama.

"Iya, baju sekolah Lisa" lanjutnya.

"Kan dokter bilang apa, kamu belum boleh pulang" ucap mama.

"Lisa harus sekolah, Lisa ga mau ujian susulan, Lisa ga mau lama-lama disini, pengap" ucapnya lalu turun dari ranjang. Suasana hatinya saat ini tidak baik, ia dengan susah payah untuk tidak mengingat hal yang membuatnya rapuh.

"Mau kemana sayang? Kamu belum mama bolehin sekolah" ucap mama.

"Ini apa sih!" Gerutu Lisa melihat infus ditangannya tanpa menghiraukan perkataan ibunya.

"Lisayaa, dengerin ucapan mama" ucap mama lembut.

"Lisa ga mau disini, Lisa harus sekolah" ucap Lisa memanggil dokter dengan bel.

"Jangan begitu, kamu belum sembuh, biar nanti mama yang nyuruh guru kamu kesini" mama memperbaiki sprei kasur Lisa.

"Ngga mama, Lisa harus ikut ujian, Lisa bosan disini" ucap Lisa bersikeras.

"Lisa dengerin mama!" Tegas mama.

"Lisa ga mau nyentuh gitar, ga mau nonton tv, Lisa mau sekolah" ucapnya hendak melepas paksa infus yang dipakai.

"Lisa!" Gertak mama menahan tangannya.

"Mama, Lisa harus sek-"

Plakk

Satu tamparan mendarat di pipi Lisa. Panas, terasa panas hingga matanya tak mampu mengerjab, bibirnya bergetar dan airmatanya keluar.

"Ma.. ma..?" Lirih Lisa.

"L-lisayaa.. m-maaf, maafkan mama.." ucap mama hendak menyentuh pipi Lisa, tapi Lisa menjauhkannya dan melepas paksa infus itu.

Brakk

"Lisayaa!!" Sorak mama saat Lisa keluar dari ruangan bersamaan dengan dokter yang baru sampai didepan ruangan Lisa.


Lisa's pov

Gue benci, gue benci apapun saat ini, gue cuma mau ngehilangin semua masalah yang ada, gue pengen ngerjain sesuatu biar berita sialan itu ga berkeliaran dipikiran gue.

Sekarang gue berlari keluar perkarangan rumah sakit, tanpa jaket, tanpa sandal ataupun sepatu. Gue ngulurin tangan saat ada bis yang lewat depan rumah sakit lalu naik ke bis itu. Gue ga peduli sama mama yang manggil gue sedari tadi, gue tau, tapi ga ada niatan buat noleh kebelakang sedikitpun.

Orang-orang didalam bis pada ngeliatin gue, tapi gue cuma nunduk dan coba buat bernafas dengan normal. Gue kedinginan, gue ngusap bahu dengan kedua tangan yang udah ga tau rasa.

Tiba-tiba televisi didalam bis itu nyala dan ngeluarin berita yang paling gue benci, gue cuma bisa nutup telinga dengan telapak tangan, gue udah kaya orang yang ga tau arah. Tujuan gue cuma pulang dan keluar dari bis ini, gue ga mau denger berita itu lagi.

Sampai dihalte deket rumah gue, gue bersiap-siap buat turun tapi satu hal yang gue lupain, gue ga punya uang sepersen pun, cuma bawa hp doang tapi gue umpetin. Gue pura-pura grasak-grusuk ngeraba saku baju gue biar keluatan punya uang sama penumpang lainnya. Gue ngedeket sama si sopir terus bilang.

"Pak, saya dari rumah sakit, saya ga punya uang" ucap gue.

"Bagaimana bisa kamu naik bis ku tapi tak membayar!" Marahnya.

"Maaf, tapi saya benar-benar ga punya uang" balas gue.

"Turunlah! Dasar!" Gerutunya.

Gue langsung turun, hal kaya gitu udah biasa bagi gue, apalagi gue sering nyamar jadi orang miskin, padahal emang.

DAYS WITH YOU [JENLISA]Where stories live. Discover now