Bab 40|| Konohagakure

3.4K 423 27
                                    

Naruto berjalan sambil sesekali mengomel, tiga hari ke depan itu seharusnya adalah hari liburnya. Dia seharusnya bersantai, dan yah mungkin dengan sedikit harapan Sasuke benar-benar akan kembali ke desa, seperti janjinya.

Dia tidak memiliki ingatan yang baik tentang masa kecilnya, tapi dia merasakan sesuatu yang berbeda pada beberapa orang temannya terutama pada Hinata dan Sasuke.

Naruto tiba-tiba mengkhawatirkan kondisi gadis itu, takut-takut Hinata terluka parah karena sesuatu. Dia juga tidak mengerti, beberapa kali dia selalu memimpikan Hinata dilempar dan dihempaskan ketanah  oleh seseorang kemudian gadis itu dibunuh tepat di depan matanya.

Sementara Sasuke, tidak usah bertanya terlalu banyak tentangnya. Itu akan semakin membuat Naruto kesal karena pemuda itu selalu bisa menjadi alasan kenapa perasaannya menjadi tidak menentu.

Dan semua itu semakin diperparah oleh tindakan Sasuke beberapa hari lalu, saat mereka kembali bertemu. Dimana telinganya di gigit oleh Sasuke, kemudian setiap bangun tidur jantung Naruto terus berdebar dan otaknya tidak bisa berhenti memikirkan si bokong ayam.

“Sakura-chan, aku yakin kau pasti tidak mencari si muka pucat kan?” Naruto bertanya sambil berjalan di samping Sakura.

Gadis gulali itu terkejut, “Tidak kok, aku benar-benar mencarinya.”

“Tidak mungkin. Kitakan tidak mengenal orang itu seperti kita mengenal baik Sasuke.”

“Huh...sudahlah Baka. Sebaliknya cepat temukan orang itu.”

“Ck, aku belum makan. Kau datang pagi sekali.”.

“Hanya kau yang akan menganggap siang hari sebagai pagi sekali.”

Itu benar, memang hanya Naruto saja yang memiliki pikiran seperti itu. Seumur hidup, Sakura belum pernah bertemu dengan orang sebodoh Naruto, yang tidur seperti Babi, bangun pada pukul 12.00 siang, dan mengira itu masih terlalu pagi.

“Oh, iya dari pada mencari manusia pucat itu. Sakura-chan bagaimana jika kita mengunjungi guru Kakashi?”

“Astaga, kau benar Bodoh. Sejak di rawat, kita belum pernah mengunjunginya.”

“Dia akan mengerti, kita punya misi dan belum lama kembali, tapi apa guru masih di rumah sakit?”

“Sudah, ikut aku saja.”

Sakura berjalan lebih dulu menuju rumah sakit Konoha dan di susul oleh Naruto. Selain belajar medis dari Tsunade, Sakura sejak tiga tahun lalu seiring main ke rumah sakit untuk membantu staf rumah sakit melakukan perawatan.

Dia juga sudah bergabung menjadi tim medis Konoha. Dan biasanya tugasnya merawat ninja yang terluka karena melakukan misi. Memasuki Gerbang rumah sakit, mereka bertemu dengan Shikamaru dan seorang wanita yang sudah hamil besar.

Naruto melotot dengan bibir menganga, “Shikamaru, apa yang kau lakukan disini?”

“Mengantar orang cek kandungan,” Shikamaru menjawab dengan Cukup santai.

“Wow kau sudah akan menjadi ayah?”

Puk!

“Dasar bodoh, lihat baik-baik siapa wanita itu.” Sakura menekan kepala Naruto agar menatap wanita di samping Shikamaru.

“Guru Kurenai, artinya...”

“Mendokusai, Anak itu milik Guru Azuma, aku hanya diminta untuk menemani karena guru sedang ada keperluan.”

“Oh, begitu rupanya. Benar juga, orang sepertimu lebih cocok dengan gadis dari Desa Suna itu.” Ucap Naruto setelah dia mengingat beberapa hal kecil.

KELAHIRAN KEMBALI UNTUK MENGIKAT MATAHARIWhere stories live. Discover now