"Oh kamarnya ada di belakang bibi, itu."

Sontak Wanita itu memutar kepala, dilihatnya angka yang tertera 101 B. Lantas dia tersenyum. "Ah, ada B. Bibi tidak diberitahukan ada huruf itu disana." Sahutnya dengan kekehan. "Terimakasih, eumh permisi, maaf telah menganggu kalian."

Ketika berbalik, langkah mereka sempat terhenti kala Elliot bertanya. "Apa hubungan bibi dengan Taksa?"

Wanita itu tak lantas menyahut, ia malah menguatkan genggaman pada tangan yang digandengnya. Elliot lilhat itu dan makin membuat pikirannya dipenuhi dugaan-dugaan yang dia pikirkan sejak tadi.

"Wajah kalian sangat mirip."

Celetukan Elliot membuat Gallen terkejut, ia lantas menoleh dan menyenggol lengan sepupunya. "Apa yang kau katakan."

"Sayang sekali Taksa sedang tidak ada di kamar. Taksa baru saja dibawa ke ruang pemeriksaan." Sahut Elliot. Pandangannya lantas jatuh pada anak perempuan berambut ikal yang tengah mengemut es loli itu. Wajahnya seperti orang-orang keturunan Eropa yang khas itu dan Elliot jadi ragu, apa dia adik tiri Taksa?

Wanita itu malah terlihat menghela nafas lega. Namun Senyuman itu justru terlihat makin mencurigakan di mata Elliot sekarang. Bagaimana gerak geriknya juga terlihat gelisah dan takut-takut begitu? seperti takut ada yang mengawasi atau apalah.

"Kalau begitu, bibi akan menjenguk lain waktu. Permisi—" Wanita itu memutar badan dan berjalan menuju lorong luar. Terbesit perasaan aneh dalam hati Elliot, apakah ia harus menghentikan langkah orang itu? bagaimana jika dia tidak kembali dan tidak bertemu dengan Taksa? tapi'kan Taksa sedang tidak ingin bertemu dengan ibunya.

"Tunggu—" Panggil Elliot, langkah kaki remaja ringkih itu perlahan mendekati dua orang yang berjalan itu. "Tunggu, Bi. Aku ingin memastikan sesuatu."

Gallen menyusul dibelakang dan langsung meraih tiang infus Elliot yang kini terlihat napak sedang mengatur nafas. Sempat akan marah, namun begitu melihat Elliot mengeluarkan ponsel dan menjulurkan pada Wanita itu, Gallen kembali dibuat bungkam.

Sepupunya ini sedang merencanakan apa lagi?

"Tolong simpan nomor telfonku jika bibi ingin mengetahui kabar Taksa."

Wanita itu terdiam sesaat, menatap Elliot penuh dengan pikiran yang tak terprediksi. Keraguan bahkan terasa sampai benda pipih itu dibiarkan mengambang di udara beberapa saat.

"Penjagaan Taksa sangat ketat, aku tidak tahu kenapa bibi bisa lolos, namun sayang juga kenapa tidak bisa bertemu dengan Taksa diwaktu yang tepat." Kata Elliot meyakinkan. "Kedepannya aku akan mengabari perkembangan kondisi Taksa agar perasaan bibi tenang."

Diakhir kalimat itu, Elliot tersenyum meyakinkan. Dan tanpa ragu lagi, Wanita itu meraih ponsel dan seperti mengetik sesuatu kemudian memberikannnya pada Elliot.

"Terimakasih...Eumm." Tak tahu harus menyebut siapa namun Elliot lebih dahulu menyambar.

"Elliot. Namaku Elliot. Ini sepupuku, Gallen."

"Sekali lagi terimakasih, Elliot."

Selepas hilangnya dua sosok itu di ujung lorong, barulah mereka berdua kembali ke kamar.

Gallen membantu meluruskan kaki sepupunya yang hendak berebahan itu secara pelan. Lalu menarik selimut sebatas lutut.

Elliot terlihat mulai mengantuk, namun ia masih memegang ponselnya sembari senyum-senyum.

"Apa kau hubungan wanita itu dengan Taksa?" tanya Gallen sembari menarik kursi.

Elliot mengangguk.

"Apa?"

ABANDONNER II KTHDonde viven las historias. Descúbrelo ahora