BY ELLIOT

494 52 7
                                    

"Yanan, ada apa?"

"Elliot, tolong bantu aku."

"Bantu apa? Eh Tunggu, Yanan kenapa kau menangis?"

"Bantu aku menyelamatkan Taksa."

Setelah kalimat terakhir Yanan keluar, seketika aliran nafasku tercekat. Sulit sekali mengais udara hingga membuat jantungku yang baru saja diperbaiki kembali berulah. Saat pria itu masuk dalam keadaan menangis, perasaan tidak enak mengenai Taksa mulai timbul. Tepat sekali.

Taksa melarikan diri dibantu Jeha. Pergi dalam keadaan yang baru saja siuman pasca syok anafilaksis yang menyerangnya. Padahal tak lama Yanan meninggalkan anak itu untuk mengantar bosnya tercinta. Padahal juga kemarin aku baru saja melihatnya dalam keadaan baik, tapi kenapa mendadak jadi begini?

Saat Kembali, Yanan disuguhi kondisi kamar yang berantakan dengan tetesan darah yang diyakini dari anak itu yang mencabut asal infus ditangannya. Kemudian pria itu makin tak bisa berfikir jernih saat Jeha mengabari jika Taksa mengunci dirinya di dalam sedangkan Taksa sendiri berada di luar pasca mengendongnya ke atap rumah sakit. Kondisi Taksa sendiri masih sangat buruk, sesak nafas disertai kaki yang membengkak, dan itulah yang membuat pria berotot ini kalang kabut dan panik setengah mati.

Yanan yakin, ada suatu hal yang membuat Taksa bertindak sejauh itu, mungkin karena rasa kekecewaan Taksa dengan sikap ayahnya yang lupa jika Taksa alergi Seafood. Tidak tahu, mungkin jika iya. Maka alasan itu kurang kuat mengingat banyak tindakan lain yang ayahnya lakukan dan berujung kekecewaan. Taksa bukan tipe orang yang seperti itu. Lalu apa yang membuat anak itu senekat ini?

Jikapun hal biasa yang dilakukan untuk penenangan diri dengan cara serupa, Yanan yakin pasti Taksa tidak akan sampai mencabut infus seperti itu, juga dia tidak akan memaksakan diri yang sakit untuk pergi hanya untuk menenangkan diri ke atap seperti biasanya.

Penuturan singkat dari pria berotot yang menyebabkan dirinya menangis rupanya tak main-main. Segala cara telah dilakukan hingga pada akhirnya mungkin akulah satu-satunya harapan bagi pria itu meskipun Yanan sendiri menyadari jika keadaanku juga sedang tidak baik. Tapi bukankah berusaha dari pada terlambat? Ya, anggap saja isi kepala Yanan saat ini seperti itu.

Dengan kenekatan tingkat tinggi, aku pergi ke atap dibantu Yanan. Digendong ala bridal style lebih tepatnya, karena tak mungkin tubuhku dibawa dipunggung mengingat tidak ada sejam aku baru melepas selang pembuangan sisa darah di perut, dan itu masih menyisahkan rasa perih dan gatal. Jika itu dilakukan maka tidak mungkin infeksi parah terjadi. Namun ada hal yang lebih disyukuri, di saat genting seperti ini kateter dan infus untungnya sudah di lepas sehingga rasa sakit yang menganggu setidaknya bisa diajak kompromi. Jadi tidak terlalu merepotkan dan membahayakan diri pikirku.

Sampai di atap, kami disuguhi pemandangan yang menegangkan. Ada Jeha yang duduk diundakan tangga menatap pera petugas yang tengah membobol paksa pintu besi yang terkunci dari luar. Anak itu tampak ketakutan dan frustasi dalam keadaan badan bergetar disertai isakan yang dalam. Sedangkan para petugas terlihat kalang kabut membuka pintu baja yang berat dihadapannya.

Saat itu juga, aku memaksa turun dan langsung membawa Jeha ke dalam pelukanku, membawanya agar tenang dan tidak menyalahkan dirinya, sebab anak itu terus berguman kata "Maaf kak, maaf. Seharusnya aku tidak menuruti keinginan kakak untuk sampai sini. Maaf kak, maaf." Seperti itu terus, seolah dia takut akan mendapat hukuman atas perbuatannya tersebut, dia berguman seperti itu Sampai petugas berhasil membuka pintu.

Pemandangan menegangkan berikutnya terjadi saat kami disuguhi dengan Taksa yang tahu-tahu sudah duduk di pinggiran pembatas dengan kaki yang bergelantungan dan menerbitkan senyum sendu penuh keputus asaan. Wajah pucat dengan bibir kering mengelupas nampak bergetar menahan dingin. Darah yang menetes dari luka infus ditangan tak diseka sama sekali. Jika seperti ini siapa yang sanggup melihat keadaannya? Oleh sebab itu, dengan cepat aku melangkah menghampiri anak itu sebelum pikirannya di pengaruhi setan yang menghasutnya untuk terjun.

ABANDONNER II KTHWhere stories live. Discover now