ABANDONNER II KTH

Spill From Ibu

Dari kaca pembatas tempatku berdiri saat ini, aku menyaksikan beberapa dokter tengah melakukan pemeriksaan pada Elliot. Dan Hampir satu jam pula aku memperhatikan kegiatan itu berlangsung meski sang empu sendiri tak terlihat karena terhalang dokter yang mengelilinginya sejak dinyatakan mengalami peningkatan kesadaran.

Dokter bilang, bangunnya Elliot adalah suatu keajaiban, sebab jarang ditemui kasus seperti ini. Mereka dibuat bingung, padahal mengembalikan keadaan dengan kondisi kompleks seperti kasus Elliot menjadi stabil saja sudah dirasa suatu keberhasilan, namun ini, tiba-tiba terbangun dalam kondisi kritis, itu sungguh luar biasa.

Itu membuktikan bahwa anakku benar-benar seorang yang Tangguh dan membuktikan bahwa ia bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Setidaknya begitu yang kupikirkan tentang situasi saat ini, bukan yang lainnya.

Tak berselang lama, para dokter itu secara kompak menoleh ke arahku kemudian saling memperhatikan satu sama lain, seolah hendak memberi kode satu sama lain untuk segera memberitahu hasil pemeriksaan yang telah mereka lakukan bersama.

Aku menyaksikan itu dan tiba-tiba merasa jauh lebih gugup. Tanganku tak lepas tautan dengan kak Nana yang sejak tadi merangkulku. Mama Gallen itu tak henti-hentinya mengusap bahu dan punggungku berusaha menanangkan, padahal aku juga memahami bagaimana rasa cemasnya setelah tahu kondisi Elliot kritis dan harus bergantung dengan mesin ECMO.

Dokter paruh baya itu pun keluar seraya melepas masker medisnya. Sekilas dia melirik Elliot dari luar kemudian menatapku dengan gurat lelahnya. "Kami berhasil menghentikan pendarahan setelah memberikan antihemoragik dalam dosis kecil, pendarahan memang berhenti, tapi seperti yang telah saya jelaskan efek pemberian obat pembekuan darah sebenarnya tidak dianjurkan untuk kasus pasien saat Tindakan ECMO, nyonya. Kami akan berusaha terus memantau kondisi Elliot agar beberapa organ seperti hati dan paru tidak mengalami komplikasi yang serius."

Aku tak bereaksi apapun saat mendengar itu. Dalam bayanganku, dokter hanya akan menyampaikan bagaimana kondisi Elliot pasca bangun, namun malah hal lain yang dia jelaskan dan justru membuatku takut. Bukannya tidak senang saat mengetahui pendarahan yang jadi masalah utama itu dapat diatasi.

Hanya saja... sepertinya, secara tidak langsung dokter menegaskan bahwa kondisi Elliot tetap memburuk sekalipun kesadarannya kembali.

"Pendarahan menyebabkan sirkulasi oksigen dalam otak terganggu, hal tersebut membuat sensor motoriknya menjadi rendah. Oleh sebab itu meskipun dinyatakan sadar, namun keadaannya tidak benar-benar sadar, Respon inderanya masih sangat rendah sehingga sejauh ini Kami mencoba beberapa kali merangsang kesadarannya namun masih sulit."

Sembari mendengar penjelasan dokter, mataku tertuju pada beberapa dokter di dalam yang tengah mencoba membangunkan Elliot dengan bisikan dan tepukan. Beberapa diantara mereka juga tengah menggerak-gerakan tangan Elliot. Dan memang benar, mata anakku tetap menutup dan tak bergerak layaknya tengah tidur pulas.

"Jadi Dokter, kapan kira-kira Elliot kami bisa sadar sepenuhnya?" Tanya kak Nana.

"Masih belum dipastikan, nyonya. Saat ini fokus kami memang meningkatkan kesadaran pasien dengan sering-sering memberinya stimulus. Selain itu yang terpenting kami tengah burusaha menghentikan pedarahan Elliot agar tidak sampai mengalami kompikasi lebih serius lagi."

Kemudian dokter paruh baya itu menepuk bahuku pelan diiringi dengan senyuman singkat yang terpatri dari belah bibirnya. "Elliot memang sudah sadar dan mengalami sedikit peningkatan, tapi bukan berati kondisinya akan membaik. Saya harap anda juga tetap mempersiapkan hati apabila sewaktu-waktu kondisinya menurun drastis." Kata dokter itu, sedikit merasa bersalah namun dia tetap professional. "Tapi anda juga tidak boleh putus harapan, bergitu pula dengan kami. Semoga kabar baik segara datang dari pusat donor karena hanya itu satu-satunya yang bisa menyelamatkan putra anda."